Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Amar pun melangkah menuju meja makan. Ikut bergabung dan duduk di sebelah Zain. Bunda yang tahu Amar ingin ikut makan. Cepat mengambil piring satu lagi. Dan memberikannya pada Amar.
" Kenapa abang tidak memberi kabar mau datang kesini?" bunda kembali duduk di sebelah ayah.
" Hanya mau bikin kejutan, apa ayah dan bunda sehat?" kata Amar
" Ya kami baik baik saja nak, bagaimana dengan kedua orang tua mu?" tanya pak Farhan.
" Mereka baik baik saja yah, apa ade jadi mau daftar kuliah di kampus abang? Lusa abang bisa antar ade kesana, sekalian abang meeting sama klein," kata Amar menatap Lisa.
" Itu......" kata Lisa tergagap. Karna ia belum memberitahu Amar tentang rencananya.
" Ade mu itu mau kuliah di Australia mar, apa Lisa belum memberi tahu mu nak?" kata pak Farhan. Menoleh pada putri bungsunya di sampingnya. Sehingga Amar pun kaget. Lalu menatap Lisa yang langsung tertunduk.
" Astaga...abang ingin memberi kejutan pada kalian, eh rupanya ada kejutan yang bikin abang lebih terkejut. Kenapa ade ngak cerita sama abang?" kata Amar penuh selidik. Karna Lisa tidak pernah menceritakan rencana itu, padanya. Karna yang ia tahu, Lisa dulu sangat ingin berkuliah di kampusnya.
" Lisa berubah pikiran mar, dia ingin belajar mandiri. Tapi itu bagus kok, apalagi dia bisa masuk PTN di sana. Ini kesempatan langka, bukan begitu yah?" kata Zain.
" Ya itu benar, ade mu mendapat beasiswa di sana nak. itu suatu keberuntungan. Ayah akan mendukung Lisa untuk berkuliah disana nak. Biar Lisa bisa sukses nantinya. Ya kan de ," kata pak Farhan mengusap punggung Lisa.
" Ya yah, Lisa akan berusaha belajar sungguh sungguh," kata Lisa. Membuat hati Amar merasa terusik dengan rencana adik kesayangan itu.
Sedangkan bunda hanya tersenyum. Melihat keakraban keluarganya. Karna sikap Amar tidak berubah sama sekali. Anak yang ia besarkan itu tetap sayang pada Lisa adiknya. Begitu juga padanya dan pak Farhan.
" Apa ade serius mau belajar kesana?" tanya Amar memastikan
" Ya bang " jawab Lisa tersenyum.
" Bagus lah, abang hanya bisa berharap ade bisa menjaga diri selama berada di negri orang. Karna disana pergaulannya sama dengan di Amerika," kata Amar.
" InsyaAllah Lisa bisa jaga diri bang, Lisa hanya niat kuliah kesana. Ngak akan macam macam" kata Lisa berjanji.
Membuat ayah tersenyum. Sedangkan Amar mulai menyuap makanannya. Hatinya merasa seperti kehilangan. Karna Lisa akan pergi jauh. Namun Amar tetap berusaha bersikap tenang.
Setelah selesai makan malam. Lisa membantu bundanya merapikan meja dan mencuci piring. Sedangkan para pria ngobrol di ruang tengah. Lalu setelah beres beres. Bunda dan Lisa menyusul untuk ikut bergabung.
" Ade duduk sini, bang Amar mau menanyakan sesuatu. Apa semuanya sudah di siapkan?" tanya Amar.
Zain yang melihat sikap protektif Amar pada adenya itu. Hanya tersenyum simpul. Karna Amar terlihat begitu dekat dengan Lisa.
" Iya bang, sudah semua kok. Lisa akan test dan akan mengurus visa juga secepatnya. Lalu ke bank untuk membawa asuransi jaminan ayah," kata Lisa yang duduk di sebelah Amar. Dengan sedikit canggung.
" Baguslah, besok kita bank. Sekalian mengisi tabunganmu. Agar saat ade butuh uang mendesak. Ade ngak perlu minta ayah lagi," kata Amar.
" Ngak perlu Mar, aku sudah mengisi tabungan Lisa kemaren. Sekalian jaminan dirinya. Agar jika terjadi apa apa disini . Dia bisa cepat pulang," kata Zain. Yang sudah lebih dulu mengantisipasi semuanya.
" Hah....!! apa iya de?" kata Amar melihat Lisa.
" Ya bang" angguk Lisa. Membuat Amar merasa kalah satu langkah oleh Zain. Namun ia tidak bisa berkata apa apa. Karna bagaimana pun Zain kakak kandung Lisa. Jadi wajar saja jika Zain sangat memperhatikan Lisa. Apalagi Zain punya uang tabungan lebih banyak darinya.
" Yah....abang ketinggalan kereta," kata Amar.
Membuat semua orang menertawakannya.
" Bang, jangan di ambil hati. Bukannya abang sekarang juga harus belajar menabung untuk diri sendiri nak. Mengingat kalian itu sudah pantas berumah tangga. Zain kau juga nak. Lisa masih tanggung jawab kami," kata bunda yang masih sanggup. Membiayai sekolah putrinya.
" Bunda mu benar mar, Zain. Kalian itu sudah waktunya mencari calon istri," kata pak Farhan menyela. Membuat Amar dan Zain saling pandang.
" Santai saja yah, imam akan menunggu makmumnya. Jadi ngak perlu terburu buru," Jawab Zain.
" Ya yah, kami masih ingin menikmati masa muda dan kerja keras dulu, sambil menabung. Karna bukan hal mudah mengurus rumah tangga. Jika sudah siap. Amar akan kenalkan dia pada ayah bunda, juga pada papi dan mami," kata Amar sedikit gugup. Karna ia menyimpan rahasia yang kini menjadi beban dalam hatinya.
Dan tak lama ponsel Amar bergetar. Ia pun melihat siapa yang menghubungi. Namun Amar membiarkannya. Lalu kembali memasukannya kedalam saku celana.
" Kenapa ngak diangkat nak?" tanya bunda.
" Ini no asing bun, mungkin hanya orang iseng," kata Amar yang membiarkan no baru Mia tanpa nama.
" Bukan kenalan baru mar" goda Zain.Yang tahu akhir akhir ini. Amar di dekati para relasi bisnis wanita mereka. Karna tahu Amar CEO muda yang melanjutkan bisnis papinya.
" Ngak tahu, biarkan saja. Lagian apa mereka kurang kerjaan. Tahu jam malam begini. Waktu untuk istirahat," kata Amar
" Hahaha....kau ini nak, jangan terlalu kaku. Apa yang menelpon seorang wanita. Bersikaplah biasa, maklum mereka sedang mencari perhatian," kata pak Farhan
Deg....
Amar pun terdiam mendengar perkataan ayahnya.Seakan sedang menyentil dirinya. Namun Amar tetap bersikap tenang. Karna ia tidak ingin itu mencari masalah.
" Hmm...atau abang sudah punya pacar ?" kata bunda ikut mengoda.
" Belum bun, belum ada yang cocok," jawab Amar cepat. Sedangkan Lisa hanya diam. Mendengarkan obrolan keluarganya
" Oh ya bang, gimana dengan kak Mia?" kata Lisa akhirnya buka suara. Ketika teringat Amar mengantar Mia belanja ke mall.
" Oh...dia baik baik saja," kata Amar kaget. Saat Lisa menanyakan Mia.
" Mia yang tempo hari sering minta tolong sama abang itu nak. Ya apa kabarnya dia, apa dia juga sudah bekerja?" tanya bunda menatap Amar penuh. Karna Amar terlihat akrab dengan teman perempuannya itu.
" Oh ...dia baik baik saja bun, dia masih mencari kerjaan yang cocok?" kata Amar.
" Kenapa tidak kau tawarkan dia untuk masuk perusahaan kita saja mar, lagi pula jika dia pintar. Bisa bisa membantu Lena untuk menjadi asisten arsitek cadangan," kata Zain.
" Tidak Zain...dia sudah dapat tawaran lain. Lagi pula masih banyak orang berbakat lain jika kita butuh arsitek baru," kata Amar yang tidak mau Mia bekerja di perusahaanya. Karna itu bisa tidak akan baik untuk hubungan saat ini.
************
Sedangkan Mia merengut kesal. Karna Amar tidak mengangkat panggilannya.
" Dia di mana sih? apa aku hampiri saja ke rumah orang tuanya," kata Mia yang merasa rindu pada Amar.
" Ah ...tidak mi, itu melanggar perjanjian," guman Mia yang bingung dengan perasaan nya sendiri. Ia berharap Amar bisa menerimanya. Namun Amar sudah tegas mengatakan. Jika Amar hanya membantunya, sampai ia melahirkan nanti.
" Ya tuhan...apa aku salah berharap Amar untuk menjadi ayah dari anakku," batin Mia Merasa malu sendiri pada dirinya Karna ia ceroboh dan lengah di saat bersama Hans. Dan saat Mia melamun tiba tiba...
Tok...tok...tok....
" Siapa itu??" kata Mia kaget, saat mendengar suara ketukan pintu.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar