Eternal Echoes Of Love
Langit sore di Nganjuk berwarna keemasan, menyelimuti jalanan yang dipenuhi anak-anak sepulang sekolah. Suasana sore itu terasa tenang, dengan udara yang berangsur-angsur mendingin, tetapi tak kalah ramai oleh deretan motor dan mobil yang berlalu lalang.
Di salah satu sudut kota kecil ini, Zayyy melaju perlahan dengan motornya, membonceng Arif, teman lamanya sejak MTsN. Mereka berdua terlihat asyik mengobrol tentang berbagai hal, mengenang masa-masa sekolah yang kini terasa begitu jauh.
“Jadi kamu beneran mau ketemu Angelina?” tanya Zayyy dengan nada cengengesan, matanya melirik ke arah Arif dari kaca spion.
Arif menelan ludah, tampak sedikit gugup. "Iya, cuma mau ngobrol sedikit aja. Lagian dia kan teman lama, nggak ada salahnya, kan?"
Zayyy tertawa kecil, senyumannya mengundang Arif untuk lebih jujur. "Nggak ada salahnya, tapi lo seriusan nggak ada rasa lagi sama dia?"
Arif hanya menghela napas sambil menyandarkan tubuhnya di jok motor. “Udah lama berlalu, Zayyy. Lagian, kayaknya dia juga udah move on.”
Zayyy mengangkat bahu, seolah tidak peduli. "Oke, oke. Gue cuma nanya doang, bro."
Mereka berdua akhirnya tiba di depan sebuah rumah dengan pagar sederhana berwarna abu-abu yang terlihat baru dicat. Di depan pintu, berdiri seorang gadis dengan rambut panjang dan wajah yang teduh.
Itu Angelina. Melihatnya lagi setelah sekian lama, Zayyy tiba-tiba merasakan jantungnya berdebar sedikit lebih cepat, sebuah perasaan yang aneh baginya.
Sebagai sosok yang sering dianggap cuek dan jarang berkomitmen pada satu hubungan serius, detak jantung yang lebih cepat ini terasa seperti sebuah pertanda yang asing.
"Arif, Zayyy," sapa Angelina sambil melambaikan tangan. Suaranya lembut, tetapi penuh kehangatan. Senyumnya merekah, dan Zayyy dapat melihat bahwa dia tetap saja anggun seperti dulu, bahkan mungkin lebih dewasa dan menawan.
"He-hey, lama nggak ketemu," balas Zayyy sambil tersenyum, mencoba menyembunyikan perasaan canggungnya.
Angelina tersenyum balik, lalu menatap Arif dengan pandangan akrab. "Apa kabar, Rif?"
Setelah beberapa obrolan ringan dan basa-basi, Arif dan Angelina mulai larut dalam percakapan mereka. Zayyy, yang awalnya ikut mendengarkan, kemudian merasa seolah terabaikan dan memilih berdiri di sisi pagar rumah.
Ia memandang sekeliling, memperhatikan taman kecil di depan rumah yang tertata rapi, mencoba mengalihkan pikirannya. Namun, pandangannya terus saja kembali pada Angelina. Ada sesuatu pada cara dia tersenyum, cara dia tertawa, yang tampak memikat.
Setelah beberapa saat, Arif akhirnya berpamitan, tetapi sebelum mereka sempat pergi, Angelina menahan lengan Zayyy. “Zayyy, tunggu dulu,” panggilnya, membuat Zayyy menoleh dengan alis terangkat.
“Ada apa?” tanyanya, agak terkejut namun penuh penasaran.
Angelina tersenyum tipis, ragu sejenak sebelum akhirnya berkata, "Besok ada acara sholawatan di sekolah lama kita, MTsN. Banyak teman-teman kita yang juga akan datang. Mungkin kamu mau ikut?"
Zayyy terlihat berpikir sesaat. Baginya, datang ke acara semacam itu mungkin bukan hal yang penting, tapi entah mengapa kali ini ia merasa ada dorongan untuk mengatakan ya. "Boleh, kalau nggak ada acara lain, aku datang."
Senyum di wajah Angelina semakin lebar, seolah ada sesuatu yang disimpannya untuk Zayyy. "Aku senang kalau kamu bisa datang. Terima kasih, ya."
Malam itu, sepulang dari rumah Angelina, Zayyy merasa ada yang berbeda. Pikirannya terus tertuju pada senyuman dan tatapan Angelina yang begitu tulus.
Ia mencoba mengabaikannya, tetapi setiap kali ia memejamkan mata, wajah Angelina kembali hadir, seolah terpahat di dalam benaknya. Ia pun akhirnya tersenyum kecil, sebuah perasaan yang lama tidak ia rasakan kini mengalir kembali.
Keesokan harinya, di acara sholawatan di aula sekolah MTsN, Zayyy berdiri di antara kerumunan, menyaksikan suasana aula yang penuh oleh teman-teman lama.
Banyak wajah yang dulu ia kenal kini sudah berubah, tetapi perasaan nostalgia membawa dirinya kembali pada kenangan indah masa lalu. Di tengah kebisingan, matanya secara otomatis mencari sosok Angelina, berharap ia sudah datang.
Tidak lama kemudian, Angelina memasuki aula bersama beberapa teman perempuan lainnya. Rambutnya disanggul rapi, mengenakan hijab biru muda yang membuatnya tampak lebih anggun.
Mata Zayyy terpaku pada sosoknya, mengagumi perubahan yang terjadi pada Angelina. Saat mata mereka bertemu, Zayyy merasakan getaran yang aneh. Dunia seakan berhenti berputar, dan sejenak, hanya ada mereka berdua di dalam aula itu.
Acara berlangsung khusyuk, dengan lantunan sholawat yang menggetarkan hati. Setelah selesai, Angelina mendekati Zayyy yang menunggu di luar aula, senyum tipis di bibirnya. "Terima kasih udah mau datang," katanya, nada suaranya penuh kehangatan.
"Ah, sama-sama. Senang bisa ketemu teman lama," jawab Zayyy, berusaha tetap tenang. Namun, dalam hatinya, ada sesuatu yang terus bergolak. “Kapan terakhir kali kita ngobrol ya, Lina?”
Angelina tertawa kecil, suara tawanya seperti melodi yang merdu di telinga Zayyy. "Sejak MTsN, rasanya kita jarang banget ngobrol kayak gini lagi."
Percakapan mereka mengalir begitu saja. Zayyy merasa nyaman berbicara dengan Angelina, sebuah perasaan yang jarang ia alami dengan gadis-gadis lain.
Meski ia dikenal cuek dan sering berganti-ganti teman dekat, Angelina tampak membawa sesuatu yang berbeda. Dia bukan hanya sekadar gadis pintar dengan ego tinggi dan banyak teman lelaki, tapi juga seseorang yang bisa membuatnya tertarik untuk mengenal lebih dalam.
Setelah acara itu, komunikasi mereka semakin sering terjadi. Melalui media sosial, mereka berbagi cerita, tawa, dan momen-momen kecil yang kadang sulit untuk diucapkan langsung.
Tanpa sadar, setiap percakapan membawa Zayyy dan Angelina semakin dekat. Meskipun tidak ada status atau ikatan resmi, mereka berdua menyadari bahwa ada ketertarikan yang lebih dari sekadar teman lama.
Pada suatu malam, saat Zayyy sedang mengobrol dengan Angelina lewat pesan, ia menerima sebuah pertanyaan yang membuatnya berpikir keras. “Kenapa kamu nggak pernah serius sama satu orang, Zayyy?”
Pertanyaan itu sederhana, tetapi terasa menusuk. Zayyy terdiam, mencari jawaban yang tepat. Akhirnya, setelah berpikir panjang, ia mengetik jawaban singkat, “Karena mungkin aku belum ketemu orang yang beneran bisa bikin aku berubah.”
Angelina membalas cepat, “Jangan main-main terus, Zayyy. Orang yang tulus nggak akan nunggu selamanya, loh.”
Kata-kata Angelina membuat Zayyy merenung. Di balik sikap cuek dan gaya santainya, ternyata ada sisi dalam dirinya yang mulai mempertanyakan cara hidupnya. Angelina mungkin menjadi salah satu dari sedikit orang yang mampu membuatnya berpikir lebih dalam.
Pertemuan pertama mereka yang sederhana ini bukan hanya sekadar kebetulan. Ini adalah awal dari perjalanan panjang yang mungkin penuh konflik, tawa, pertanyaan, dan perasaan yang lambat laun mulai tumbuh di antara mereka.
Dan, untuk pertama kalinya, Zayyy merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan biasa. Sesuatu yang mungkin membuatnya bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia akan siap berubah untuk orang yang mungkin berharga lebih dari yang pernah ia sadari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments