Mendua

Ke esokan harinya.

Crip.. Crip.. Crip..

Intan tertidur pulas di atas ranjang milik Doni. Setelah kejadian kemarin, Intan berhasil ikut ke apartemen Doni dan menginap semalaman.

"Hngh..."

Suara burung di pagi hari membuat Intan terusik dengan tidurnya. Dia pun bangun dengan membuka matanya secara perlahan dan menatap isi ruangan yang nampak berbeda.

"Eh....?" Melototkan matanya terkejut.

Ya, Intan mengira semalam hanya mimpi. Ternyata dia memang tidur di apartemen Doni, bahkan di ranjang milik pria tersebut.

"Astaga, bikin malu saja." Gumamnya dengan ekspresi sedikit menyesal.

Setelah itu, Intan menatap ke arah jendela kamar, lalu melihat bangunan-bangunan tinggi dan hari yang sudah berganti pagi. Dirinya kerap mengingat kejadian semalam yang membuatnya sedikit trauma denga sikap Indra yang tak seperti biasanya.

"Huft.."

Ceklek

Intan terlonjak kaget saat melihat seseorang yang tiba-tiba membuka pintu.

"Eh, sudah bangun?" Ucap seseorang bertanya yang tak lain adalah Doni.

Doni membuka pintu kamarnya, sembari membawa nampan berisi makanan untuk Intan sarapan.

"A-aku baru saja bangun, mas." Ucapnya terlihat gugup.

Tap.. Tap.. Tap..

Doni melangkahkan kakinya ke arah Intan. Setelah itu, dia menyimpan nampan tersebut di atas nakas dan beralih untuk duduk di samping Intan.

Cup

"Selamat pagi."

Blush

Intan mematung seketika dengan pipinya yang mulai memerah. Dia tak menyangka kalau Doni akan mencium keningnya sambil mengucapkan kata selamat pagi.

"Apa kamu sudah mendingan? Sarapanlah dulu, aku menyiapkan sarapan untukmu sebelum pergi." Ucapnya bernada lembut.

Melihat perlakuan lembut dari Doni, seketika hati Intan luluh dan merasa di cintai kembali. Selama ini, dia jarang mendapatkan perhatian setelah Indra selalu pulang pergi untuk dinas.

"Mas, apa kamu akan berangkat mengajar?" Tanyanya.

Doni mengangguk pelan. "Ya. Ada apa memangnya?"

Intan merasa ragu untuk mengatakannya, kalau saat ini dia tidak ingin Doni pergi dan Intan ingin Doni tetap bersamanya untuk seharian ini. Namun, dia tak ingin membuat Doni merasa terbebani.

"Ah, tidak. Kalau begitu, ayo kita sarapan bersama?"

Srettt

Doni tiba-tiba menarik pinggang Intan dan memeluknya dengan erat.

"A-ada apa?" Ucap Intan terkejut karena Doni tiba-tiba memeluknya.

"Kenapa kamu tak bilang kalau kamu tidak ingin aku pergi? Bukankah kau bisa katakan itu, hm?" Ucapnya sambil mengusap surai Intan.

Intan hanya tersenyum tipis. Rupanya Doni sangat peka akan kemauannya. Namun, dia tidak ingin egois apalagi sampai mengaturnya.

"Gak papa, kamu bisa pergi untuk mengajar. Itu kan tugasmu."

"Tapi...."

Ting

Satu pesan masuk ke ponsel Doni.

Doni mengurai pelukannya lalu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Saat itu juga, dia melihat isi pesan tersebut yang tak lain dari Linda sang kekasih.

Mata Doni terbelalak saat melihat isi pesan dari Linda. "Sayang, aku ada di bawah apartemenmu. Aku akan menunggumu disini. Eh atau gak, aku pergi saja ke atas menyusulmu?" Gumamnya membaca isi pesan.

"Dari Linda?" Tanya Intan.

"Ya, dia ada di bawah menungguku sekarang!!" Ucapnya sedikit panik.

Srettt

Dengan cepat Intan menarik tangan Doni dan menatapnya sayu. "Sebelum kamu berangkat, bisakah kita bercinta dulu? Aku benar-benar menginginkanmu, mas."

Deg

"Kau.. Apa kali ini kau serius?"

"Hm. Sekarang aku milikmu." Ucapnya dan merentangkan tangannya

"Sial, kau memang pandai sekali dalam menggoda seseorang." Ucapnya langsung mengukung Intan.

*****

Sedangkan di kediaman Indra.

"Ugh.. Leherku sakit sekali." Gumamnya sambil menyentuh tengkuk lehernya.

Indra sudah sadar, dia teringat kejadian semalam yang membuatnya menyesali perbuatannya. Saat ini Indra berkata kalau Intan pasti terkejut atas prilakunya semalam.

"Bagaimana aku menjelaskannya pada Intan. Ah, iya. Dimana Intan sekarang?!" Pekiknya langsung beranjak dari duduknya dan teringat pada Intan.

Saat itu juga, Indra langsung keluar dari kamarnya dan mencari keberadaan isterinya. Keheningan di setiap ruangan membuat Indra semakin panik.

Para pembantu rumahnya bahkan belum pada datang. Pikiran Indra semakin kacau saat mengetahui kalau Intan tak ada di rumah.

"Tunggu... Semalam ada pria, dan dia memukul leher belakangku sampai membuatku pingsan. Apa jangan-jangan... Intan pergi dengan pria itu dan benar-benar menduakanku?" Ucapnya mematung.

"Bangsat!!"