Kimberly adalah seorang pengantin yang memasuki altar pernikahannya, namun terkejut di atas altar itu sudah ada adik angkatnya bersama calon suaminya yang telah bertukar cincin.
"Maafkan Aku, aku sudah salah. Akulah yang merayu Kak Ramon sampai akhirnya aku hamil 1 bulan dan,, dann,,, terpaksa hari ini kami,,," ucapan adik angkat Kimberly yang menggantikannya menikah, sungguh di luar dugaan!
Ternyata selama ini, semua orang telah menipunya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Penilaian Tuan besar dan keputusan untuk merubah surat wasiat.
Pada keesokan paginya saat Kimberly bangun, dia merasa lebih segar sambil melakukan peregangan di tempat tidur.
"Aku sudah menyiapkan air hangat untuk mu, mandilah, nanti turun untuk sarapan," ucap Steven yang sedang berdiri sambil mengeringkan rambut basahnya.
Kimberly mengangguk dengan pelan, lalu tersenyum sambil berkata, "hari ini kita jadi pergi?"
"Tentu saja," ucap Steven membuat Kimberly dengan cepat turun dari tempat tidur dan langsung menghilang di balik pintu kamar mandi.
Mereka melakukan rutinitas di pagi hari itu sampai pada pukul 08.00 keduanya meninggalkan rumah menggunakan salah satu mobil mewah milik Steven.
Hari ini mereka akan pergi mengunjungi makam tante Kimberly yang menjadi satu-satunya saudara ayahnya.
Setelah tiba di tempat pemakaman, keduanya membeli bunga segar lalu berjalan memasuki area pemakaman sambil bergandengan tangan.
Kacamata hitam melengkapi penampilan kedua orang itu, melangkah dengan langkah sejajar sampai akhirnya mereka berhenti di depan sebuah makam yang diletakkan foto seorang perempuan cantik.
Foto yang dicetak hitam putih itu sesaat mengunci tatapan Kimberly sebelum akhirnya Kimberly berjalan mendekati makam dan menaburkan bunga-bunga segar di sana.
Steven pun tidak tinggal diam, ia ikut membantu sang istri dan mencabut beberapa rumput liar yang tumbuh di sana.
"Selamat ulang tahun Tante," kata Kimberly sambil mengusap foto hitam putih yang menunjukkan betapa cantiknya perempuan penghuni makam itu.
Kimberly memejamkan matanya, berdoa sesaat sebelum membuka mata dan berdiri sambil berkata, "Ayo kita pergi."
Steven mengganggukan kepalanya, lalu kedua orang itu berbalik untuk meninggalkan makam saat di hadapan mereka sudah ada kakek Kimberly yang sementara berdiri dibantu sebuah tongkat, asisten sang kakek juga berdiri di samping sambil memegang payung hitam yang menaungi sang pria tua dari rintik hujan yang turun menyapa bumi.
"Kakek," kata Kimberly sambil melirik pria di sampingnya yang tampak berdiri menggenggam tangannya.
"Halo Kakek," Steven ikut menyapa sang kakek membuat Tuan Genandra mengerutkan keningnya.
Steven pun melepaskan kacamata hitamnya membuat sang kakek terkejut mengenali pria dihadapannya.
"Sepertinya kakek ingin menyapa tante terlebih dahulu," kata Kimberly membuat raut wajah tuan besar berubah melunak sambil melangkah menuju samping makam dan melihat bunga segar yang ditaburkan di atas makam.
"Jadi selama 3 tahun ini, kalian yang terus datang membawakan bunga segar untuknya?" Tanya tuan besar yang jelas ingat setiap kali hari ulang tahun Putri bungsunya, dia akan melihat bunga segar telah ditabur di sana, padahal tidak ada satu pun orang di keluarga mereka yang mengingat hari tersebut.
Baik Kimberly maupun Steven, keduanya tidak berkata apapun, hanya diam saja menunggu sampai tuan besar selesai menaburkan bunga lalu ketiganya memilih duduk di sebuah paviliun yang terletak di dekat pintu masuk pemakaman.
Keheningan terjadi cukup lama sebelum akhirnya Tuan besar dengan nada yang tidak senang berkata, "jadi Sudah berapa lama hubungan kalian?! Sama sekali tidak memberitahu kakek! Kapan kalian akan menikah?!"
Kimberly menggigit Bibir bawahnya menatap sang kakek, memegang erat jas sang suami yang dari tadi telah menghangatkan tubuhnya, merasa ragu untuk berbicara.
Sementara pria yang ada di samping Kimberly dengan cepat berkata, "pernikahan resminya di Indonesia akan kami adakan dalam beberapa waktu ke depan."
"Apa?!" Tuan besar mengerutkan keningnya, "pernikahan resmi di Indonesia?! Kalau begitu..." Wajah Tuan besar tampak menjadi semakin lebih buruk, kalau Steven berkata seperti itu, maka selama 3 tahun cucunya tidak berada di Indonesia,,, itu berarti mereka telah melakukan pernikahan di luar negeri dan sekarang kembali untuk mempersiapkan pernikahannya di dalam negeri.
Bukankah ini sangat keterlaluan?!
"Akulah yang salah, Tolong berikan hukuman apapun saja," kata Steven dengan penuh penyesalan.
"Hah! Kau sangat pandai berbicara! Memangnya hukuman apa yang bisa mengembalikan waktu untuk kalian mendapatkan restuku?!" Tuan besar tampak lebih marah lagi, namun ketika dia melihat wajah cucunya yang tampak begitu terluka dengan ucapannya, perlahan-lahan wajah Tuan besar mulai melunak.
"Baiklah, ini juga salahku karena tidak berhasil melindungi Kimberly selama dia berada di kediaman keluarga Genandra. Kimberly, Apakah pria ini dan keluarganya memperlakukanmu dengan baik? Katakan pada kakek jika mereka memperlakukanmu dengan tidak menyenangkan, Kakek bisa mempertaruhkan segalanya untuk menghancurkan mereka!" Ucap Tuan besar Genandra sambil menatap sang cucu.
"Aku minta maaf kakek, akulah yang salah juga karena tidak menghubungi Kakek tentang keputusan yang telah kami ambil. Steven memperlakukan aku dengan baik, keluarganya juga menyayangiku, kakek tidak perlu mengkhawatirkan apapun, aku hanya berharap kakek terus sehat," kata Kimberly dengan sebuah senyuman yang tulus di wajahnya, tampak jujur dalam setiap kata-katanya.
Tuan besar tertegun melihat sang cucu, ketulusan dalam kata-kata Kimberly membuatnya merasa begitu tersinggung bagaimana kontrasnya perbedaan perlakuan yang didapatkan Kimberly di keluarganya sendiri dengan di keluarga suaminya.
Tentu saja Ini adalah kesalahannya sebagai kepala keluarga yang tidak berhasil memberikan tempat yang nyaman bagi sang cucu di keluarganya sendiri.
"Baiklah,, kakek tidak punya hak untuk tidak merestui kalian. Tapi ke depannya, jika kalian sudah memutuskan untuk mengumumkan hubungan pernikahan kalian dan melakukan sebuah acara, maka kakek tidak bisa menerima sebuah acara yang sederhana, keluarga Sanjaya harus memperlakukan cucuku seperti seorang putri berharga!" Tegas sang kakek.
"Aku pasti akan melakukannya, kek," kata Steven.
"Hadiah pernikahan kalian--"
"Kakek tidak perlu memikirkan hal itu! Yang penting kakek tetap sehat, itu sudah cukup bagi kami," kata Kimberly menyela ucapan Tuan Besar.
