Kisah seorang gadis pembenci geng motor yang dipertemukan dengan banyak anggota gangster terkocak dalam pengalaman seumur hidupnya. Bagaimana dirinya harus menghadapi segala hal tingkah yang ia rasa sungguh garing dan lawak. Sebuah kehidupan rasa garing, kocak dan asin atau asing.
Garing tapi juga mengandung bawang.
Tak hanya tentang dunia anak jalanan, si gadis tersebut pun selain terjebak friendzone di masa lalu, kini juga tertimbun hubungan HTS (Hanya Teman Saja).
Katanya sih mereka dijodohkan, tetapi entah bagaimana kelanjutannya. Maka dari itu, ikuti terus kisah mereka. Akankah mereka berjodoh atau akan tetap bertahan pada lingkaran HTRS (Hubungan Tanpa Rasa Suka).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Tabrakan
Di sisi lain ada juga Haikal dan Aelly yang menjadi rebutan bagi penggemarnya. Bahkan sampai meminta nomor WhatsApp -nya Haikal, meski berujung tidak boleh.
"Buat videonya yang kayak gimana? Jangan aneh-aneh ya," ucap Zidan karena sejak tadi sudah merasa tidak enak.
"Gampang kok, Mas. Tapi, Mas nya mau atau gak?"
"Boleh kalau gak aneh, jangan yang macem-macem ya."
"Enggak kok, Mas. Aku suka banget liat adegan cowok pingsan sama disekap gitu loh Mas."
Baru mendengar saja, Zidan sudah langsung berbalik badan karena dugaannya benar. Salsha yang tak sengaja ikut dengar pun terkekeh.
"Ternyata selera kamu sama kayak aku ya? Aku juga suka kalau Mas Zidan digituin, tapi aku juga belum dapet adegan itu tahu Mbak." sahut Salsha kompor.
Zidan menatap Salsha dengan kesal, sedangkan yang ditatap malah cengengesan.
"Kalau gak mau ya gak papa kok, Mas. Aku gak maksa, soalnya jadi fans kan gak boleh memaksa ke idolanya." ujar si gadis itu.
Diam-diam Zidan menghela napas sabar. "Sejak kapan gue jadi idola dah,"
Sambil menunggu jawaban dari mantan ketua Andaran itu, gadis bernama Liska setelah perkenalan, menunduk merasa sudah terlalu lancang kepada Zidan.
"Ya ... Ayo, kalau emang mau nya gitu. Tapi, aku gak menjamin hasilnya bisa bagus ya, soalnya aku gak pernah acting pingsan sama penyekapan gitu." jawab Zidan.
Liska menatap Salsha yang masih bersama pacarnya bernama Dherry. Kemudian matanya kembali memperhatikan sosok Zidan yang sangat tampan.
"Jadi gini, awalnya Mas itu lagi nyender di pundak aku. Abis itu yaa terserah Mas Zidan mau gimana, intinya aku minta pacarku buat merekam videonya. Terus kedua, aku minta adegan penyekapan tanpa ada aku. Bebas deh, mau gimana." jelas Liska.
Haikal dan Aelly menghampiri mereka dengan tepukan tangan.
"Bagus ya, baru di GEAN kayaknya anak motor disuruh adegan sakit-sakitan gitu sama penggemarnya." celetuk Haikal.
"Ck, gue takut pacarnya gak terima, terus—"
Secara tiba-tiba Zidan dipukul dari belakang oleh generasi baru menggunakan balok kayu. Liska terkejut hebat karena itu di luar dugaannya.
Salsha yang sudah bergabung lama dengan GEAN tentu paham apa teknik mereka untuk para penggemarnya. Jadi, kini reaksinya hanya menggambarkan suasana.
"Ja? Lo kenapa mukul gue, hah?" tanya Zidan pada Eja.
"Hahaha, lo tanya, Bang? Semenjak jadi mantan ketua lo ngapain aja, hah? Sibuk pacaran?" Dengan lantang Eja seolah menantang Zidan.
"Pacaran apa maksud lo? Gue sama Salsha—"
"Alah, brisik!!"
Eja kembali menyerang Zidan dengan memukul pundak laki-laki itu begitu keras. Sehingga mengakibatkan mantan ketua tersebut tersungkur ke tanah.
Liska bingung harus melakukan apa. Berbeda dengan Salsha yang menyuruh Liska untuk menolongnya.
"Tolongin itu,"
"Hah? I-iya, Mbak."
"Liska, jangan ke sini! Bahaya, kamu pergi dari sini, cepat!"
"Enggak, Mas! Masa aku pergi dengan situasi kamu lagi kayak gini? Ini salahku, Mas!"
Dalam keadaan saat itu juga Eja langsung mengambil sebuah pisau tajam dan mengarahkannya ke Zidan. Mantan ketua tersebut mundur untuk melindungi Liska.
"Daripada lo hidup, mending lo pergi!"
Jleb.
Senjata tajam menancap di perut Zidan, perlahan Liska meneteskan air matanya.
"Mas Zidan!!"
"Li-Liska? Akh ... Ak-aku minta maaf ya, kalau aku belum bisa menjadi yang terbaik buat kamu."
"Mas? Gak lucu ih! Mas Zidan!" teriak Liska begitu melihat Zidan terkapar dalam kondisi mata yang sudah terpejam.
Diatas pangkuan Liska, Zidan masih saja tidak sadarkan diri. Sementara Salsha ikut mengekspresikan apa yang dilihatnya.
