keinginannya untuk tidak masuk pesantren malah membuatnya terjebak begitu dalam dengan pesantren.
Namanya Mazaya Farha Kaina, biasa dipanggil Aza, anak dari seorang ustad. orang tuanya berniat mengirimnya ke pesantren milik sang kakek.
karena tidak tertarik masuk pesantren, ia memutuskan untuk kabur, tapi malah mempertemukannya dengan Gus Zidan dan membuatnya terjebak ke dalam pesantren karena sebuah pernikahan yang tidak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Siapa Gus Zidan?
Hari ini untuk pertama kalinya setelah dua Minggu ini tidak mengunjungi pesantren, ia hanya sekali dalam satu Minggu berkunjung ke pesantren karena kesibukannya di luar pesantren juga tidak bisa ditinggal begitu saja.
Hari ini Gus Zidan sengaja mengajak salah satu pengurus pesantren untuk berkeliling karena sebentar lagi dipesantren akan diadakan pengajian Akbar jadi Abah yai meminta Gus Zidan turun langsung mengurusi persiapan pengajian, mulai dari renovasi beberapa gedung yang kurang sedap dipandang dan sebagainya. Saat ia sedang berbincang dengan beberapa ustad di pesantren tanpa sengaja pandangannya tertuju ke arah halaman.
Bukankah itu Aza? Batin gus Zidan memastikan yang ia lihat itu benar.
Ia melihat Aza, yang tampak sibuk menyapu dedaunan, diawasi oleh santri senior. Raut wajah Aza yang masam mengisyaratkan bahwa gadis itu jelas-jelas melakukannya dengan terpaksa.
Sepertinya salah satu ustad menyadari arah tatapan Gus Zidan, "Itu santri baru Gus, yang saya tahu dia melanggar aturan, makanya dilakukan penertipan."
Jadi dia kena hukuman? Dia melakukan kesalahan apa? Batinnya ingin tahu. Naluri Gus Zidan ingin segera menghampiri Aza, tanpa sadar langkahnya seolah mengiringnya ke arah Aza dan para ustad pun hanya bisa mengikutinya.
Farah yang menyadari kedatangan Gus Zidan bersama para ustad pun segara berdiri dan menundukkan pandangannya, membuat langkah Gus Zidan terhenti.
"Assalamualaikum, Gus, ustad." Farah menyapa dengan senyum lebar, berusaha menutupi kekagetannya melihat Gus Zidan dan para ustad di sana.
Gus Zidan mengangguk sopan, menjawab salam Farah, meskipun tatapannya terus mengarah pada Aza.
"Waalaikumussalam. " jawab Gus Zidan, meski matanya sesekali melirik ke arah Aza yang tampak mencuri pandang ke arahnya dari jauh.
Sementara itu, Aza yang awalnya fokus pada tugasnya mulai melirik ke arah Gus Zidan dan Farah.
"Kenapa Gus Zidan ada di sini?" gumamnya pelan. Ia terkejut melihat keberadaan suaminya di pesantren. Kenapa Gus Zidan di sini? Bukankah dia seharusnya tidak ada urusan di pesantren ini? batinnya lagi.
Di dalam hatinya, Aza mulai mempertanyakan maksud kedatangan Gus Zidan.
"Apa dia mengawasi aku?" pikirnya cemas.
"Kurang kerjaan banget, takut banget kalau aku kabur." gumamnya menduga.
Namun, melihat Gus Zidan tampak terlibat percakapan dengan Farah, Aza merasa sedikit kesal. "Tapi kok akrab banget sih sama si Farah?!"
Terlebih lagi, Farah yang sejak awal terlihat tidak menyukai kehadirannya di pesantren, kini malah asyik berbicara dengan Gus Zidan.
"Apa-apaan ini?" Aza mendengus pelan, sambil mengalihkan kembali fokusnya ke sapu di tangannya. "Jangan-jangan si Farah ngomong yang enggak-enggak lagi tentang aku."
Meski gusar, ia berusaha menahan diri untuk tidak membuat situasi semakin buruk di hadapan Farah.
Gus Zidan menatap Aza dengan serius, menahan rasa ingin tahunya. "Kenapa ada santri baru yang dihukum? Sepertinya dia belum terlalu lama di sini," tanyanya seolah tidak kenal dengan Aza, sambil menunjuk ke arah Aza yang masih menyapu, berusaha menjaga nada suaranya tetap netral.
Farah mengangkat alis, sedikit terkejut dengan perhatian Gus Zidan. "Dia itu Aza, Gus. Baru beberapa hari di sini, tapi sudah membuat banyak masalah," jawab Farah dengan nada mencemooh. "Dia tidak mau mengikuti aturan di pesantren, jadi kami memutuskan untuk memberinya dihukum agar dapat disiplin."
Zidan merasa cemas mendengar penjelasan itu. "Hukuman seperti apa yang dia jalani?" tanyanya lagi, berusaha mencari tahu lebih lanjut.
"Dia harus menyapu halaman ini sampai bersih selama dua Minggu ini. Hal ini dilakukan sebagai pelajaran agar lebih menghormati aturan pesantren," jawab Farah, tampak puas dengan penjelasannya.
Zidan mengangguk, meskipun hatinya tidak tenang melihat Aza menjalani hukuman.
"Mungkin kita bisa memberi kesempatan padanya untuk beradaptasi. Semua butuh waktu," ujarnya, berusaha mengalihkan perhatiannya dari Aza yang sedang bekerja keras di bawah pengawasan Farah.
