Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di hukum
Kini ruangan bimbingan konseling itu hening, setelah Zanaya berucap. Wajah-wajah pucat terlihat dengan jelas.
"Anda masih ingatkan Nyonya. Apa yang anda ucapkan jika Putri anda yang bersalah?" tanya Zanaya santai.
"Anak saya tetap tidak salah, justru kau lah yang bersalah. Kenapa kau tiba-tiba berdiri dan mengangetkan putri ku?" sangkalnya tak tahu malu.
Gadis cantik itu terkekeh, "Berarti jika seandainya saya tidak berdiri tepat waktu, Putri anda berhasil menyiram saya dengan jus cabai itu," kata Zanaya dengan menggeleng tidak percaya. "Ucapan anda ini, seolah membenarkan perbuatan Putri anda, atau begini saja Nyonya. Bagaimana jika keadaannya berbalik? Saya ingin menyiram putri anda dan katakan pada Putri mu jangan berdiri," sindir Zanaya.
"Kau-" Nyonya Permadi tidak bisa membalas perkataan Zanaya, dia hanya mengepal tangannya kuat.
"Sudah, jadi semua terbukti jika Zanaya tidak bersalah, ini memang perbuatan Utari sendiri," kata pak Jefri, dia tak habis pikir jalan pikiran Utari ini.
"Untuk kalian, yang sudah berbohong dan ikut memfitnah Zanaya, silakan minta maaf dan kalian akan di skors selama seminggu," putus pak Jefri tegas, membuat beberapa murid yang bersaksi palsu, menunduk malu.
"Dan untuk Utari, silahkan urus kepindahannya sesuai perkataan Nyonya Permadi tadi," Lanjutnya.
"Loh, tidak bisa begitu pak Jefri. Saya tidak terima!" tolak Nyonya Permadi.
"Bukannya anda yang mengatakan tadi Nyonya Permadi? Apakah anda mencoba menjilat ludah sendiri?" sindir Zanaya, tersenyum miring. Ucapan Zanaya semakin membuat Nyonya Permadi tak berkutik.
"Bagaimana Zanaya, apakah kamu tetap melanjutkan perjanjian itu? Sebab jika di kasus ini, pelanggarannya belum terlalu berat, Utari masih bisa bersekolah meski di beri surat peringatan pertama," kata Pak Jefri bijak.
"Kalau saya sendiri pak Jefri, saya akan melupakan hal ini jika Utari meminta maaf pada saya beserta orang tuanya," ujar Zanaya senyum mengejek. Bagi orang sombong seperti keluarga Permadi, meminta maaf merupakan penghinaan besar bagi mereka.
"Kami tidak Sudi meminta maaf padamu!" tolak Nyonya Permadi dengan tangan mengepal.
"Kalau begitu, serahkan surat kepindahan Putri anda sekarang!" ucap gadis cantik itu santai, membuat Utari mengepalkan tangannya kuat.
Dengan hati yang bergemuruh hebat "Kami minta maaf," ujar mereka tak ikhlas. Sedangkan tuan Permadi, di dalam hati dia akan memberikan hukuman untuk Zanaya.
"Kami juga minta maaf Zanaya," ujar beberapa murid yang menjadi saksi.
"Lain kali, berhati-hatilah berbicara apalagi bersaksi palsu. Kalian bisa menghancurkan seseorang hanya karena ucapan kalian. Apa kalian ingin keadaan seperti ini berbalik pada kalian?" tanya Zanaya dingin, membuat mereka menggeleng cepat.
"Sebaiknya kalian keluar, sedangkan Utari beserta orang tuanya tinggal untuk mengambil surat peringatan pertama nya dan di skors selama seminggu," kata pak Jefri tegas, dia sama sekali tidak menerima penolakan.
Di UKS, seorang gadis yang wajahnya mirip dengan Revan kini membuka matanya, setelah mengalami pembullyan oleh kakak kelasnya.
"Kak Revan?" lirih gadis itu, saat melihat saudara kembarnya bersama teman-temannya yang berdiri menunggu dia sadar.
"Bagaimana perasaan kamu, ada yang sakit?" tanya Revan sedikit meringis akibat pukulan Zanaya tadi.
"Zanaya mana kak? Kenapa bukan dia tolongin aku seperti biasanya?" Bukannya menjawab pertanyaan saudara kembarnya, dia malah mencari orang lain.
