~ Zifara Meisha Rabbah ~
" Hidup ini harus berdasarkan keyakinan bukan? bagaimana bisa aku yang seorang putri seorang Pendakwah kondang tak memakai hijab??? tidak hanya satu kali dua kali Ummi dan Abi mengingatkanku namun aku tetap merasa belum yakin akan sebuah hijab.
sehingga suatu hari Abi menjodohkanku dengan salah satu jamaahnya dari kesatuan tempat militer di mana Abi berceramah. Dari sanalah aku mengenal Ahmad Sulaiman Al Faroby. Dia mulai membuatku berubah namun dengan proses tak mudah tentunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
di Ratukan
" Cukup Dokter Zifa! Kamu bisa membuatku khilaf di pagi hari begini," ujar Ahmad tersenyum padanya. Dia melerai pelukannya. Zifa menghela nafas.
" Aku harus bagaimana?" tanya Zifa nampak bingung dan salting. Ahmad meraih tangan istrinya.
" Kita jalani semua dari awal! Belajarlah mencintaiku Nyonya Ahmad Sulaiman. Takkan ku biarkan dirimu lolos begitu saja seperti beberapa tahun lalu. Setidaknya balaslah cintaku yang bertepuk sebelah tangan ini. Hmmm ... Kau ini pelit sekali mengeluarkan perasaan itu," Ujar Ahmad meraih jemari Zifa mengajaknya ke ruang makan.
Ahmad sudah menata meja makan sederhana itu dengan makanan ummi tadi. Zifa melirik suaminya. Ahmad cengar cengir padanya.
" Apapun untukmu Dokter Zifa!? Aku akan membuatmu mencintaiku," ucapnya. Zifa hanya tersenyum simpul.
Sebesar itukah dia mencintaiku??? aku bahkan merasa malu sekali. Aku masih belum paham akan perasaanku sendiri. Yang aku tahu aku begitu menghormati dia sebagai suamiku.
" Kita makan sekarang ! Jangan menatapku seperti itu. Mana bisa masuk makanan ini mas??? Yang ada aku akan canggung ," ucap Zifa memecahkan keheningan rumah Dinas suaminya.
" Hahahahha, sorry sayang ... Makanlah!" serunya kemudian memakan sarapannya.
Kemudian mereka memakan makanannya dengan nikmat. Bahkan saat mereka makan ada seseorang datang dan mengetuk pintu.
Tok. Tok. Tok.
" Assalamualaikum ... Lettu!" seru seseorang dari luar rumahnya.
Ahmad menatap istrinya yang tinggal beberapa suap. Ahmad menghentikan Zifa yang akan berdiri.
" Biarkan mas yang membuka!" serunya kemudian berdiri.
Zifa menatap kepergian suaminya. Ahmad benar - benar memanjakannya. Bagaimana ada lelaki seperti dia. Zifa? Sebaik apa dirinya itu sehingga bisa mendapatkan Ahmad Sulaiman. Nampak seorang prajurit memberikan salam dan hormat pada suaminya. Dia memberikan sebuah bingkisan kepada Ahmad.
" Dari siapa Dandi?" tanya Ahmad.
" Dari Istri Kapten Sagara Yudha ... Lettu!" serunya dengan tersenyum. Ahmad mengangguk dan menerimanya.
" Sampaikan salamku pada beliau ... Terima kasih banyak," jawab ahmad pada dia.
" Siap laksanakan Lettu! Saya permisi ... Maaf sudah mengganggu kebersamaannya," ujarnya kemudian pergi dari sana.
Ahmad membawa paper bag itu ke dalam dan menutup pintu kembali. Zifa sudah selesai mencuci piring mereka. Ahmad meminum minuman yang di sediakan oleh Zifa.
" Sudah selesai?" tanya Ahmad.
" Sudah mas," jawabnya kemudian mendekati suaminya.
Ahmad memberikan paper bag itu dan Zifa menerimanya. Saat Ahmad hendak pergi keluar lagi Zifa menarik tangan suaminya. Dia mengatakan sesuatu yang membuat Ahmad tidak bisa menjauhinya.
" Apakah ini yang di katakan lebih baik di cintai daripada mencintai mas??? Kamu begitu meratukan aku yang hanya orang biasa. Bahkan kamu hanya bermodalkan bertemu sesaat denganku tapi kamu memberikan banyak cinta untukku???" Zifa membuat Ahmad kembali ke hadapannya. Dia menarik pinggang Zifa ke dalam pelukannya.
" Aku adalah pemuda yang tak banyak mengumbar senyum di hadapan para wanita. Aku tidak suka menebarkan perhatian pada setiap tenaga medis di rumah sakit kemiliteran. Tapi melihatmu tidak tertarik padaku sama sekali, aku berinisiatif untuk menggodamu tapi nampaknya kamu begitu tak peduli karena ambisimu pada pendidikan. Lumayanlah ... Untuk pertemuan hari itu kamu sudah menarik atensiku. Namun tatkala aku mendengar dari Regi bahwa kamulah yang mencuci baju kebanggaanku tanpa pamrih dan rasa jijik bahkan kamu menutupinya dariku bertahun - tahun lamanya bahkan terbukti bahwa kamu tak pernah berharap menikah denganku terlihat dari saat pertama kita bertemu. Kamu bahkan masih perempuan yang sama tak peduli pada pemuda mana pun. Bagaimana aku tidak jatuh cinta sedalam ini????
Hatimu saja setelah menikah belum kamu berikan sepenuhnya padaku dokter Zifa. Bagaimana aku tidak tergila - gila sepert ini??? Hanya saja aku cukup waras untuk menjadi gila, bukan??" ujarnya panjang lebat membuat Zifa sadar bahwa cintanya pada Zifa begitulah dalam. Zifa kemudian memeluknya erat.
" Berilah kesempatan itu padaku mas! Aku akan belajar mencintaimu. Maafkan aku .... " ucap Zifa membuat Ahmad mengeratkan pelukannya.
" Tentu sayang ... Aku akan menunggu saat itu tiba. Tapi ... Bagaimana dengan nafkah batinku Zifa??? Apakah juga tertunda? Hmmm ... " goda Ahmad. Wajah Zifa seketika memerah mendengar hal itu. Zifa tidak bodoh untuk memahaminya. Namun dia masih tak menemukan jawaban yang estetik sehingga dia masih setia bungkam.
" Kok diam ... bagaimana???? Apakah puasa selama yang kamu tentukan? Aku tidak bisa selalu di dekatmu Zifa ... Apa mungkin saat tugas kembali aku masih tidak bisa mendapatkannya??? Bagaimana jika aku tak kembali," ucap Ahmad membuat Zifa seketika terkejut. Dia menatap suaminya sejenak Zifa melupakan bahwa suaminya adalah seorang Abdi Negara. Bukanlah orang biasa yanh setiap hari bisa bersamanya.
" Jangan katakan apapun mas! Mas boleh melakukannya kapanpun ... Setelah aku bersuci," tanpa rasa malu Zifa mengatakannya. Bagaimana tidak mengatakan hal itu suaminya pun terang - terangan mengatakan bagaimana jika tak kembali. Tentu saja dalam hati Zifa ada rasa takut namun tidak dia tunjukkan.
Happy readers!! To be continue.
semangat Nara 💪💪