Alyssa, seorang gadis dari keluarga sederhana, terpaksa menerima pernikahan dengan Arka, pewaris keluarga kaya raya, demi menyelamatkan keluarganya dari krisis keuangan. Arka, yang memiliki masa lalu kelam dengan cinta pertamanya, juga tidak menginginkan pernikahan ini. Namun, tuntutan keluarga dan strata sosial membuat keduanya tidak punya pilihan.
Dalam perjalanan pernikahan mereka yang dingin, muncul sebuah rahasia besar: Arka ternyata memiliki seorang anak dari cinta masa lalunya, yang selama ini ia sembunyikan. Konflik batin dan etika pun mencuat ketika Alyssa mengetahui rahasia itu, sementara ia mulai menyadari perasaannya yang kian berkembang pada Arka. Di sisi lain, bayangan cinta lama Arka kembali menghantui, membuat hubungan mereka semakin rapuh.
Dengan berbagai pergulatan emosi dan perbedaan kelas sosial, Alyssa dan Arka harus menemukan jalan untuk berdamai dengan masa lalu dan membuka hati, atau memilih berpisah dan meninggalkan luka yang tak terobati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ansel 1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali pada Masa Lalu
Alyssa duduk di meja kerjanya, tangan menggenggam foto anak kecil yang telah membuat hidupnya berputar. Setelah percakapan yang menyentuh hati dengan Arka, rasa ingin tahunya tidak dapat dikesampingkan. Meski Arka sudah berbagi banyak hal, ada satu pertanyaan yang terus menghantui pikirannya siapa anak itu sebenarnya, dan mengapa dia harus bersembunyi dari kehidupannya?
Hari-hari setelah pertengkaran itu mengajarinya untuk lebih mendengarkan dan memahami, tetapi Alyssa merasa dorongan untuk mencari tahu lebih dalam tentang masa lalu Arka semakin kuat. Dia tahu bahwa apa pun yang ada di balik foto itu bisa menjelaskan banyak hal tentang sikap Arka, dan mungkin bahkan tentang hubungan mereka.
Setelah berhari-hari merasakan keraguan dan kebimbangan, Alyssa memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut. Dia mulai dengan mencari informasi tentang keluarga Arka. Beberapa jam di internet membawa Alyssa pada sebuah artikel tentang kecelakaan yang merenggut nyawa seorang wanita muda yang merupakan mantan pacar Arka. Artikel itu menggambarkan betapa tragisnya kisah itu, dan saat membaca, Alyssa merasakan hatinya bergetar.
“Jadi, ini semua tentang dia,” gumam Alyssa pada dirinya sendiri, menyadari bahwa wanita yang disebutkan dalam artikel itu adalah ibu dari anak dalam foto. Dengan setiap detail yang dibacanya, Alyssa merasakan kepedihan yang mendalam. Arka, yang tampaknya dingin dan tertutup, telah menyimpan luka yang lebih dalam daripada yang dia bayangkan.
Alyssa menghabiskan waktu berjam-jam mencari tahu lebih banyak. Dia menemukan nama anak itu: Dika. Dika adalah anak yang lahir dari cinta yang hilang, dan sayangnya, kehilangan yang harus ditanggung Arka tidak hanya menyangkut kematian ibu Dika, tetapi juga stigma dan beban dari keluarganya. Dia membayangkan betapa beratnya bagi Arka untuk menghadapi kehilangan itu, terutama dengan tuntutan dan ekspektasi keluarganya yang kaya.
Saat duduk di depan komputer, Alyssa merasa hancur. Di satu sisi, dia merasa simpati terhadap Arka, tetapi di sisi lain, hatinya juga merasa sakit. Mengapa Arka tidak pernah menceritakannya? Mengapa dia harus menjaga rahasia yang begitu besar? Alyssa tahu betul bahwa mencintai seseorang berarti menerima seluruh cerita hidupnya, termasuk masa lalu yang menyakitkan.
Dia teringat kata-kata Arka tentang takut kehilangan orang-orang yang dicintainya. Apakah dia takut bahwa jika Alyssa mengetahui tentang Dika, dia akan pergi? Rasa campur aduk ini membuat Alyssa semakin bingung. Di satu sisi, dia ingin mengulurkan tangan untuk membantu Arka mengatasi rasa sakitnya, tetapi di sisi lain, dia merasa terasing oleh rahasia yang menghalangi kedekatan mereka.
Hari demi hari berlalu, tetapi kebimbangan dalam diri Alyssa tidak kunjung reda. Dia merasa terjebak dalam lingkaran ketidakpastian mencintai Arka yang telah berbagi sebagian dari hatinya, tetapi juga merindukan kejujuran yang seharusnya mereka miliki satu sama lain.
Alyssa akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan Arka. Dia tahu bahwa tidak peduli seberapa sulit pembicaraan itu, dia harus memberi Arka kesempatan untuk menjelaskan. Saat makan malam, Alyssa menatap Arka, yang tampak lelah setelah seharian bekerja. Dia berusaha menyusun kata-kata, tetapi setiap kali dia membuka mulut, kata-kata itu terasa berat.