"Kamu itu tuli atau apa? Bukannya kamu sudah tahu, jika Zanaya lupa ingatan. Jadi, jangan berharap lagi jika kau di bully, ada Zanaya yang menjadi tameng mu dan berhenti mengejar kekasih orang," ketus Alfa, dengan mulut pedasnya, dia jengah melihat ketidak maluan, kedua saudara kembar ini.
Mata Utami berkaca-kaca, "Kenapa kak Alfa bicara seperti itu?" tanyanya, membuat Alfa mendengus dingin.
"Memang kenyataan seperti itu bukan, kamu berani mengganggu pacar orang lain karena kamu pikir ada Zanaya yang selalu menolong kamu," ujar Alfa blak-blakan.
"Alfa cukup! Kau jangan bicara seperti itu pada adikku, bukan dia yang salah. Tapi Zanaya yang tidak punya hati, buat tolong Utami saja dia tidak mau!" bentak Revan, berdiri menunjuk Alfa.
Pemuda tampan nan dingin itu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, membuat sahabatnya, mengernyit heran. "Zanaya atau kalian berdua yang tidak punya hati?" tanyanya, meredakan tawanya.
"Apa maksud mu? Jelas-jelas dia tidak punya hati. Bukti nya dia memukul ku dan memecahkan ponselku. Bahkan Utami di biarkan di bully?" kata Revan tak mau kalah.
Mata Utami melotot, "Kak Revan benar di pukul sama Zanaya?" tanyanya, yang di balas anggukan.
"Kurang ajar si Naya itu!" geram Utami, semakin membuat Alfa terkekeh.
"Kalian ini benar-benar tidak sadar diri yah! Kamu di pukul Zanaya karena kamu sendiri yang mulai pertama kali. Selama Zanaya menolong kalian, apa kalian pernah membalasnya, tidak bukan?" tanya Alfa, kemudian Alfa menunjuk Utami. "Dan kamu Utami, apa selama sekolah disini, kamu pernah menolong Zanaya saat dia menggantikan mu untuk dijadikan sasaran tinju, tidak kan? Bahkan kamu meninggalkannya begitu saja meski dia pingsan seorang diri," Ucapan Alfa membuat mereka bungkam.
"Kamu Revan! Pernah kah selama ini Zanaya menolong mu, kamu pernah membalasnya? Bahkan terakhir, saat dia kecelakaan. Apa pernah kamu datang berterimakasih atau meminta maaf padanya, tidak pernah bukan? Jadi kalau Zanaya tidak lagi peduli pada kalian sepertinya itu sepadan," kata Alfa panjang lebar, baru kali ini dia berbicara banyak.
"Aku keluar dari sini, aku terlalu muak melihat wajah tidak tahu diri seperti kalian berdua" sambung Alfa pedas.
Seketika ruangan UKS itu hening, "Alfa kenapa berubah seperti itu?" tanya Revan, tak tahu malu.
"Alfa bukan berubah, tapi apa yang dikatakan Alfa memang benar, Van," celetuk Doni.
"Jadi kamu lebih belain Alfa?" sinis Revan.
"Doni tidak bermaksud membela siapa-siapa disini Van, tapi apa yang dikatakan Alfa memang benar. Setidaknya jika kamu memang tidak suka Zanaya. Seharusnya kamu membalasnya sebagai rasa kemanusiaan, begitu juga Utami," ujar Mahen bijak, membuat kedua bersaudara itu bungkam.
"Atau istilahnya kalian membalas budi," sahut Dika, kemudian ikut keluar ruangan UKS itu.
Dikelas IPS 1, tiga orang gadis cantik kini berbincang-bincang membahas masalah fashion yang sedang trend.
"Eh, Fan. Katanya kamu mau beli mobil sport baru, tapi sudah beberapa hari ini. Kok kamu belum beli?" celetuk April dengan tatapan menyelidik begitu Rani.
Fani mendadak berkeringat dingin, awalnya dia tersenyum, kini mulai cemas, "Hmm, anu ... eh itu ... " Matanya melirik kesana kemari, membuat kedua sahabatnya mengerutkan keningnya. Kemudian menghembuskan nafasnya, "Papa aku masih sibuk, soalnya ada proyek besar yang akan dilakukan. Kalian tahu sendiri kan, keluarga Dixon itu super sibuk. Aku saja jarang bertemu kedua orang tua aku," ujarnya gugup, membuat kedua sahabatnya mengangguk meski mereka agak ragu.
dasar OKB mau menguras harta Zion ya,jgn mimpi 😏...siap2 jadi gelandangan dan tidur di bawah kolong jembatan kalian... zanaya di lawan kalian salah cari musuh tau,dasar tua Bangka 😠