Di nikahi Om Om sexy dan tajir melintir, siapa yang menolak?
Alula Humaira, gadis 18 tahun ini di nikahi oleh lelaki super seksi dan super kaya.
Rayden Mas Rafael, pria berdarah Jawa Italia ini terpaksa harus menikahi Alula karena jebakan lelucon dari kekasihnya.
Emelly, violinis super cantik yang menipu kekasihnya dengan mengirimkan Alula sebagai istri pengganti.
Bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Alula bertahan hidup dengan lelaki kaya raya yang asing baginya?
NB _ Ini termasuk cerita ringan dan santai, tapi masalah konflik, kita lihat saja kedepannya, hehe.... Biasanya aku suka konflik yang lebih greget....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlari....
"Bagi yang terlambat harus berlari keliling lapangan sepuluh kali!" Teriakan dari Wina sang senior Alula memekakkan telinga.
Sempat Alula berjemur di bawah teriknya sinar matahari di jam sembilan ini. Sama seperti mahasiswa baru yang terlambat lainnya, Alula juga di hukum.
Ini tidak seberapa sakitnya, pagi tadi sebelum berangkat pertanyaan Raden benar-benar membuatnya cedera. Yah, pada akhirnya Alula meminum pil pencegah kehamilan saat di jalan.
Itupun, Alula ragu dan malu saat mengatakan membeli pil tersebut. Dia masih terlihat kecil, tubuhnya tidak mirip seperti mahasiswa ataupun wanita yang sudah menikah. Alula lebih pantas duduk di bangku SMA.
Nakula tak tega, pemuda itu terus menatap wajah tidak biasa Alula, riang gembira saudara kembarnya seolah bersembunyi di lapisan tanah ketujuh.
Galang yang berdiri di sudut tempat pun sama khawatir nya, tapi presiden mahasiswa itu lebih memilih diam karena tidak mau terlihat pilih kasih. Lagi pun, Alula sudah menikah, Galang benci mendengar berita itu.
Ada juga yang tertawa senang saat melihat Alula mendapat hukuman, siapa lagi jika bukan Sindy, Cherry dan Hana? Mereka cekikikan menatap Alula yang aneh menurutnya.
Di siang cerah begini Alula memakai syal juga pakaian serba panjang. Meskipun baju Alula mahal tapi tetap tidak cocok jika tidak sesuai cuaca.
Matahari kian terik laksana api yang melahap habis seluruh energi milik Alula yang mungil dan tidak berdaya.
Wanita cantik menggemaskan itu terus berlari kecil meskipun tak hentinya Wina memberikan dorongan dengan teriakan dan sesekali menghentakkan cambuk ke tanah.
"Ayok Alul! Jangan lamban!" Wina berteriak. Di sana Alula tertinggal sendiri dari mahasiswa baru lainnya yang sudah dua kali putaran sedang Alula belum satu kali pun.
Nakula merasa aneh dengan kondisi saudara kembarnya, ia mulai tak fokus pada kegiatannya sendiri. "Apa Lula sakit?" Gumamnya cemas.
"Alul! Jangan lamban atau hukuman mu aku tambah lima putaran lagi!" Teriak Wina kembali dengan megafon di mulutnya.
Bukanya mempercepat larinya, Alula justru berhenti sejenak dengan bertumpu pada lutut, ia mengatur napas yang seolah ingin terlepas dari kerongkongan.
Pandangannya melamur, beberapa mahasiswa di depannya menjadi lima bayang fatamorgana, Alula sadar ini sudah tidak beres, kini semua orang berubah menjadi abu-abu, ungu, bahkan membiru, sampai di titik yang benar-benar Alula tak mampu melihat apa-apa.
Alula masih berusaha mengerjap matanya yang berangsur hilang kendali kesadarannya. Semalaman Raden menggagahinya lalu siangnya harus di hukum senior.
"LULA!" Teriakan Dari Nakula yang sempat Alula dengar sebelum ambruk dan tidak sadarkan diri.
Nakula tak peduli dengan kegiatan orientasi nya, pemuda tampan itu berlari keluar dari barisan, menuju tubuh mungil Alula yang sudah terjatuh ke tanah.
"Lula!" Dari arah lain Galang meninggalkan tim lainnya, berlari menuju Alula yang telah di raih Nakula dan dikerumuni mahasiswa lain yang iba melihat gadis bukan perawan itu.
"Lula, ..." Nakula baru saja akan menggendong Alula tapi Galang mengambil alih tugasnya. "Kamu lanjutkan saja kegiatan mu, biar aku yang bawa Lula."
"Biar aku saja!" Nakula tak membiarkan saudaranya di sentuh pria lain. Gegas Nakula berjalan cepat menuju klinik dan terpaksa Galang mengikuti langkah Nakula.
Semua orang menatapnya, wajah pemuda tampan itu seolah menjadi pemandangan yang sangat nyaman untuk di nikmati. Terlebih, saat mereka membutuhkan vitamin C di hari Senin yang terasa panjang ini.
Nakula membaringkan tubuh Alula pada salah satu ranjang UKS, risih dengan tatapan para gadis yang terkesan mengagumi, Nakula menarik gorden agar menutupi ranjang Alula.
Ada petugas medis yang datang dan memeriksa kondisi Alula, Nakula cemas namun satu petugas medis dan Galang menyuruh peserta orientasi untuk berkumpul di lapangan.
"Saudara ku pingsan, apa kalian tidak lihat?" Bahkan tak segan Nakula meraih jas putih milik petugas.
Galang melerai. "Sudah, jangan emosi, sama seperti mu, kami pun khawatir." Ujarnya.
Nakula melepas kerah lelaki itu dengan arogan. Tak ada yang bisa membuat Nakula seberani itu jika bukan karena Alula.
"Percayakan pada kami, kami yang akan merawatnya." Satu wanita lain memberikan pengertian.
Kendati berat hati, Nakula terpaksa harus menurut, ia pergi meninggalkan Alula sendiri. Tapi dia tak kurang akal, Nakula menghubungi nomor milik Raden agar bisa membesuk saudaranya.
Setidaknya, Nakula sempat di berikan pesan dari Raden. Bahwasanya jika ada apa-apa dengan Alula, Nakula wajib melapor pada suaminya.
Tugas selesai, Nakula pun kembali berlari ke lapangan sementara di dalam ruang UKS ada Galang yang duduk di sisi ranjang Alula.
Dia pandangi wajah cantik Alula dalam-dalam, entah sejak kapan Galang memiliki perasaan nyaman ini, tapi sejauh yang dia tahu Alula dia anggap seperti adiknya sendiri.
Alula jujur apa adanya dan Galang menyukai kesederhanaan itu. Mendapati kenyataan bahwa Alula sudah menikah, Galang sempat syok dan berniat tidak menegur Alula lagi.
Namun rupanya, hal itu sama sekali tidak mampu Galang lalui. Baru melihat ketidakberdayaan Alula saja, pertahanan Galang sudah runtuh.
Galang mengernyit menatap sesuatu yang janggal di salah satu sisi leher Alula, jika di lihat seksama, wajah Alula juga sedikit lebam kebiruan, bahkan bibirnya tercacat.
Galang dekatkan wajahnya dan memindai setiap lekuk wajah cantik Alula dengan seksama. Darah seakan mendidih menemui adanya kekerasan yang dia curigai.
"Apa Raden memaksa mu Lula?" Batinnya. Tak lama dari itu Galang berjingkrak saat seseorang menyeletuk.
"Mas Galang, biar syal cewek ini di buka saja, dia butuh oksigen yang cukup, kasian dia pasti belum sarapan juga tidak terbiasa dengan kegiatan melelahkan seperti ini."
Tim medis perempuan hendak melepaskan syal yang terlihat mencekik leher Alula. Belum sempat berhasil, Galang sudah lebih dulu mencegah.
"Tidak perlu, biar saja aku yang melepaskan syal nya." Ucapnya terbata-bata, Galang tak mengizinkan, jangan sampai geger masalah tanda gigitan di leher Alula, pasti akan menjadi bulan-bulanan warga kampus nantinya.
Perempuan itu mengernyit, sepanik itu kah Galang sang presiden mahasiswa pada seorang gadis mungil, selama ini belum pernah ada seorang gadis pun yang begitu di khawatir kan pemuda tampan ini.
"Mas Galang mengenalnya?"
"Dia tunangan ku." Kilah Galang.
Pucat seketika wajahnya saat menoleh ke kanan dan kiri, jika sampai Raden tahu karena laporan dari mata-matanya tamatlah riwayat Alula. Galang lebih siap seandainya dirinya yang Raden tegur.
"Oya?" Beberapa tim medis dan pasien di dalam ruangan luas itu terhenyak.
Galang mengangguk. "Iya. Jadi biar aku saja yang melepas syal nya, dan aku akan tetap di sini merawatnya, kalian cukup beritahu aku apa yang perlu di lakukan." Katanya.
"Uh, romantis nya Bang Galang. Pacarnya di sentuh cewek ajah nggak boleh loh, apa lagi cowok lain, bener-bener posesif." Sebagian gadis yang kebetulan berada di sana mulai berkecumik pelan-pelan.
"Itu tandanya Bang Galang terlalu cinta." Sahut gadis lainnya yang juga pelan.
Cherry berdiri di ambang pintu mengutuk wanita mungil yang belum sadarkan diri itu. Tatapan tidak suka menusuk pada Galang dan Alula.
"Awas kamu Lula! Aku kasih kamu pelajaran setelah ini! Kamu pikir aku akan diam saja, kamu boleh merayu Raden tapi enggak dengan Galang! Kamu gadis jelek yang nggak pantes buat dapetin Galang!" Sarkas nya membatin.
...𝗕𝗮𝗯 𝗶𝗻𝗶 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗲𝗹𝗲𝘀𝗮𝗶...
Ada satu bab lagi insya Allah, sekarang isi kolom komentar dulu yah, biar novel ini segera di rekomendasikan di bulan baru, rising star dan rekomendasi lainnya hehe...
bisa mati rasa