Terdengar suara 'sah' menyeruak ke dalam gendang telinga, seolah menyadarkan aku untuk kembali ke dunia nyata.
Hari ini, aku sah dipersunting oleh seorang Aleandro. Pria dingin dengan sejuta pesona. Pria beristri yang dengan sengaja menjadikan aku sebagai istri kedua.
Istri pertamanya, Michelle bahkan tersenyum manis dan langsung memelukku.
Aneh, kenapa tidak terbersit rasa cemburu di hatinya? Aku kan madunya?
Tanya itu hanya tersimpan dalam hatiku tanpa terucap sepatahpun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Muda
"Hhmmm benar apa kata Jerome, tuh lihat!" netra Aleandro menangkap beberapa orang yang sepertinya sengaja memantau sekitar perusahaan.
Martin mengikuti arah mata Aleandro.
"Benar juga. Lantas apa tujuan mereka?" banyak pertanyaan dalam benak Martin.
"Itu yang harus kamu selidiki Martin," tukas Aleandro.
"Perusahaan X adalah perusahaan terpercaya, makanya aku berani menaruh modal yang banyak di sana," ujar Aleandro.
"Perusahaan kita sudah lama menjalin kerjasama, bahkan sejak dipegang tuan Pollin," sambung Martin.
"Saat kamu ke sana dengan Nadia, apa ada hal yang mencurigakan?" telisik Aleandro.
"Kalau saya tahu, tak mungkin akan ada kejadian hari ini Tuan. Maaf karena kesalahan saya yang tidak teliti, masalah jadi membesar gini," kata Martin meminta maaf.
"Aku juga ikut andil karena aku yang memberimu mandat," tukas Aleandro.
"Aku rasa ada yang janggal di sana. Apa kabar orang-orang kita di sana?" sambung Aleandro bertanya.
Tring, sebuah pesan masuk ke ponsel Martin.
"Barusan ada pesan masuk tuan. Saya lihat dulu," kata Martin serius.
Sampai di sebuah perempatan dan kebetulan rambu lalu lintas menyala merah, Martin melihat isi pesan selagi ada kesempatan.
Aleandro menatap Martin menunggu kabar dari Martin.
"Hhmmm di perusahaan X terjadi perubahan besar-besaran tampuk pimpinan," jelas Martin.
Dahi Aleandro berkerut seperti biasa.
"Tak mungkin itu Martin," sangkal Aleandro.
Martin mengedikkan bahu karena dia sendiri tak menyangka jika akan begini endingnya.
"Kucoba hubungi tuan Benigno saja," niat Aleandro untuk menghubungi tuan Benigno yang merupakan pimpinan perusahaan X.
"Sial... Nomornya tak aktif pula," gumam Aleandro.
"Pasti ada sesuatu yang terjadi di internal perusahaan itu," tebak Aleandro menerka.
Jerome sudah menunggu kedatangan bos beserta asistennya itu.
"Kamu lupa tugas utama kamu? Jangan sampai karena kesibukan mu ini, para pasien terlantar," omel Aleandro.
"Issshhh, kamu ini. Dibantuin bukannya terima kasih malah ngomel aja kayak emak-emak," desis Aleandro.
"Kamu ingat pria ini?" Jerome menunjukkan sebuah sosok pria muda lewat layar ponsel yang dipegangnya.
Aleandro mencoba mengingat wajah yang tak asing baginya.
"Bukannya dia pria yang bersama nyonya Michelle waktu itu," tanggap Martin.
"Hhmm...nah itu dia. Aku juga berpikir begitu," sambung Aleandro.
"Telaaattttt.....," kompak Jerome dan Martin mengolok sang bos.
Aleandro mengusap tengkuk karena memang begutu adanya, dia kalah cepat sama Martin.
"Ngapain kamu tunjukkan foto itu? Buang waktuku aja," celoteh Aleandro.
"Sabar bos," ucap Jerome.
"Pria ini sekarang menjadi CEO perusahaan X," lanjur Jerome.
"What? Telinga gue nggak salah dengar kan?" kata Aleandro memastikan.
"Hhmmm begitulah," tanggap Jerome.
"Dan hari ini baru hari ketiga dia resmi menggantikan tuan Benigno," imbuh Jerome.
"Apa karena ini tuan Benigno aku hubungi tak aktif lagi nomernya?" tukas Aleandro.
"Sekarang tugas kamu menyelesaikan Aleandro. Modal kamu mau balik kan?" kata Jerome.
"Tentu lah,"
Ketiganya kompak terdiam, sepertinya sedang berpikir serius.
"Hati-hati. Pasti pria itu akan meneruskan aksi balas dendamnya untuk menghancurkan keluarga Pollin," kata Jerome mengingatkan.
"Hhhmmmmmm," gumam Aleandro menyetujui.