Tuan besar mengangguk dengan pelan, tetapi dia masih terbebani dengan hal itu, Dan juga cukup tersinggung melihat bagaimana cucunya tersenyum di samping Steven, sangat berbeda ketika cucunya bertemu dengan orang-orang dari keluarga Genandra, hanya ada pertengkaran dan nada tinggi.
tidak tahan melihatnya, tuan besar kemudian berdiri dan memberi kode pada asistennya agar membantunya kembali ke mobil.
Sang asisten menghampiri tuan besar, tetapi Steven lebih dulu telah berdiri di sisi sang Tuan besar dan membantu tuan besar berdiri lalu menemaninya berjalan ke arah parkiran.
Kimberly melangkah di belakang bersama sang asisten.
Hujan pada pagi hari itu sudah redah digantikan dengan cahaya matahari yang perlahan-lahan muncul di sebelah timur bumi.
Sambil berjalan ke parkiran, Tuan besar dengan suara yang pelan, menjaga agar tidak terdengar cucunya di belakang lalu berkata, "cucuku tidak diperlakukan dengan baik di keluarga kami, itu semua adalah salahku. Dan jika cucuku tidak diperlakukan dengan baik di keluargamu, maka itu adalah salahmu! Dan jika kau juga tidak memperlakukan cucuku dengan baik, maka aku yang bertanggung jawab dan akan mengejar mu bahkan jika harus mengorbankan nyawaku sendirinya! Perlakukanlah dia lebih baik dari dirimu sendiri dan Jangan biarkan setetes pun air mata membasahi pipinya. Karena saat itu terjadi, kau,, anak muda, akan dipermalukan oleh orang yang telah rentan ini!"
"Aku mengerti Kakek," ucap Steven.
"Kau tidak perlu khawatir akan restu dari keluarga Genandra, asalkan cucuku sudah memutuskan, aku tidak akan menghalangi jalannya," ucap Tuan besar sambil menghentikan langkahnya, menatap ke atas langit memikirkan kejadian 3 tahun yang lalu.
Kenangan pahit itu terus menghantuinya selama 3 tahun terakhir.
Tetapi sepertinya semuanya akan segera berakhir dengan seorang pria yang lebih baik berdiri di samping cucunya.
Setelah beberapa saat terdiam memandangi langit, Tuan besar pun berbalik menatap sang asisten lalu dibantu asistennya memasuki mobil dan meninggalkan sepasang suami istri di sana.
Di dalam mobil yang melaju, tuan besar berkata, "aku akan memperbarui surat wasiat ku, katakan pada notaris dan pengacara untuk menemui ku sesegera mungkin."
"Baik, Tuan. Tapi apakah Anda mempercayai begitu saja bahwa Steven yang terkenal dingin dan bersikap acuh terhadap perempuan itu benar-benar memperlakukan Nona Kimberly dengan baik? Apakah saya perlu menyelidikinya terlebih dahulu?" Tanya sang asisten.
"Kau tidak melihat Bagaimana pria itu hari ini?" Tuan besar kembali bertanya pada sang asisten namun asistennya hanya diam saja membuat Tuan besar lanjut berkata, "aku sudah beberapa kali menghadiri pertemuan yang dihadiri olehnya juga, di dalam dan di luar negeri, bahkan 3 tahun yang lalu ketika dia masih berada di Indonesia. Pria itu sekalipun tidak pernah tersenyum, bahkan ketika berinteraksi dengan keluarganya pun dia tampak begitu dingin seolah-olah dia adalah es batu yang tidak pernah melihat cahaya. Tapi tadi,,, es batu itu telah berubah menjadi tetesan air hangat yang berkilau di bawah cahaya matahari. Tatapan yang alami seperti itu tidak akan bisa dimanipulasi bagaimanapun caranya. Dia,,," Tuan besar menghentikan ucapannya, memilih memejamkan matanya dan mengingat bagaimana Steven memperlakukan Kimberly dengan begitu tulus dan hati-hati.
Sang asisten tidak berkata apapun lagi, hanya mengambil iPad miliknya dan segera mencatat perintah yang baru saja didapatkan dari Tuan Besar.