Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Dua Eyang (Eyang Putri dan Eyang Kakung)
Bismillaah, Hay pembaca yang Othor sayangi... selamat membaca ya. terus dukung othor. insyaaAllaah akan semakin seru heheheh
Terima kasih. Matursuwun
Selamat Membaca....
...****************...
Pagi hari udara di puncak sungguh sangat sejuk dan menyegarkan, dapat menyehatkan jiwa dan raga serta pikiran dan hati yang tengah dilanda kegelisahan. Keluar sejenak dari hiruk pikuknya kota metropolitan memang sungguh melegakan. Melipir ke sebuah tempat yang asri sungguh membuat heling yang bagus .
Selepas melaksanakan Sholat subuh Sita sudah berada di dapur untuk membuat kue brownies kesukaan putranya Kai. Beruntung di villa itu memiliki peralatan dapur yang lumayan komplit. Sita pun membuat sebanyak 2 loyang. Yang satu untuk dimakan sendiri yang satu akan ia berikan ke pemilik villa yang rumahnya tidak jauh dari villa yang ia tempati.
Susi yang melihat Sita sudah sibuk di dapur sedikit terkejut.
"Bu Sita sedang bikin apa. Kenapa tidak membangunkan saya." Susi merasa tidak enak.
"Oh mbak susi nggak pa pa. Ini saya lagi bikin brownies kesukaan Kai. Kalau boleh minta tolong cuci ayam saja mbak sama sayur-sayurannya. Hari ini saya mau masak ayam bakar bumbu rujak sama pecel. Kayaknya enak."
"Baik bu."
Mereka berdua kembali bersibuk di dapur. Bi Surti masih ada di kamarnya. Usianya yang sudah semakin renta membuatnya merasa lebih cepat lelah. Apalagi setelah lama ada di mobil. Sedangkan Kai, ia tengah berada di halaman vila melihat sekeliling sambil menikmati udara yang segar.
Woaaah sepertinya enak nih kalau bisa punya rumah disini. udaranya bagus dan pasti lebih sehat. Andaikan bisa terus bisa berada di sini, tapi sayangnya aku harus sekolah. haaah, monolog Kai.
Tiba-tiba pandangan Kai beralih kepada kedua orang tua yang tengah berjalan-jalan pagi. Mereka tampak sedang menikmati udara pagi hari sambil bercengkrama. Kai yang memang selalu ramah terhadap orang yang lebih tua pun berinisiatif menyapa.
“ Assalamualaikum nek, kek.” melihat tampilan kedua orang tua itu Kai bisa melihat bahwa mereka bukanlah orang biasa.
“ Waalaikumsalam. Eh siapa ini kenapa kamu di sini sendiri nak. mana orang tuamu pinter.” jawab nenek tersebut.
“ Saya dan ibu saya sedang berlibur di sini nek kami tinggal di Villa itu.” jawab Kai.
“ Ooh berarti kalian penyewa Villa itu ya Le?”
“Iya nek kami yang menyewa Vila Itu. tapi nama saya Kai bukan Le.”
“Hahahahah, anak ini lucu bu.” ucap si kakek.
“ Oh Namamu Kai nak, Le itu sebutan nak untuk laki-laki dalam bahasa jawa.” jelas sang nenek. Kai hanya manggut-manggut mencoba mengerti istilah itu.
"Ya sudah Le, eyang putri dan eyang kakung mau jalan dulu ya. Kalau ada waktu mainlah ke sana. Rumah eyang di ujung sana. Oh ya panggil saja kami eyang ya."
"Baik eyang."
Kedua orang tua itu kemudian berlalu, Kai kembali masuk ke dalam rumah. Disana Sita sudah selesai membuat brownies nya.
" Baby dari mana, katanya cuma mau menghirup udara segar kenapa lama banget jadinya." Tanya Sita sambil memotong brownies yang sudah matang.
"Ooh tadi Kai ketemu dua eyang."
"Dua eyang, apa mereka pemilik vila ya?"
" Bisa jadi mom, rumahnya di ujung sebelah sana katanya. Yang lumayan besar dan luas itu."
"Oh bisa jadi. Ini kue nya sudah matang."
"Woah, thankyou moms, you are the best"
Kai lalu memakan browniesnya itu dengan lahap. Kue buatan Sita memang selalu jadi juara di hati Kai. Pada dasarnya Kai tidak terlalu suka makanan manis tapi kai selalu menyukai brownies buatan mommy itu.
Sita melanjutkan memasaknya. Niatnya untuk memberikan brownies kepada pemilik vila urung. Ia akan memasak dulu lalu sekalian membawa masakannya untuk diberikan.
"Kai nanti temani mommy ya . Ngasih brownies dan makanan ini ke pemilik vila"
"Oke mom, kai mau mandi dulu."
"Baby, tolong bawakan ini untuk nenek. Apakah bisa." Sita mengulurkan nampan yang berisi brownies dan susu.
"Of course. I can do it. But nenek sick?"
"No baby, nenek hanya capek. Butuh istirahat nanti juga segar lagi."
Kai mengangguk dna membawa nampan itu ke kamar Bi Surti.
"Nenek… kai boleh masuk"
"Iya sayang…"
Bi Surti terkejut melihat Kai membawa nampan berisi susu dan kue.
"Ya Allaah sayang. Kenapa repot, nenek bisa ke dapur sendiri kok."
"Nggak pa pa nek. Kata mommy nenek sedang butuh istirahat biar capeknya hilang. Diminum ya nek susunya. Kai pamit dulu mau mandi. Udah acem."
Bi Surti tersenyum, ia sangat bangga dengan kepedulian Kai. Untuk anak seusianya Kai memanglah terbilang sangat pintar.
Kai menuju kamar untuk mandi namun ia melihat tabletnya sebentar. Ternyata ada email yang masuk. Kai membukanya satu-satu.
"Dari Star Building. Bukannya ini punya temen Uncle Rama ya. Sebentar kita lihat. Oh meminta pengamanan berlapis. Baiklah. Approved."
Kai kembali menaruh tabnya setelah menyetujui permintaan tersebut. Ia melenggang ke kamar mandi.
🍀🍀🍀
Sita sudah selesai memasak. Ia menempatkan makanan yang sudah matang ditempat makna untuk diberikan kepada pemilik rumah.
"Mbak Sus, yang lain di sajikan di piring aja ya taruh meja makan. Mbak susi kalau mau sarapan duluan saja nggak pa pa."
"Baik bu. Tapi nanti saja bu. Tadi sudah makan brownies. Sudah cukup."
Sita tersenyum mendengar jawaban Susi. Dia pun memanggil Kai dan keduanya berjalan menuju rumah pemilik rumah.
"Permisi pak, apakah saya bisa bertemu dengan pemilik Villa yang di sana." Sita menunjuk villa yang mereka tempati.
"Ooh bisa non. Monggo masuk."
Seorang pria menyuruh Sita dan Kai untuk masuk. Sita takjub dengan arsitektur rumah tersebut. Rumah yang kental dengan nuansa jawa itu sungguh luar biasa. Kai pun ikut takjub melihatnya.
"Mom. Rumahnya seperti keraton ya."
"Iya… sangat identik dengan suasana Jawa."
"Silahkan duduk sebentar ya saya panggilkan dulu." Pria yang sepertinya penjaga rumah itu berlalu.
Tak lama muncul dua orang tua dari balik pintu.
"Lho dua eyang yang tadi." Ucap Kai.
"Eh tole… jadi main juga kesini." Ucap eyang putri.
Kai dan Sita berdiri lalu mereka berdua mencium punggung tangan kedua eyang tersebut. Kedua orang tua itu takjub, jaman sekarang masih banyak yang mengerti akan sopan santun.
"Maaf pak bu ini saya ada sedikit makanan." Ucap Sita sambil mengulurkan paperbag berisi makanan yang ia buat.
"Walah terimakasih nduk. Malah jadi ngrepotin." Ujar eyang putri.
"Eyang. Masakan mommy Kai paling enak lho."
"Oh ya. Kalau begitu pasti akna eyang makan. Mbok yem tolong ambilkan piring ya."
"Njih bu." Jawaban seorang wanita di dalam rumah. Lalu tak lama wanita itu sudah membawakan piring dan juga minuman untuk tamu tanpa disuruh.
Dengan cekatan malah Sita yang membantu mengeluarkan makanannya dan menatanya ke dalam piring.
Eyang kakung tampak terkejut melihat makanan yang dikeluarkan Sita, "nduk ini kamu yang masak semuanya?"
"Iya pak saya masak sendiri. Kalau sedang libur kerja begini saya memang suka memasak." Jawab Sita.
"Bu… ini bisa pas gitu makanan kesukaan ayah. Ayam bakar bumbu rujak dan pecel hahaha."
"Waah benar juga. Bisa pas gitu."
Sita hanya tersenyum kikuk. Dia Tidak menyangka apa yang dimaksud ternyata makanan kesukaan dua orang pemilik villa tersebut.
Mereka berdua pun memakan makanan yang sudah tersaji dengan hikmat. Seulas senyum mengembang di bibir mereka berdua.
"MasyaaAllaah nduk, enak sekali masakanmu. Maskana ibu saja tidak seenak ini." Ucap eyang putri.
"Hahaha bener, ayah setuju. Lebih enak masakan ini. Eh lupa bertanya astagfirullah sakin enaknya menikmati makanan. Namamu siapa nduk."
"Alhamdulillah kalau bapak dan ibu suka. Nama saya Sita pak bu."
"Sita… nama yang bagus. Saya Hardi dan ini Ayu istri saya. Nak Sita panggil saja ayah dan ibu."
***
Setelah bercengkerama sejenak akhirnya Sita dan kai pun pamit. Hardi dan Ayu menatap punggung ibu dan anak itu.
"Haishhh gadis yang cantik, baik dan pintar. Kasian ya masih muda tapi sudah berpisah" Ucap Hardi.
"Iya ya Yah. Tapi kita tidak tahu alasan ia berpisah kenapa, aduh Kai itu lucu sekali. Ibu itu lho rasanya gimana gitu dipanggil eyang sama Kai. Seneng gitu. Nggih mboten yah (iya tidak yah)?"
"Ho o bu rasanya kayak putune dewe (cucu sendiri)."
Hardi dan Ayu merasa kagum dengan Sita. Dia yang ibu bekerja bisa mendidik putranya sedemikian bukan hal yang mudah apalagi dia single parent. Tadi memang Sita sedikit bercerita bahwa di adalah single mom. Tapi tidak bercerita mengapa ia bisa jadi single mom.
TBC