Aleandro beranjak.
"Oh ya Jerome, di sekitaran perusahaan banyak sekali yang mengawasi," beritahu Martin.
"Hhmm bisa dipastikan itu ulah pria itu," kata Jerome.
"Mansion kamu gimana bos? Kamu harus perketat penjagaan. Apalagi istri kamu sedang hamil tua tuh," kata Jerome memberi saran.
Kring... Kring...
Ponsel Aleandro berdering.
Dua pasang mata tertuju ke Aleandro.
"Istri gue," bilang Aleandro.
"Istri pertama atau yang kedua?" Jerome terkekeh.
"Sialan," kata Aleandro sembari menatap tajam Jerome. Bisa-bisanya bercanda di tengah situasi genting.
"Halo sayang," sapa Aleandro.
...........
"Apa? Perutmu sakit? Mules?" tanya balik Aleandro saat Andine menceritakan kondisinya.
...........
"Apa kamu diare?" tanya Aleandro tanpa rasa bersalah.
.............
"Terus? Aku nggak ngerti sayang," ucap Aleandro berada di puncak kebingungan.
"Anak kamu mau launching tuh," sela Jerome dengan santai.
"Launching gundulmu, ini belum saatnya. Perkiraan masih dua minggu lagi," tukas Aleandro.
"Eh, gini-gini gue ini dokter loh. Dalam posisi ini, ilmu gue unggul jauh daripada bos," balas Jerome bercanda.
..........
"Iya... Iya... Aku sudah di rumah sakit ini, akan lama kalau aku bolak balik," kata Aleandro.
............
"Hhmmm baiklah. Sopir dan bibi akan mengantarmu, love you sayang," kata Aleandro membuat Jerome dan Martin sama-sama mencibir.
Bukannya menanggapi keduanya, Aleandro menelpon seseorang lagi.
"Dampingi mobil istriku. Pastikan sampai rumah sakit dengan aman," perintah Aleandro.
Aleandro menutup panggilan tanpa menunggu jawaban orang yang ditelponnya.
.
Di mansion, Andine tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa di perut bawah. Rasanya isi perut mau keluar semua.
"Biiiiiii.....," panggil Andine.
"I... Iya...nyonya," bibi gugup karena melihat Andine meringis menahan sakit.
"Sakit sekali bi....," tak sadar air mata menetes aja di pipi Andine.
"Apa nyonya sudah menghubungi tuan muda?" bibi membantu Andine mencari posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri.
"Sudah, barusan aku telpon dia," beritahu Andine.
Sopir yang dihubungi oleh Aleandro sudah bersiap di depan.
"Sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang nyonya," kata bibi dengan tenang. Sebagai seorang ibu, bibi juga pernah merasakan apa yang dialami oleh Andine. Kehadiran bibi cukup menenangkan Andine.
"Kenapa sakitnya hilang timbul bi?" celetuk Andine.
"Itu namanya kontraksi persalinan nyonya, nyeri akan hilang setelah adik bayi lahir," ucap bibi seraya tersenyum.
Andine berjalan dengan dipapah oleh bibi.
"Kalian mau kemana? Apa yang terjadi?" tuan Pollin hadir di ruangan itu.
"Sepertinya nyonya muda mau melahirkan tuan," beritahu bibi.
"Mana suaminya?" tuan Pollin mencari keberadaan Aleandro.
"Tuan muda menunggu di rumah sakit, karena sudah berada di sana," lanjut bibi.
"Issshhh, dasar suami tak siaga," kata tuan Pollin kesal. Yang benar jargonnya adalah 'suami siaga' maka itu tak berlaku buat Aleandro saat ini.
"Aku ikut," kata tuan Pollin dan tak ada yang berani menolak.
Melihat Andine yang pucat menahan sakit, tuan Pollin dengan gercep mengangkatnya menuju mobil.
"Pah... Maaf merepotkan," kata Andine sungkan.
"Bukan kamu yang merepotkan, tapi pria tak tahu diri itu. Bisa-bisanya membiarkan istrinya berangkat ke rumah sakit sendiri," tuan Pollin sampai menepuk jidat karena ulah Aleandro.
Tuan Pollin mengerutkan alis saat beberapa mobil terlihat mengikuti. Depan, kanan, kiri dan belakang seolah membarikade mobil yang ditumpangi tuan Pollin dan Andine.
Sudut bibir pria setengah baya itu menaik, 'Bocah tengil itu ternyata waspada, sungguh di luar ekspektasiku,'
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Tetep yaa... Ditungguin like, komen dan subscribenya 🥰
Menuju ep. 40 semoga dilancarkan dalam menjaga retensi dan mendapat yang terbaik.
Setelah kontrak, jujur baru dapat dari jumlah viewer aja. Plissssss tetep kasih dukungan ya. Makasih.