Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Hmmpt!!"
Tanpa aba-aba, bibir Harlord melumat bibir istrinya, bibirnya bergerak rakus dan menggairahkan, membuat tubuh Herlina tidak berhenti bergidik, hingga hampir lemas, getaran aneh dibawah perut pun semakin menjadi-jadi, ada rasa panas yang membuatnya kecanduan.
Harlord memperkuat cengkraman tangannya, hingga tubuhnya tiada jeda dengan pay udara sang istri, Herlina pun semakin larut dalam ciuman panas suaminya, saat ini di kamar hotel hanya terdengar suara decapan dari kedua bibirnya mereka yang terus bergerak untuk saling menyatukan saliva, padahal ini bukan ciuman pertama Herlina,
Dulu saat ia dan George berciuman tidak pernah seperti ini, mereka hanya sekedar menempelkan bibir saja, tapi ciuman suaminya ini sungguh berbeda, memusingkan dan membuatnya hampir gila.
Bruk....
Tidak kuasa menahan hasratnya, Harlord malah menjatuhkan istri ke atas ranjang, lalu menciumnya lagi. Harlord menekankan bibirnya kuat, Herlina merasakan berbagai sensasi dalam dirinya, tubuhnya gemetar tidak berdaya dibawah pelukan Harlord. "Jangan salahkan aku, kalau aku tidak dapat menahan diri lagi." satu tangan Harlord menahan kedua tangan Herlina keatas kepalanya, tindakannya membuat jantung Herlina kian berdebar.
Lalu satu tangan lagi mulai bergerak memijit gundukan kenyal yang masih berbalut kain satin halus, membuat Herlina semakin tidak berdaya, rasa panas pun menjalar, seakan syaraf-syaraf dalam tubuhnya sedang terbakar.
Samar-samar Herlina memandang suaminya, pria itu sedang membuka dasi hingga kancing-kancing kemeja yang padahal sudah dipakai rapi tadi, dengan nafas tersengal, Herlina mulai kehilangan kewarasannya, ia tidak lagi mengingat kesetiaan cintanya pada George, dan malah ingin menyerahkan segalanya pada suami yang sangat ia benci.
Dok... Dok... Dok...
Suara pintu diketuk cukup keras.
Membuat Herlina kembali tersadar, namun tangan Harlord malah menarik rok nya keatas.
"Eehh... Hentikan!" teriak Herlina, mulai meronta-ronta.
"Jangan coba melarang suamimu!" tukas Harlord, menatapnya tajam.
Dok... Dok... Dok...
Tapi pintu kamar mereka diketuk lagi.
"Astaga!! Siapa yang berani mengganggu aku pagi-pagi begini!!" pekik Harlord, melepaskan pegangannya tangannya.
"Tuan... Klien anda sudah datang lebih awal," suara mendesak Benyamin dari balik pintu.
"Aaagghh, sial!" Harlord mengumpat kesal lalu mengacak-acak rambutnya yang sudah rapi.
"Ka.. Kamu lebih baik bertemu klien." cicit Herlina sambil menyilangkan kedua tangan diatas dada.
"Cih!!" decak Harlord, mau tidak mau harus menghentikan aksinya disini, ia pun beranjak dari atas tempat tidur, lalu kembali merapikan penampilannya.
"Satu menit lagi, aku akan keluar..." teriak Harlord ke arah pintu kamar.
"Baik tuan..." sahut Benyamin dari balik pintu.
Herlina langsung bangun, lalu merapikan rambut dan baju yang sudah acak-acakan.
"Persiapkan dirimu, siang ini kamu akan menemani aku menjamu klien." ujar Harlord dengan ketus.
Herlina mengangguk, "Iya..." jawabnya pelan.
Setelah rapi Harlord pun keluar kamar.
Blam...
Sambil bernafas lega, Herlina kembali merebahkan tubuhnya diatas ranjang, ia memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing, dadanya pun terasa sesak. Rasa malu dan bingung karena sudah membiarkan suaminya terus menciuminya, harusnya ia protes dan mendorong suami yang tidak ia cintai itu
"Maafkan aku George, Hiks...hiks....hiks..." Herlina jadi merasa amat bersalah pada mantan kekasih yang masih ia anggap cinta sejatinya, pertahanan cinta yang tadinya hanya tertuju pada George perlahan telah runtuh.
Harlord mampu membuatnya dirinya hampir gila, bahkan debaran-debaran yang muncul dihatinya pun belum kunjung hilang.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**