Hidup Nicho Javariel benar-benar berubah dalam sekejap. Ketenaran dan kekayaan yang dia dapatkan selama berkarir lenyap seketika akibat kecanduan obat-obatan terlarang. Satu per satu orang terdekatnya langsung berpaling darinya. Bukannya bertobat selepas dari rehabilitas, dia malah kecanduan berjudi hingga uangnya habis tak tersisa. Dia yang dulunya tinggal Apartemen mewah, kini terpaksa tinggal di rumah susun lengkap dengan segala problematika bertetangga. Di rumah susun itu juga, ia mencoba menarik perhatian dari seorang perempuan tanpa garis senyum yang pernah menjadi butler-nya. Dapatkah ia menemukan tempat pulang yang tepat?
"Naklukin kamu itu bangganya kek abis jinakin bom."
Novel dengan alur santai, penuh komedi sehari-hari yang bakal bikin ketawa-ketawa gak jelas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Mengikuti saran Ucup, Nicho pun mulai membuat strategi untuk lebih dekat dengan mantan pelayan hotel itu. Sebagai langkah awal, tentu harus ada perkenalan lebih dahulu antara dirinya versi Jaka dengan mantan butler yang kini menjadi tetangganya.
Nicho mulai menyusun skenario pertemuan dramatis antara mereka. Karena sering memerankan tokoh utama dalam film bergenre romansa, tak sulit baginya mencari akal untuk menciptakan pertemuan manis antara mereka.
Karena sudah hafal jam di mana Sera akan menjemur pakaiannya, Nicho pun siap beraksi. Setelah memantau cukup lama, akhirnya ia melihat Sera keluar sambil membawa keranjang berisi pakaian yang akan dijemur. Di saat yang sama, pria itu berpura-pura melintas dan sengaja menyenggolnya hingga membuat keranjang yang dipegangnya jatuh ke lantai.
"Maaf, maaf ... gak sengaja! Soalnya tadi aku buru-buru," ucap Nicho setelah menabrak Sera.
Keduanya sama-sama berjongkok sambil memungut pakaian yang jatuh berserakan. Ya, adegan tabrakan yang tak disengaja ini sering diromantisasi dalam drama maupun film. Inilah yang Nicho coba contohi.
Masih saling berhadap-hadapan, Nicho mencoba membuka obrolan. "Aku Jaka. Aku baru dua hari di sini. Kebetulan rumah aku tepat di depan rumah kamu. Mungkin kita bakal sering ketemu."
Bukannya merespon sapaan Nicho, Sera malah merampas pakaian yang tengah dipungut olehnya. Pasalnya, itu adalah bra dan celana dalam miliknya. Dengan ekspresi yang datar, dia langsung berdiri dan masuk kembali ke dalam rumah sambil membawa setumpuk pakaian yang tak jadi dijemurnya.
Masih berdiri di depan rumah Sera, Nicho lantas berbalik menghadap ke arah rumahnya dan melihat Ucup yang sedang menyaksikan aksinya. Sambil menggeleng pelan, dia menyilangkan kedua tangannya yang menandakan strategi awalnya telah gagal.
Di dalam rumah, Ucup tertawa terbahak-bahak saat Nicho menceritakan ketika tak sengaja mengambil pakaian dalam milik Sera.
"Pantas aja neng Sera langsung kabur gitu. Mungkin dikira Abang mesum kali. Lagian Abang salah strategi, sih. Kalo di film-film itu kan kalo ada adegan tabrakan yang suka jatuh itu paling kertas atau buku. Lah ini malah pakaian, yang baru habis dicuci lagi! Dah gitu jatuhnya di lantai yang sering dilewati orang-orang. Gimana gak dicemberutin?"
"Bisa gak lu gak usah cengengesan gitu?"
Nicho tampaknya masih terbawa kesal. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah mereka. Mengira itu adalah Sera, Nicho pun buru-buru membukanya. Namun, ternyata tebakannya salah. Seseorang yang tengah berdiri dan tersenyum genit ke arahnya itu adalah seorang gadis muda. Di tangan gadis itu, ada sebuah mangkok berisi makanan yang uapnya masih mengepul.
"Eh, ada Neng Ayu. Tumben ke sini?" sapa bang Ucup.
"Bang Ucuuup," panggil gadis itu dengan suara mendayu-dayu.
"Ya, Neng."
"Ini ada Ayu bawain seafood saus Padang. Ayu buat sendiri pake resep tiktok," ucap Ayu dengan tatapan berbinar yang tertuju pada Nicho.
"Wah, makasih ya, Neng Ayu."
Bukannya segera memberikan makanan bawaannya, gadis itu malah menahan wadah yang hendak diambil Ucup dari tangannya. Pandangannya masih saja terpaku pada Nicho.
Tampaknya ia tertarik pada Nicho. Selama dua hari ini, dia kerap melihat Nicho yang sering melakukan latihan beban di depan rumah hanya dengan bertelanjang dada. Apalagi, Nicho memang memiliki tubuh proporsional dengan otot lengan dan punggung yang indah sehingga membuat wanita manapun akan terpesona melihatnya.
"Neng, ini makanannya jadi dikasih enggak?" tanya Ucup setelah gadis itu terus membatu dengan pandangan yang masih terus menancap pada Nicho.
"Eh, iya lupa."
Baru saja Ucup hendak mengambilnya kembali, gadis itu malah menyerahkan wadahnya pada Nicho yang berdiri di sebelah Ucup.
"Semoga suka, ya, Bang," ucap ayu sambil tersenyum malu-malu pada Nicho.
