NovelToon NovelToon
Between Our Heart

Between Our Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Anfi

Ashana Keyra Zerrin dan Kafka Acacio Narendra adalah teman masa kecil, namun Ashana tiba-tiba tidak menepati janjinya untuk datang ke ulang tahun Kafka. Sejak saat itu Kafka memutuskan untuk melupakan Asha.

Kemana sebenarnya Asha? Bagaimana jika mereka bertemu kembali?

Asha, bukankah sudah kukatakan jangan kesini lagi. Kamu selalu bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain. Aku butuh privasi, tidak selamanya apa yang kamu mau harus dituruti.” Ucapakan Kafka membuat Asha bingung, pasalnya tujuannya kali ini ke Stanford benar-benar bukan sengaja menemui Kafka.

“Tapi kak, Asha ke sini bukan sengaja mau menemui kak Kafka. Asha ada urusan penting mau ke …” belum selesai Asha bicara namun Kafka sudah lebih dulu memotong.

“Asha, aku butuh waktu untuk menerima semua ini. Walaupun untuk saat ini sebenarnya tidak ada kamu dalam rencanaku, semua terjadi begitu cepat tanpa aku bisa berkata tidak.” Asha semakin tidak mengerti dengan yang diucapkan Kafka.

“Maksud kak Kafka apa? Sha tidak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6. Hati yang retak

Key sudah berada di sofa ruang tengah rumahnya ketika dia terbangun, seingatnya tadi dia masih tidur di mobil. Dia meregangkan tangan dan kakinya, dia masih sedikit mengantuk tapi sudah tidak seperti tadi ketika masih di mobil.

“Kak lu diet gih, berat banget gendong lu dari mobil sampe kesofa.”

“Ish aku gak seberat itu sih.” Key melempar bantal sofa kearah Rion yang disambut tawa lepas olehnya karena berhasil menjahili kakaknya.

“Adek, kakaknya baru sampai juga. Bukannya biar istirahat malah digodain,” Bunda Maira datang dari dapur membawa segelas air minum untuk diberikan pada Key.

“Sayang, naik keatas dulu bersih-bersih. Kamar kakak sudah diberesin, sudah bersih. Bunda sudah siapin makanan kesukaan kakak,” Bunda Maira hendak memeluk Key namun ditepisnya.

“Bun kakak baru dari rumah sakit, peluknya nanti ya kalau sudah mandi.”

“Bunda lupa sayang, ya sudah sana naik.” Key berjalan kekamarnya untuk mandi dan beres-beres, sementara Bunda dan Bi Ana menyiapkan makan malam untuk mereka sekeluarga.

Key sudah selesai mandi dan sudah tampak lebih segar, dia merebahkan tubuhnya di kasur yang sudah sembilan tahun lamanya tak pernah dia jamah. Tak butuh waktu lama untuknya terlelap, lelah sudah benar-benar menyergapnya. Dia biarkan dirinya seolah terhipnotis dengan aroma diffuser dan juga suhu AC yang sudah diatur senyaman mungkin untuknya.

Cia membuka pintu kamar Key, karena makan malam sudah siap dia berniat membangunkan kakaknya. Bulir-bulir bening justru jatuh tanpa bisa ditahannya saat melihat kakaknya sedang terlelap dalam tidurnya. Cia berusaha untuk tak terisak namun justru suara tangisnya yang sekuat tenaga dia tahan lolos juga semakin kencang. Isak tangisnya membangunkan Key yang sedang terlelap tidur.

“Cia .. Hai, kenapa nangis?” Key yang terbangun lalu mendekat pada adik perempuannya itu, dia peluk dan diusapnya punggung Cia dengan lembut. Begitupun Cia yang seolah ingin melepaskan semua rasa rindu pada kakak yang sangat dia rindukan, dia membalas pelukan kakaknya dengan erat seolah tak mau lagi ditinggalkan.

“Kak .. ka .. kak a .. aku gak akan biarin kamu pergi lagi,” tenggorokan Cia seolah tercekat tak bisa berkata-kata karena tangisnya yang semakin kencang. Key terus mengusap lembut punggungnya, menenangkan Cia. Rasa bersalah menyelimuti hatinya, Key tahu keegoisannya selama sembilan tahun ini tidak hanya melukainya tapi juga melukai Bunda, Cia juga Rion.  Haruskah kali ini dia tinggal di Indonesia lebih lama lagi, bukankah mereka lebih berharga dari pada masalah dirinya dengan kafka.

“Hmm .. udah ya jangan nangis terus. Aku sudah ada di sini, maafin kakak karena terlalu egois. Kakak bakal tebus waktu yang sudah hilang, kemanapun kamu mau kita kesana.” Diusapnya pipi Cia yang masih terus mengalirkan bulir-bulir bening.

“Janji ya?” Key menganggukkan kepalanya tanda setuju, tanpa di sadari dari balik pintu ternyata ada yang juga menahan diri untuk tidak terisak. Rion menguping pembicaraan kakaknya, sama seperti Cia dia menyimpan rindu yang sangat dalam pada Key.

