Dalam kehidupan yang dipenuhi dengan tantangan dan pertempuran, cinta sering kali menjadi cahaya yang memandu. Zayyy, seorang pemuda yang karismatik dan tak kenal takut, telah berjuang melawan musuh dan tantangan, tidak hanya untuk melindungi artefak berharga, tetapi juga untuk menjaga cintanya dengan Angelina. Namun, di tengah semua itu, ada suatu kebenaran yang tak terhindarkan: hidup adalah perjalanan yang penuh dengan keputusan sulit, pengorbanan, dan kehilangan.
Saat bayangan gelap mulai mendekat, Zayyy harus menghadapi tidak hanya musuh yang mengancam, tetapi juga perasaannya sendiri. Pertarungan untuk cinta dan harapan akan membawa Zayyy pada jalan yang penuh dengan kenangan indah dan kesedihan yang mendalam. Di sinilah kisahnya dimulai, di mana setiap detik berharga dan setiap pertempuran adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar—sebuah perjalanan menuju pengertian sejati tentang cinta dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohamad Zaka Arya Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Persimpangan Jalan
Kelulusan akhirnya tiba. Hari yang dinantikan sekaligus ditakuti Zayyy, Angelina, dan Raka. Aula sekolah ramai dengan siswa dan keluarga yang berkumpul, penuh dengan tawa, tangis, dan kebanggaan.
Para siswa mengenakan seragam resmi dengan selempang bertuliskan “Lulus” dan dipadukan dengan toga sederhana. Zayyy duduk di antara teman-temannya, merasakan campuran emosi yang sulit dijelaskan.
Di satu sisi, ia bangga telah menyelesaikan fase ini, namun di sisi lain, ia merasa ada sesuatu yang berakhir, sesuatu yang tak akan pernah sama lagi.
Angelina berada di barisan depan, bersama dengan para siswa yang memperoleh penghargaan akademik. Ia tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah Zayyy dan Raka, menunjukkan ekspresi kemenangan kecil di wajahnya.
Zayyy tertawa kecil sambil mengacungkan jempol, memberikan dukungan penuh untuk sahabat sekaligus orang yang ia sayangi.
“Selamat untukmu, Angel,” ucap Zayyy pelan, meskipun ia tahu Angelina tak bisa mendengarnya di antara riuh rendah suasana aula.
Saat nama Angelina disebut, aula bergemuruh dengan tepuk tangan. Ia maju ke panggung, menerima sertifikat kelulusan dengan anggun dan penuh percaya diri.
Ketika kembali ke tempat duduk, ia bertatapan dengan Zayyy, dan seolah dalam sekejap mata mereka berbicara dalam keheningan, mengerti bahwa ini adalah momen yang tak akan terlupakan bagi keduanya.
Ketika akhirnya giliran Zayyy dipanggil, ia melangkah maju dengan senyum tenang. Meskipun ia bukan siswa yang menonjol dalam akademik, kehadirannya selalu membawa warna dalam sekolah ini. Tepuk tangan dari teman-temannya menggema, dan ia melirik sekilas ke arah Angelina dan Raka, yang tersenyum bangga kepadanya.
Acara kelulusan berakhir, dan semua orang berkumpul di luar aula, saling mengucapkan selamat dan berpamitan. Beberapa teman bahkan terlihat menangis, menyadari bahwa ini mungkin terakhir kalinya mereka bertemu dalam suasana yang sama. Zayyy berdiri di tepi halaman sekolah, menatap ke arah gedung yang telah menjadi saksi banyak momen berharga.
Angelina menghampirinya. “Gimana, Zay? Sudah siap menghadapi dunia nyata?” tanyanya dengan nada sedikit bercanda, namun matanya menunjukkan keseriusan.
Zayyy tertawa kecil. “Siap atau nggak, dunia nyata nggak nunggu kita, Angel,” jawabnya. “Tapi aku percaya, dengan kita saling mendukung, apapun bisa kita hadapi.”
Angelina mengangguk, setuju dengan keyakinan Zayyy. “Aku juga berpikir begitu. Jadi, apa rencanamu setelah ini?”
“Aku mungkin akan coba ikut pelatihan di luar kota dulu,” jawab Zayyy. “Aku ingin tahu lebih dalam tentang teknologi dan komputer, dan aku rasa, itu bisa membantuku menemukan apa yang benar-benar ingin kulakukan.”
Angelina mendengarkan dengan serius. “Itu bagus, Zay. Aku yakin kau bisa melakukan yang terbaik di sana. Aku akan ke universitas di kota sebelah. Jadi, meskipun kita nggak di tempat yang sama, kita masih bisa bertemu.”