Farah hanya tersenyum terpaksa, merasa sedikit terganggu oleh simpati Gus Zidan. "Kami sudah membicarakan hal ini dengan pengurus pesantren dan santri yang lain, Gus. Sudah sesuai dengan kesepakatan," katanya tegas.
Gus Zidan menghela napas, merasa dilema. Ia ingin melindungi Aza, tapi di saat yang sama, ia tidak ingin terlihat memihak. Sambil berpikir, ia kembali melirik Aza yang kini tampak lelah namun tetap berusaha menyelesaikan hukumannya.
***
Aza menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, merasakan matras yang empuk setelah seharian menjalani hukuman.
"Pengen banget rasanya jambar rambute Parah biar nggak seenaknya sendiri, kayak ratu aja." keluhnya dengan suara jengkel, sambil menutup wajahnya dengan bantal.
Teman-teman sekamarnya saling pandang, beberapa di antaranya terlihat tidak sabar menunggu Aza untuk bangkit dari keluhannya. "Aza, kita semua juga di sini. Cobalah untuk beradaptasi sedikit," Rahma mencoba menenangkan.
"Iya, Za. Kamu akan semakin sulit menjalaninya kalau terus kena hukuman." tambah Laila.
"Aku tidak ingin beradaptasi! Aku juga tidak mau tinggal di pesantren ini," Aza membalas, masih terbaring. "Lain kali aku pengen njarak di Parah lebih parah lagi, biar kapok dia nggak sepenake dewe."
Salah satu temannya, Laila, mencoba berusaha mengerti. "Tapi Aza, kita harus menghormati tempat ini. Banyak hal baik yang bisa kita dapatkan di sini. dari pada hanya terus mengeluh pada orang yang salah."
Aza mengangkat kepalanya dan menatap mereka dengan frustrasi. "Baik atau tidaknya, aku tetap merasa tempat ini nggak cocok buat aku! Dan Farah itu... dia seperti ratu di sini!"
"Dia memang ketua, Aza. Tugasnya menjaga ketertiban. Cobalah untuk bersikap baik padanya," Laila berkata lembut.
"Bagaimana bisa bersikap baik jika dia terus mencari-cari kesalahanku? Kayaknya sengaja dia ingin buat aku nggak krasan di sini." Aza mendesah, kembali membaringkan kepalanya. "Aku hanya ingin sesegera mungkin pergi dari sini."
Aza tiba-tiba teringat tentang Gus Zidan. Ia duduk dengan lebih tegak, menatap teman-temannya dengan rasa ingin tahu. "Eh, siapa sih sebenarnya Gus Zidan itu? Kenapa dia di sini?"
Laila segera merespons, "Oh, dia itu cucu pemilik pesantren. Namanya sudah terkenal di kalangan santri."
"Apa yang membuatnya terkenal?" tanya Aza, penasaran.
"Dia baru saja menyelesaikan S2 di Kairo dan mulai mengajar di sini sekitar dua bulan lalu. Banyak santri yang mengaguminya, terutama karena pengetahuannya yang luas, tampan dan karismatik tentunya." jelas Rahma.
"Jadi, dia itu populer, ya?" Aza menggigit bibir, membayangkan sosok Gus Zidan yang tampan dan cerdas. "Setiap hari dia kesini?"
"Beliau mengajarnya setiap minggu sekali," jawab Laila. "Banyak yang berharap bisa menjadi calon istrinya tapi sayang kabarnya beliau baru saja menikah."
Aza hampir saja tersedak salivanya, Laila, yang melihat ekspresi Aza, melanjutkan, "Kenapa? Kamu juga naksir ya?"
Dengan cepat Aza menggelengkan kepalanya, "Ya nggak mungkin lah."
"Nggak usah malu lah, Banyak santri yang suka berhayal bisa jadi istri dari Gus Zidan, jadi itu wajar."
Aza menelan salivanya dengan susah payah. Jantungnya berdegup kencang. Ia tidak ingin rahasianya terbongkar.
"Suka? Nggak mungkin lah" ucapnya, berusaha terdengar biasa.
"Katanya sih beliau menikahi seorang gadis dari luar pesantren. Jadi, kita tidak bisa banyak berharap lagi, harapan kita buat jadi istri Gus Zidan sudah pupus." ucap Laila menegaskan.
"Ahhh iya, mana berani aku berhayal begitu. Lagi pula Gus Zidan juga tidak mungkin melirikmu." ucap Aza merasa ketakutan. Jika teman-temannya tahu bahwa dia adalah istri Gus Zidan, itu akan menjadi bencana. Ia harus menjaga rahasia ini dengan sebaik-baiknya. "Tenang saja, itu tidak akan terjadi," jawabnya, berusaha terdengar meyakinkan.
Namun, di dalam hatinya, Aza merasa gelisah. Keberadaan Gus Zidan membuat kerumitan di dalam hidupnya.
Bersambung
Happy reading
emak nya Farah siapa ya...🤔...
aku lupa🤦🏻♀️
yang sebelm nya ku baca ber ulang²....
hidayah lewat mz agus🤣🤣🤣🤣🤣🤣....
eh.... slah🤭.... mz Gus....😂😂😂
100 dst siapa ikut😂😂😂😂
hanya krn anak pun jadi mslh tambah serem....
ke egoisan yang berbalut poligami dan berselimut dalil...🤦🏻♀️... ending nya Cusna terluka parah.....