Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UMI MADAME VS BOCAH KEREN
"Madame, bonjour !" sapa Eirene tersenyum.
"Cie elahhh jodoh emang ngga kemana!" seru honey tertawa.
"Kamu udah ketemu sama umi saya? Kok ngga bilang-bilang? Mau konspirasi ya?" sahut Rayyan akhirnya tersenyum lega, ia kira uminya akan cosplay jadi singa barong saat bertemu dengan Eirene.
"Mana umi tau!"
"Mana gue tau!"
Ucap mereka berbarengan, membuat Rayyan, honey dan Zaky melongo diam.
"Oke deh mertua---menantu kompak, gimana kalo kita lanjut di sofa tengah aja?!" Rayyan menaik turunkan alisnya.
Eirene tersenyum meringis dan Salwa menatap tajam penuh waspada pada Eirene, "saya perhatikan kamu!" matanya berbicara.
"Silahkan duduk!" pinta Zaky.
Honey berjalan duluan melangkahi Eirene, ia tersenyum simpul, "terimakasih baby--eh!"
Otomatis semua menghentikkan langkahnya, semua berwajah horor tak terkecuali ratu horor Salwa yang sudah mendesis saat hak miliknya dicolek orang tak bertanggung jawab seperti honey.
"Maksud saya calon ayah mertua baby saya," ralatnya sudah hampir menjatuhkan jantung miliknya ke atas lantai rumah Rayyan. Aura kelam Salwa saat ini begitu lekat menyelimuti rumah.
Rayyan sudah melipat bibirnya manakala melihat umi yang sudah mengeluarkan mode Reog Ponorogo-nya terhadap honey.
"Kamu manager bocah keren eh maksud saya siapa nama kamu?" tanya nya angkuh.
"Eirene, madame!" angguk Eirene.
Pfffttt! Rayyan sampai meredam tawanya, baru kali ini ada manusia-manusia bernyawa 9 yang berani menyenggol umi Salwa Zahratunissa si penguasa hari.
"Bi, Eirene bakal jadi rival menantang buat umi--" bisik Rayyan pada abinya.
"Kamu ini," decak Zaky.
"Panggil saya umi---saya bukan tukang ramal sampai-sampai harus dipanggil madame!" melihat wajah judes dari perempuan berjilbab ini Eirene bukan tidak tau jika ibu Rayyan itu sedang menilai dan menguji kesabarannya.
"Oke, kalau gitu saya panggil umi--umi madame!" seru Eirene yang justru merasa tertantang, terlihat jelas sifat kedua perempuan ini sama-sama keras, sama-sama tak mau kalah, merasa dirinya lah paling hebat.
"Ck! Ngeselin!" Salwa berdecak namun ia tak mau memperpanjang lagi, bisa-bisa sampai bedug isya mereka mendebatkan satu kata.
"1-0, untuk Eirene," bisik Zaky pada Rayyan, sontak saja tawa perwira muda itu pecah.
Mereka duduk di sofa tengah memulai obrolan panas nan tegang namun berselimutkan persaingan.
"Kita lihat, apakah umi yang akan bertahan dengan keegoisannya--atau Eirene yang akan menaklukkan umi dengan sikap ofensifnya," ucap Zaky mengekori kedua perempuan dan satu perempuan jadi-jadian di belakang bersama Rayyan, Salwa yang ia kenal adalah perempuan yang keras kepala dan tak mau dikalahkan, maka dengan melihat Eirene, Zaky seperti melihat the little Salwa.
Rayyan terkekeh kecil.
Honey sampai melongo melihat foto besar yang terpajang di ruang tengah. Apakah rumah ini isinya makhluk-makhluk tampan nan gagah semua? Begitupun dengan ibu dan si bungsu Zahra yang cantik rupawan.
Eirene duduk dengan menyilangkan kakinya, terlihat jelas kepribadiannya tinggi, entah memang sebagai seorang model yang sering berurusan dengan kaum jetset ia pernah mengikuti kelas kepribadian.
"Jadi, siapa nama kamu?" tanya Salwa tanpa keramahan yang terasa.
"Eirene, Eirene Michaela Larasati--" jawabnya tersenyum lebar. Oke calon ibu mertua, kita lihat sampai mana kesombonganmu.
"Dan ini---" Salwa menatap penuh kengerian, tanda-tanda akhir jaman.
