NovelToon NovelToon
Cinta Di Musim Semi

Cinta Di Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Cinta Seiring Waktu / Angst
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: seoyoon

Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?

Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9 {Felice}

Siang harinya, di area pekarangan panti asuhan xxx yang keberadaannya tidak terlalu jauh dari apartemen Glory, hanya butuh kurang lebih 30 menit menggunakan kendaraan pribadi.

Meski sebelumnya Edrea melarang keras Anna untuk menemui Felice, wanita yang menyebabkan Anna berakhir di penjara.

Namun pada akhirnya setelah perdebatan yang panjang serta rengekan permohonan yang terdengar sangat putus asa. Edrea mengalah dan hanya bisa menghela nafas kasarnya.

“Mau aku pikir berapa kali pun aku masih gak ngerti dengan jalan pikiranmu Anna, memang benar ya, terlalu baik dan bego itu perbandingannya sangat tipis sekali,” celetuk Edrea yang masih tak habis pikir, ia mengijinkan karibnya itu bertemu dengan wanita yang telah menghancurkan masa depannya. Bahkan ia sendiri yang mengantarkan Anna ke panti asuhan.

“Aku hanya ingin melihatnya sebentar saja,” pinta Anna untuk yang kesekian kalinya dengan nada lirih serta tatapan sendu yang dipenuhi kerinduan sangat mendalam, perasaan yang seharusnya tak boleh Anna miliki, mengingat hal jahat apa yang telah dilakukan Felice kepadanya di masa lalu.

“Baiklah, baiklah! Pergilah, hanya 15 menit, oke!” seru Edrea yang kembali mengingatkan kesepakatan mereka sebelumnya.

“Oke,” pasrah Anna yang lalu turun dari mobil dan mulai menarik langkah memasuki area panti asuhan lebih dalam.

“Seharusnya Tuhan mencabut nyawa nya saja saat kecelakaan itu, bukan hanya mengambil penglihatannya,” racau Edrea yang dipenuhi amarah seraya memperhatikan karibnya yang sudah masuk ke dalam panti asuhan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Anna mengetuk pintu utama panti asuhan dengan perasaan gugupnya.

Took! Took! Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya membuka pintu, dengan sopan ia bertanya maksud dan tujuan kehadiran Anna.

“Iya, ada yang bisa dibantu nona?” sapa nya diiringi senyum ramah yang membuat guratan keriput tampak dalam wajah tuanya.

“Ammm, sa … saya mau mencari seorang gadis yang bernama Felice, bu,” ucap Anna dengan sedikit terbata pada awal kalimatnya karena kegugupannya.

“Felice?” sang ibu panti terlihat kebingungan sembari menengok ke belakang dimana terdapat beberapa staf panti asuhan lainnya.

2 wanita yang tampak seumuran dengan Anna itu menggeleng kepala, sebagai tanda jika meraka tidak mengenal nama yang disebutkan Anna barusan.

“Maaf tapi sepertinya tidak ada yang bernama Felice disini nona, hmmp … tapi nona bisa menanyakan nya pada bunda Maria, ibu kepala panti asuhan disini. Hanya saja bunda Maria sedang tidak ada di tempat nona, beliau sedang melangsungkan misa di gereja,” paparnya seraya menujukan gereja yang berada tak jauh dari panti asuhan dengan gesture yang sopan.

“Baik kalau begitu, terimakasih bu,” pamit Anna setelah mengamati sejenak gereja dan area sekitarnya.

“Mau saya antar nona?” wanita paruh baya yang baik hati itu menawarkan bantuan untuk Anna.

“Ahh, tidak perlu repot-repot bu, terimakasih, saya akan mencoba mencarinya sendiri,” tolak Anna halus lengkap dengan ukiran senyum tipis serta anggukan pelan kepalanya sebagai tanda undur dirinya.

Wanita paruh baya itu membalas senyum ramah Anna sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam rumah.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Melihat karibnya yang malah pergi ke arah lain, Edrea yang sedari tadi terus memperhatikan Anna dari mobil kini merasa kebingungan. Ia mengerutkan dahi sebelum akhirnya bergegas turun dari mobil untuk mengejar Anna yang pergi ke tempat lain tanpa memberitahu Edrea.

Sesampainya Anna di pekarangan gereja, ia menghentikan langkahnya sejenak, begitupun dengan Edrea yang tengah mengikuti Anna dari belakang, ia ikut menghentikan langkahnya lantaran semakin bingung, apa yang sebenarnya Anna rencanakan saat ini.

Kenapa tiba-tiba Anna pergi ke gereja?’ begitulah bunyi isi hati Edrea.

Belum sempat Anna kembali meneruskan langkahnya, pintu gereja lebih dulu terbuka seiring dengan kemunculan sosok wanita paruh baya dengan pakaian biarawati berwarna hitam putih, serta seorang gadis yang seumuran dengan Anna yang juga mengenakan pakaian yang sama seperti wanita paruh baya itu.