Raka kemudian bergabung dengan mereka. “Hey, kalian ngobrol serius banget!” katanya dengan senyum lebar. “Ayo kita buat janji untuk ketemu secara rutin meskipun kita berpisah.”
Mereka bertiga sepakat untuk tidak saling melupakan dan berjanji untuk menjaga persahabatan mereka meski sudah tidak lagi berada di bawah satu atap sekolah. Setelah berjanji, mereka menghabiskan sisa sore itu bersama, mengambil foto dan bercanda, mengabadikan momen berharga ini.
Beberapa hari setelah kelulusan, Zayyy mulai bersiap-siap untuk pergi ke luar kota mengikuti pelatihan yang ia rencanakan. Walaupun ia merasa senang karena bisa belajar dan berkembang, ada perasaan rindu yang tak terelakkan. Sebelum berangkat, ia mengundang Angelina ke Bukit Surga sekali lagi.
Ketika Angelina tiba, ia menemukan Zayyy sudah duduk di atas batu besar, menatap ke arah kota yang mulai diselimuti senja. Ia tampak tenang, namun ada sedikit kesedihan dalam sorot matanya. Angelina menghampirinya, duduk di sampingnya tanpa banyak bicara.
“Besok pagi aku berangkat,” kata Zayyy pelan, memecah keheningan di antara mereka. “Aku ingin menghabiskan malam terakhirku di sini denganmu, Angel. Tempat ini… selalu membuatku merasa tenang.”
Angelina mengangguk. “Tempat ini punya banyak kenangan bagi kita. Aku juga akan merindukan suasana ini.”
Mereka terdiam beberapa saat, hanya menikmati suara angin yang berhembus dan pemandangan senja yang perlahan-lahan memudar menjadi malam. Zayyy merasa ada begitu banyak yang ingin ia katakan, namun ia tak tahu harus memulai dari mana.
“Angel,” panggil Zayyy tiba-tiba. “Aku tahu mungkin kedengarannya klise, tapi aku ingin kau tahu bahwa… aku berterima kasih atas semuanya. Kau membuat hidupku lebih berwarna, dan aku tak akan pernah melupakanmu, meskipun kita terpisah nanti.”
Angelina tersenyum lembut. “Aku juga, Zay. Kau adalah orang yang selalu ada untukku, sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Aku berharap, apapun yang kau pilih di masa depan, kau akan selalu bahagia.”
Zayyy meraih tangan Angelina, menggenggamnya dengan lembut. “Ini bukan perpisahan, Angel. Kita hanya akan berjalan di jalan yang berbeda untuk sementara waktu. Suatu hari nanti, aku yakin kita akan bertemu lagi, dan aku berharap saat itu, kita berdua sudah menemukan apa yang kita cari.”
Angelina mengangguk, mengerti apa yang dimaksud Zayyy. “Ya, aku juga percaya itu. Jadi, jangan lupa janji kita.”
Zayyy tersenyum, menggenggam tangannya lebih erat seolah ingin memastikan bahwa momen ini akan selalu terpatri dalam ingatan mereka. Mereka berdua duduk dalam keheningan, memandangi langit malam yang dipenuhi bintang. Dalam hati, keduanya menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Mereka tahu bahwa meskipun mereka akan menghadapi tantangan yang tak terduga, persahabatan dan cinta mereka akan tetap menjadi kekuatan yang mendukung mereka di setiap langkah.
Waktu berlalu, dan mereka akhirnya harus berpisah. Ketika tiba saatnya bagi Zayyy untuk pergi, mereka saling berpamitan dengan berat hati. Angelina berdiri di tepi jalan, menatap motor Zayyy yang perlahan menjauh, meninggalkan jejak yang sulit dilupakan.
Dalam perjalanan menuju kota baru, Zayyy merenungkan semua yang telah ia lalui bersama Angelina dan Raka. Ia sadar bahwa dirinya telah tumbuh, bukan hanya sebagai seorang siswa, tetapi juga sebagai seorang sahabat, dan sebagai seseorang yang tahu apa yang ia inginkan dalam hidup. Meskipun ada perasaan rindu yang mengganjal, ia merasa siap menghadapi petualangan barunya dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.
Di sisi lain, Angelina juga memulai langkah barunya dengan harapan dan semangat. Di universitas barunya, ia bertemu dengan banyak orang dan mulai membangun mimpinya. Namun, di setiap sudut ingatannya, masih ada bayangan Bukit Surga dan janji yang pernah ia buat bersama Zayyy.
Meskipun jarak memisahkan mereka, janji dan kenangan akan tetap ada. Mereka berdua tahu, seberapapun sulitnya perjalanan hidup ini, persahabatan dan cinta mereka adalah harta yang paling berharga, yang akan selalu mereka bawa ke mana pun mereka pergi.