Mereka sudah ada di meja makan untuk makan malam bersama, bi Ana dan pak Maman dan beberapa karyawan yang tinggal di rumah  juga di minta makan malam bersama mereka. Begitulah keluarga Key tidak membeda-bedakan, apalagi malam itu adalah makan malam spesial menyambut Key pulang ke rumah. Althan Malvin Zerrano berhasil mengajarkan anak-anaknya untuk menghargai setiap yang mereka miliki, andai dia masih hidup pasti sangat bangga dengan pencapain ketiga anaknya.

Mereka berkumpul di ruang tengah sambil melepaskan rindu, tertawa bersama sambil bercerita dan nonton film sembari memakan camilan buatan bi Ana. Bi Ana, pak Maman dan yang lain merasa rumah itu seperti hidup kembali setelah anak pertama keluarga itu yang tak lain adalah Key kembali ke rumah setelah sekian tahun lamanya. Bi Ana dan pak Maman tahu benar jatuh bangun bunda Maira setelah pak Malvin meninggal, belum lagi Key yang mengalami kecelakaan sebulan setelah ayahnya berpulang membuat mereka semua harus pindah rumah untuk sementara waktu.

“Bunda .. boleh Key masuk?” Key mengetuk pintu kamar bundanya, meminta ijin untuk masuk.

“Iya sayang, sebentar.” Maira beranjak dari kasurnya menyalakan lampu utama dan membuka pintu untuk Key.

“Key boleh tidur sama bunda?” Maira menggenggam tangan Key dan membawanya masuk untuk tidur bersamanya, mengatur bantal Key agar sejajar dengan bantalnya.

“Bun .. bunda,” Maira menatap lekat wajah putrinya yang kini nampak berkaca-kaca.

“Ada apa sayang?” Diusapnya dengan lembut wajah putrinya, dia seka air mata putrinya yang mulai lolos satu demi satu jatuh membasahi pipinya.

“Maaf .. maaf bun, Key terlalu lama pulang ya bun? Maaf karena Key selalu egois hanya memikirkan diri sendiri tanpa berpikir kalau adik-adik juga terluka karena Key,” Maira membawa putrinya masuk dalam pelukannya, pelukan hangat yang sebenarnya selalu Key rindukan.

“Sayang ..  dengerin bunda, kakak tidak egois. Kamu hanya butuh waktu untuk menerima semua yang kamu alami. Jangan menyalahkan diri sendiri! Bunda, Cia dan adek tidak pernah menyalahkan kakak atas semua keputusan yang kakak ambil.” Dikecupnya puncak kepala key dengan penuh rasa sayang.

“Key takut bun, untuk pertama kalinya hari ini kami berjumpa setelah sembilan tahun berlalu. Rion memukulnya setelah melihat kak Kafka memeluk Key,” Maira tampak terkejut mendengar penuturan putrinya.

“Bagaimana perasaan kakak setelah bertemu dengan Kafka?”

“Tidak tahu bun, ada banyak hal yang seolah ingin menyeruak meminta keluar dari kepalaku. Entah itu rasa marah, kesal, benci, rindu, sayang atau yang lainnya. Aku tidak tahu bun, aku bingung dengan semua yang kurasakan saat bertemu dengannya.”

“Pelan-pelan sayang, sudah saatnya putri bunda bukan lari tapi mengahadapi yang harus dihadapi. Semua hal butuh waktu dan proses, apapun nanti keputusan yang akan Key ambil bunda akan selalu ada di samping Key.”

“Kita juga akan selalu ada di samping lu, awas aja kalau si brengsek itu berani nyakitin lu lagi kak. Gue pastikan dia menyesal,” Rion dan Cia yang sudah sedari tadi berada dibalik pintu kamar bundanya tidak tahan lagi untuk masuk dan mereka langsung ikut merebahkan diri bersama diantara bunda dan Key.

“Adek jaga mulutnya, kak Kafka tetap lebih tua dari kamu jadi tidak boleh seperti itu,” Maira mengingatkan putra bungsunya itu.

“Tapi aku setuju sama Rion bun, hadapi kita dulu kalau mau nyakitin kakak.” Cia menyusup diantara bunda dan kakaknya, diikuti Rion yang mulai menyamankan posisinya berbaring di samping Key. *Kasur bunda Maira ini tipe dua ranjang yang dijadikan satu ya guys jadi bisa muat untuk mereka berempat*

Mereka mulai terlelap, hanya tinggal Key yang masih memandangi satu per satu keluarganya. Kehangatan yang sudah lama Key lupakan kini terasa kembali. Hatinya memang masih terluka, traumanya terhadap hujan belum sepenuhnya sembuh. Bahkan sampai saat ini Key masih takut menyetir mobil sendiri, dia lebih suka naik motor dari pada harus mengendarai mobil kecuali orang lain yang menyetir.

“Ayah .. tolong bantu Key dari atas sana, Key tahu apa yang ayah lakukan pasti untuk kebaikan Key. Maafkan key jika suatu saat nanti harus mengambil Keputusan yang mungkin tak sejalan dengan yang ayah inginkan.”

Hal yang dia hindari dan dia takutkan tetap harus di hadapi juga akhirnya. Kafka telah menjadi luka yang masih menorehkan goresan tanpa jeda dalam hatinya, mengubah Asha menjadi Keyra. Matahari terbit yang dulu menjadi sinar paling terang kini menjadi sumber lara untuk Ashana Keyra Zerrin.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!