Saat seperti itu, Liska ternyata sampai menangis sambil memeluk tubuh Zidan. Ketika dirasa sudah tidak tega, Zidan pun terbangun. Tentunya dengan ekspresi yang heran kepada Liska.
"Loh? Ini nangis beneran? Kenapa nangis, Liska?" tanya laki-laki mantan ketua Andaran itu tertawa samar.
Liska seketika bingung sendiri, sembari mengusap air matanya ia baru menyadari.
"Hah? Eh, kok Mas Zidan bangun lagi?"
"Lah, kan kamu yang minta adegan pingsan kan? Kenapa kamu nangis beneran? Real loh ini, jangan dibawa hati ya semuanya. Ini taktik kita dari permintaan Liska, jadi aku gak terjadi apapun." jelas Zidan, kemudian ia berdiri.
Disela-sela kebingungan yang melanda pikiran serta hati Liska, dirinya tiba-tiba ditertawakan oleh Dherry— pacar aslinya.
"Yakin kamu mau lanjut di penyekapan?" tanya Dherry membuat Liska bingung.
"Kalau mau lagi juga gak papa sih, tapi yang lain jadi agak kesiangan." sahut Zidan.
Di sisi lain berbeda kondisi dengan Eja atau Reyza tiba-tiba ditarik tangannya oleh Reyva. Mereka berdua kini berada di dalam kontrakan lantai paling bawah.
"Mas Reyza kok jahat sih?! Kenapa Mas celakain Mas Zidan?! Kamu segitu bencinya sama ketua bahkan senior kamu sendiri?" Reyva seketika meluapkan amarahnya kepada Eja.
Lelaki yang tidak paham itu menghela napas.
"Rey, itu bukan beneran. Aku cuma disuruh aja,"
"Alah! Ternyata bener ya kalau kamu itu brengsek! Kamu suka berantem!"
"Oke, kalau aku salah, aku minta maaf. Sekarang apa mau kamu?" tanya Eja berusaha menenangkan Reyva.
"Aku mau kamu jauhin aku!"
Dengan terpaksa akibat kesalahpahaman, Reyza akhirnya mengangguk mengalah. Toh, tidak akan ada menangnya jika dirinya ribut dengan seorang perempuan.
"Baik, kalau gitu aku minta maaf."
Reyza pun keluar dari kontrakan. Menghampiri Zidan dan yang lainnya.
"Gimana? Reyva marah ya?" tanya Zidan.
"Iya, marah, Bang. Tapi, gak papa kok. Biar dia tenang dulu, soalnya tadi lagi marah banget."
Haikal tiba-tiba menepuk bahu Eja. "Lo mau gak gue suruh beliin sarapan buat semuanya?
"Mau, Bang. Oh iya, lokasinya agak jauh kan ya?"
"Iya jauh, ini uangnya, Ja. Nanti kalau susah bawanya tinggal kasih tahu gue ya." kata Haikal.
"Siap, Bang. Gue berangkat dulu ya."
Beberapa detik kemudian Reyva keluar dari kontrakan setelah tadi masuk dan ribut dengan Eja. Keadaan di halaman kontrakan masih cukup ramai, banyak para penggemar yang meminta foto berkali-kali.
Tak lama kemudian Alfian dengan Mirza datang dari luar berlari menghampiri Zidan dan Haikal. Raut wajah mereka terlihat tak seperti biasanya.
Pada saat itu juga Reyva bingung. Namun, seketika Friska bersama Meisya pun bertanya.
"Bang, tolong, Bang!" ucap Mirza penuh dengan rasa panik.
Haikal menoleh saat sedang berpose dengan penggemarnya. "Kenapa, Za? Kok panik gitu sih?"
"Iya, kenapa? Fian juga, ada apa?" sahut Zidan.
Mirza menepuk bahu Haikal, sedangkan Alfian menepuk bahu Zidan. Generasi baru itu sontak membuat semua orang mengalihkan perhatian.
Alfian dan Mirza menarik napas bersamaan sebelum mengatakan sesuatu hal yang penting.
"Kenapa?" tanya Reyva.
Ketika dua lelaki itu mendengar pertanyaan dari Reyva. Lagi-lagi Mirza dan Alfian hanya meraup wajah panik tak karuan.
"Eja tabrakan!!"
Detik itu juga jantung Reyva seolah terhenti cukup lama. Indra pendengarannya seakan mengirim sinyal khawatir pada pikirannya hingga membuat air matanya luruh.
Reaksi Zidan dan Haikal bersamaan meraup wajahnya menyesal.
"Ck, kenapa bisa tabrakan, Za?" tanya Zidan dengan nada yang menahan rasa khawatir.
"Ap-apa? Mas Reyza kecelakaan? Hah? Mas Mirza jawab! Mas Fian juga!? Jawab, Mas! Mas Eja kenapa?! Di mana kejadiannya?!"
"Rey, Reyva sabar, Rey. Kita berdoa ya, kita langsung ke lokasi ya? Jangan nangis, Va. Nanti kita juga ikut nangis." ucap Friska.
Meisya, Cindy, dan Friska kompak memeluk Reyva yang rapuh. Keadaannya kini sudah tak karuan.
Tanpa lama Haikal dan Zidan langsung berlari cepat mengikuti langkah Mirza dengan Alfian, karena diduga lokasi kejadian belum jauh dari tempat penginapan.
Semangat nulisnya.