"Redi.. tante, Redi Baskoro---tapi nama panggung Redi, Redi Barbie-- atau bisa sebut aja Honey," jawabnya kemayu nan genit.
Uhukkk!
Zaky tersedak kopinya, sementara Rayyan sudah benar-benar tergelak.
"Abang ngga apa-apa?" tanya Salwa.
"Naudzubillah himindzalik," bisiknya bergumam.
"Om ngga apa-apa?" tanya honey.
Zaky menggeleng, "engga, maaf. Saya hanya terkejut sedikit. Teruskan nak," pinta Zaky pada Eirene menaruh cangkir kopi dan meraih tissue untuk membersihkan semburan kopi di kaos dan celana.
"Dia ini manager atau---" tanya Salwa.
"Saya ibu, kakak perempuan, ayah, teman, sahabat, manager untuk lovely," jawab Honey.
Salwa mengangguk paham, budaya barat begitu mendominasi keduanya, "kalian tinggal bersama?" tanya nya lagi.
"Yup! Di kamar berbeda--kadang juga rame-rame bareng tim management," jawab Eirene.
"Oke, saya bisa mengerti. Jadi sudah sejak kapan kamu dan putra saya menjalin hubungan. Karena setau saya, Rayyan ini sering gonta---"
"Umi, saat ini Eirene kekasih Ray. Dan Ray serius untuk menjalin hubungan dengan Eirene--" potong Rayyan, jangan sampai semua kacau, Eirene tak boleh mengetahui tentang masa lalu yang sedikit memalukan itu, begitupun umi, jangan sampai tau alasan keduanya menikah. Rayyan yakin, cinta akan tumbuh setelah adanya status pernikahan seperti hubungan umi-abi, begitupun Fath dan Fara.
"Oh iya umi madame, Eyi ada sedikit buah tangan untuk semuanya. Bukan sesuatu yang berharga--tapi semoga bisa menjadi kesan pertama yang berkenan di hati," jelas Eirene. Eirene dan Honey menyerahkan sejumlah kotak tas untuk Rayyan dan keluarganya.
"Wah, apa ini? Kenapa harus repot-repot?" basa-basi abi Zaky.
"Ini juga umi yang pilih, bi!" gumamnya pelan.
"Apa mi?" tanya Rayyan.
"Engga!" Salwa menggeleng jaim.
"Ini buat madame, sesuai selera madame!" senyum Eirene menyerahkan tas yang waktu itu dipilih Eirene.
"Ini buat calon ayah mertua," kelakar Eirene menyerahkan kotak kepada Zaky.
"Ini buat kakak laki-laki Rayyan, dan ini buat istrinya--" Eirene menaruh 2 kotak di meja seperti sales yang sedang menawatkan produk.
"Terimakasih, tapi Al Fath dan Fara sedang dinas di timur--" jawab Zaky.
"Oh, ngga apa-apa. Nanti bisa dipaketkan kan, Ray?" tanya Eirene meminta pendapat yang sontak diangguki Rayyan.
"Dan ini buat adik perempuan Rayyan," ia menyerahkan milik Zahra. Rayyan celingukan, "buat ku?"
Eirene baru ingat jika ia tidak membelikan untuk Rayyan, "oh iya, lupa!" jawabnya nyengir, membuat perwira ini pura-pura memanyunkan bibirnya, demgan melihat senyum Eirene saja sudah cukup untuknya. Huwekkk!
"Ini bukan sogokan kan?" tanya Salwa sudah berlaku tak adil dengan bersuudzon ria.
Eirene menggeleng, "oh bukan! Anggap saja ini perkenalan Eyi buat umi madame, semoga setelah ini benteng itu akan roboh!" jawabnya seolah menyindir.
"Benteng yang menjadi penghalang umi madame sama Eyi, kecanggungan tentunya!" tawa Eirene renyah.
Salwa menatap kesal, si bocah keren ini memang lawan yang tangguh. Tentu saja ia tak dapat menolak di depan suami dan putranya. Tapi sejurus kemudian Salwa tersenyum menyeringai, otak usilnya bekerja untuk sang calon menantu nakal.
"Tak etis rasanya kalo Eirene dan Redi sudah datang kesini tapi tidak dijamu, tuan rumah macam apa umi--bagaimana kalau ikut makan saja?"
"Asik! Umi masak Ungkot masam?" tanya Rayyan. Salwa mengangguk, selain memperkenalkan masakan khas tanah Sabang, ia yakin jika gadis model sekelas lovely yang sudah terlalu lama tinggal di Paris tak akan kuat dengan masakannya yang pedas nan asam.
"Makan tante? Hohoho! Kebetulan, Eirene tadi ngeluh lapar karena belum sarapan---" ujar honey semangat.
"Yuk!" ajak Salwa.
"Mari," ajak Zaky.
"Kamu suka pedes?" tanya Rayyan berjalan menyamai langkah Eirene.
"Ngga," jawab Eyi. Rayyan mengangguk, "kalau gitu jangan ambil kuah Keu-eung--" balas Rayyan.
Rayyan menggeser kursi milik Eirene, "makasih," ia tersenyum.
"Honey engga nih bang Ray?" tanya Honey.
"Kamu geser sendiri," balas Rayyan membuat honey tertawa kecil dengan centil.
"Cun!" teriak Salwa.
"Iya bu," seorang perempuan yang terlihat masih muda menghampiri.
"Kuah keu-eung sama mie Acehnya udah mateng belum? Bawa deh kesini!" pintanya.
"Udah bu," ia mengangguk dan segera membawa masakan Salwa yang tadi sempat ia tinggal di dapur saat kedatangan Eirene.
Ia tersenyum devil tak sabar melihat bocah keren itu kepedasan dengan masakannya.
Di meja makan sudah tertata banyak sekali makanan khas negri serambi mekkah, jujur Eirene belum pernah merasakan makanan-makanan yang ada di depannya itu.
Matanya mengerjap dengan gaya duduk yang tegak melihat hidangan di depan mata, sepertinya pedas-pedas semua. Hello--apa kabar lambung princess?!
"Silahkan! Jangan sungkan, ini masakan umi--kelak jika kamu menikah dengan Rayyan, kamu harus bisa memasak ini semua, oh iya umi sampai lupa bertanya--apa kamu bisa masak?" tanya nya bernada sumbang.
"Bisa!" jawab Eirene mengangguk, honey pun meliriknya.
"Masak air, kalo 200 cc sih cukup 5 menit aja di rebus, eh-- 5 menit apa berapa menit ya honey, Eyi lupa! " jawab Eirene meminta jawaban honey.
Rayyan sampai melongo dibuatnya, oh come on! Masak air saja sampai bertanya?! Salwa tertawa mencibir melirik Zaky dan Rayyan seolah memberikan pendapatnya jika feeling ibu tak pernah salah.
"Kamu tau kan anak saya prajurit, jadi---pendampingnya pun harus mampu bertahan di medan sulit dan kondisi seadanya, bersikap mandiri dan mampu mengerjakan apapun. Berkepribadian tangguh dan tak mengeluh dengan keadaan, meskipun sulit sekalipun--" jelas Salwa kini menatap Eirene, begitupun tatapan Eirene yang kini serius pada Salwa seperti mereka berdua sedang saling beradu argumen dalam eyes talk antar perempuan.
"Saya tau umi madame, just for your information jika saya mampu melampaui batasan diri---Saya bisa buktiin sama umi madame. Saya akui madame, tampilan memang terkadang menipu, namun---don't judge book from the cover, right?" Ia mengambil sendok lalu meraih tissue dan mengelapnya terlebih dahulu agar higienis, tangan lentik nan indahnya meraih gelas berisi air putih lalu meneguknya tanpa ia sadari inilah kali pertamanya minum tanpa peduli apakah ini pure atau bukan.
"Ekhem!" Zaky berdehem membuyarkan kontes tatap menatap Eirene dan Salwa.
"Ayo dicoba! Kuah Ungkot masam Keu-eung, atau biasa disebut ikan asam pedas, ini favorit Rayyan! Sebagai calon istri kamu harus coba, suka, dan bisa masaknya juga dong!" senyum Salwa menyeringai.
"Mi, Eirene--" tegur Rayyan.
"Oke!" tukas Eirene cepat memotong ucapan Rayyan dan menyendok kuah kemerahan dengan bahan utama ikan ini ke dalam piringnya.
.
.
.
Note :
* Bonjour : sapaan halo, selamat pagi/ siang.
* Konspirasi : persekongkolan
* Ofensif : gerakan serangan.