Mereka tampak asyik bersenda gurau dalam perjalanannya menuruni tangga gereja, dengan tangan gadis yang tertaut di lengan wanita tua yang di yakini Anna adalah bunda Maria sang kepala panti asuhan.

Melihat seperti ada sesuatu yang terjadi dalam raut wajah sendu Anna, sang kepala panti itu pun mencoba menghampiri Anna yang masih terdiam di tempat sembari memandangi gadis yang berada di samping bunda Maria.

“Ada yang bisa dibantu nona? Kau mencari seseorang?” tanya wanita paruh baya itu dengan senyum teduhnya.

“Huh? Siapa bunda?” tanya gadis yang berada disampingnya yang tak lain adalah Felice Arrabela.

Alih-alih menjawab pertanyaan bunda Maria, Anna malah meneteskan air matanya, ia benar-benar tak kuasa menahan gejolak emosional yang telah mencapai puncaknya ketika melihat teman baiknya itu muncul di hadapannya dengan kondisi yang menyedihkan.

Tak ingin larut dalam kesedihannya, Anna buru-buru menyeka air mata dan mencoba menegarkan dirinya sendiri dalam senyuman palsunya.

Ia membalas tatapan bunda Maria bersama dengan seulas senyum manis sebelum memperkenalkan dirinya.

“Saya Annalese, bunda, boleh saya bicara berdua dengan teman saya, Felice,” ujar Anna yang sontak saja membuat gadis yang berada di sebelah bunda Maria sangat terkejut dan lalu melepaskan tautan tangannya.

Ia terus mundur seraya menggeleng kepala, mencoba menyangkal suara familiar yang masuk ke dalam indra pendengarannya.

“Tidak, tidak mungkin,” racau nya ketakutan seraya terus mengambil langkah mundur.

Tentu saja hal itu membuat bunda Maria bingung dan tak mengerti dengan reaksi tak terduga salah satu staf panti asuhan yang telah ia anggap sebagai putri kandungnya sendiri.

“Ada apa Cassandra? Kau baik-baik saja sayang?” cemas bunda Maria yang mencoba meraih lengan Felice, karena takut gadis buta itu terjatuh.

“Felice, ini aku, aku sangat merindukanmu, bisa kita bicara sebentar,” bujuk Anna yang juga ikut mencoba meraih lengan Felice.

“Apa maumu?! (bentak Felice yang kini menghentikan langkahnya, meski ia merasa takut dengan Anna namun ia berusaha memberanikan diri menghadapi mantan teman baiknya itu seraya mengepalkan kedua tangannya)

Aku … juga sudah menerima hukumannya Anna! Kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan, perusahaanku keluargaku bangkrut, dan aku juga buta sekarang. Apa lagi yang kau inginkan dariku?!

Tak bisakah kau melepaskanku? Hikssss … hikssss … tolong maafkan aku … “ rengek Felice yang lalu bersimpuh di hadapan Anna bersamaan dengan ledakan tangis yang menggema memenuhi area sekitar gereja.

Mengerti dengan situasi nya, bunda Maria pun hanya bisa menghela nafas kemudian pergi meninggalkan keduanya, untuk memberikan ruang bagi mereka menyelesaikan konflik yang terjadi.

“Kenapa kau bicara seperti itu Felice? (timpal Anna yang lalu mengangkat bahu Felice agar ia bisa kembali berdiri dengan benar) aku kemari karena benar-benar sangat merindukanmu, (imbuh Anna yang lalu membawa Felice ke dalam pelukan hangatnya) aku sudah memaafkanmu Fel, terlepas dari insiden itu, kau tetaplah teman baikku,” Anna menegaskan seraya membelai lembut bagian belakang kepala Felice dengan penuh kelembutan serta kasih sayang.

“Maafkan aku Anna! Hikssss! Aku benar-benar tak tahu kata apa lagi yang bisa mewakili rasa penyesalanku padamu, maafkan aku Anna, hiksss! Maafkan aku!” rengek Felice bersamaan dengan raungan tangisan yang terdengar tulus dan penuh penyesalan yang sangat mendalam.

“Jadi … nona muda itu rupanya yang bernama Anna,” gumam bunda Maria yang kini berdiri di sebelah Edrea, keduanya tampak serius memperhatikan adegan haru yang berlangsung di hadapannya.

“Huh?” respon Edrea spontan seraya menoleh ke arah bunda Maria.

“Nama yang selalu ada dalam untaian doa saudari Cassandra selama ini,” bunda Maria menjelaskan dengan diakhiri senyum ramah nya.

“Cassandra? Kenapa Felice mengubah namanya?” gumam Edrea pelan, karena memang kalimat itu hanya diperuntukan untuk dirinya sendiri.

Bersambung***

1
Yeonso
Lagi dalam proses kak 😸
Alfatihah
season 2 nya gak lanjut thor
Yeonso
Terimakasih untuk dukungannya /Wilt//Wilt//Wilt/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!