Setelah kepergian gadis itu, Ucup tampak tak sabar mencicipi seafood saus Padang. Di waktu yang sama, otak Nicho mendadak menyembulkan ide untuk strategi berikutnya.
"Gua punya ide!" Nicho memetik jari, lalu mengambil makanan yang baru saja diberi Ayu. "Strategi kedua. Ketika tokoh utama pria, merasa bersalah. Biasanya, dia akan memberikan sesuatu pada tokoh utama wanita sebagai ungkapan permintaan maaf. Dan di saat itu, tokoh utama wanita akan terkesan dengan permintaan maaf yang tulus dari tokoh utama pria," tuturnya sambil tersenyum penuh arti.
"Jangan bilang, Abang mau ngasih ini sama neng Sera?"
"Bukankah tetangga harus saling berbagi?" Nicho tersenyum sambil menaikkan alisnya.
"Tapi Bang ...."
Tak memedulikan Ucup, Nicho langsung mengeksekusi idenya. Dengan membawa seafood saus Padang yang baru saja diberikan tetangganya, ia melenggang menuju kediaman Sera yang tertutup.
Dengan penuh percaya diri, Nicho langsung mengetuk pintu rumah Sera. Setelah beberapa kali ketukan, akhirnya Sera membukakan pintu rumahnya.
"Hai, Tetangga!" sapa Nicho sambil melambaikan sebelah tangan.
"Ada apa?"
"Aku mau minta maaf atas kejadian tadi. Jadi, sebagai permintaan maaf, aku bawain ini buat kamu."
"Makasih. Tapi, maaf, tapi saya alergi seafood. Daripada mubazir, mending berikan aja sama tetangga yang lain." Setelah berkata, Sera langsung menutup pintu tanpa memberi waktu Nicho untuk berbincang lebih jauh.
Nicho kembali ke rumah Ucup dengan bersungut-sungut. Sebaliknya, Ucup merasa senang atas kegagalan bosnya itu. Dengan begitu, ia bisa menikmati seafood saus Padang tersebut.
"Baru kali ini gua deketin cewek, udah gitu gagal total. Padahal biasanya cewek duluan yang deketin gua," cetus Nicho.
"Jangan kan Abang, para lelaki yang ada di rusun ini, mulai dari bujangan sampai bapak-bapak beristri pada dikacangin sama dia," sahut Ucup sambil menyedot daging kepiting dari cangkangnya, "Oh, iya, Bang gua lupa ngasih tahu! Neng Sera itu suka ngasih makan kucing liar di taman rusun tiap jam enam pagi. Kali aja Abang mau ketemu dia di sana."
Ucapan Ucup membuat Nicho tertegun hingga beberapa menit.
Ia lalu kembali memetik jarinya. "Gua punya strategi baru. Kalo ini gua yakin pasti berhasil!"
"Apa tuh, Bang?"
"Yaitu, tokoh utama pria bertindak sebagai Hero alias penyelamat hingga membuat tokoh utama wanita terkesan," ucap Nicho sambil berdiri dan membusungkan dadanya.
Nicho mendadak tak sabar menunggu pagi, untuk melancarkan strategi berikutnya. Tak tanggung-tanggung, ia dan ucup bahkan sudah bersiap dari jam setengah enam pagi.
Menunggu di taman rusun, Nicho melihat Sera baru saja keluar gedung sambil menenteng bag paper berwarna cokelat. Lantas, ia bergegas memberi arahan pada Ucup yang telah berganti kostum serba hitam lengkap dengan penutup muka. Karena strategi kali ini ia akan bertindak sebagai pahlawan, maka Ucup akan memerankan sosok penjahat.
"Jangan lupa, lu rebut bag paper yang Sera bawa. Abis itu lu langsung lari kencang dan langsung sembunyi di balik pohon gede sana. Entar gua susulin buat ngambil tuh bag paper yang lu rebut. Paham, gak?"
"Gimana kalo dia teriak minta tolong, Bang? Kan serem kalo tiba-tiba dikejar massa terus digebukin?" tanya Ucup yang tampak ragu-ragu dengan ide konyol Nicho kali ini.
"Ya, lu liat sendiri ajalah. Lagi sepi gini siapa juga yang mau kejar lu selain gua."
"Oke deh, Bang!"
Ucup langsung menjalankan aksinya tepat saat Sera memasuki taman rusun. Layaknya seorang jambret, ia langsung merebut bag paper yang dibawa Sera dan berlari kencang. Sera yang tersentak kaget, lantas didatangi Nicho dari arah belakang.
"Kamu kena jambret, ya? Tenang, kamu tunggu di sini aja. Biar aku yang susulin tuh jambret!"
Saat Nicho hendak berlari, Sera langsung berseru. "Gak perlu!"
Nicho menoleh ke arahnya dan kembali meyakinkannya. "Gak papa. Tenang, gak usah khawatir, aku paling ahli dalam mengejar jambret. Tuh orang emang harus diberi pelajaran," ucapnya berlagak sok keren.
"Gak usah! Gak perlu ngejar orang itu! Toh bag paper yang dia ambil isinya cuma sampah doang!" tandas Sera dengan mimik datar.
"Sss–sampah?" Nicho bersusah payah mengucapkan kalimat itu.
"Iya, tadinya mau aku buang di tong sampah itu." Sera menunjuk tong sampah yang berada tepat di sampingnya, kemudian berlalu di hadapan Nicho yang terbengong.
.
.
.
like dan komeng
itu mah gagap kali
setidaknya kali ini Sera nanya keadaan Nicho, berarti Nicho terlihat dimatanya🤭