“Arka,” Alyssa memulai, hatinya berdebar. “Aku ingin membahas tentang Dika.”
Wajah Arka seketika memucat. “Alyssa, kita sudah membicarakan ini. Aku tidak ingin mengingat masa lalu.”
“Tapi Arka, aku telah mencari tahu lebih banyak,” Alyssa melanjutkan, berusaha menjaga suaranya tetap tenang. “Aku tahu siapa dia, dan aku merasa penting untuk kita berbicara tentang ini.”
Arka menatapnya, matanya penuh ketidakpercayaan. “Kenapa kamu harus mencari tahu? Itu hanya akan menyakitkanmu.”
“Aku tahu, tetapi aku juga merasa bahwa kita tidak bisa terus melanjutkan dengan rahasia ini di antara kita,” jawab Alyssa, berusaha tegas. “Aku ingin mengerti, dan aku ingin kita bisa saling mendukung.”
Setelah beberapa saat hening, Arka menghela napas berat. “Alyssa, aku tidak ingin menyakiti perasaanmu. Dika adalah bagian dari masa lalu yang menyakitkan, dan itu membuatku merasa bersalah. Ibu Dika meninggal karena kecelakaan, dan aku merasa seolah aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan mereka berdua.”
Alyssa merasakan air mata menggenang di pelupuk matanya. Dia merasa sakit melihat Arka begitu terluka, dan hatinya bergetar. “Arka, aku tidak akan pergi. Aku di sini untukmu. Kita bisa menghadapi ini bersama.”
Arka menunduk, tampak berjuang dengan emosinya. “Aku hanya tidak ingin kehilanganmu. Ketika aku melihat foto itu, semua kenangan pahit itu kembali menghantui.”
Alyssa meraih tangan Arka, berusaha memberikan kenyamanan yang dia butuhkan. “Kita tidak perlu berbagi beban ini sendirian. Aku ingin menjadi bagian dari hidupmu, termasuk masa lalumu.”
Mereka berdua terdiam sejenak, merasakan kedalaman perasaan yang ada di antara mereka. Alyssa tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah, tetapi dengan saling berbagi, mereka bisa mulai membangun kembali kepercayaan yang sempat terguncang.
Alyssa berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap berada di sisi Arka, meskipun masa lalu mereka penuh dengan luka dan rahasia. Cinta, meskipun terkadang menyakitkan, bisa menjadi jembatan untuk membawa mereka melewati semua cobaan ini. Mereka berdua siap untuk menjelajahi jalan yang lebih terbuka dan saling mendukung dalam setiap langkah.
Saat malam melangkah lebih dalam, Alyssa dan Arka duduk berhadapan, merasakan beban yang perlahan-lahan mulai terangkat dari pundak mereka. Suasana di dalam rumah terasa lebih hangat, dan Alyssa dapat merasakan bahwa mereka sedang berada di ambang perubahan besar dalam hubungan mereka.
Alyssa tahu bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk mulai membahas masa depan mereka. "Arka," katanya, suaranya lembut namun tegas, "aku tahu ini semua sangat sulit untukmu, tetapi aku ingin tahu lebih banyak tentang Dika. Bagaimana dia bisa ada dalam hidupmu, dan apa yang bisa kita lakukan untuk menghormati ingatannya?"
Arka menatap Alyssa dengan tatapan campur aduk, terlihat seolah-olah dia terbelah antara keinginan untuk berbagi dan ketakutan untuk membuka luka lama. "Dika... dia adalah segalanya bagiku. Ketika dia lahir, aku merasa seperti dunia akhirnya memberikan sesuatu yang indah setelah semua kesedihan yang aku alami," Arka menjelaskan, suaranya bergetar saat mengingat masa itu. "Dia adalah cahaya di dalam hidupku. Namun, semua itu berakhir dengan tragedi."
Alyssa menggenggam tangan Arka lebih erat, merasakan perasaannya yang mendalam. "Aku tidak akan pernah bisa menggantikan Dika, dan aku tidak ingin melakukannya. Tapi aku ingin kita bisa saling mendukung dalam proses ini. Kita bisa menciptakan kenangan baru, sekaligus mengenang dia."
Arka mengangguk, tetapi wajahnya tetap terlihat khawatir. "Bagaimana jika kamu merasa bahwa aku tidak dapat memberimu apa yang kamu inginkan? Apa jika masa laluku terus menghantuiku dan mengganggu hubungan kita?"
"Arka," Alyssa berkata tegas, "aku memilih untuk bersamamu. Jika masa lalu itu datang mengganggu kita, kita akan menghadapinya bersama. Aku percaya bahwa cinta kita bisa mengatasi semua ini."
Alyssa bisa melihat keraguan di mata Arka perlahan-lahan memudar, tergantikan dengan sesuatu yang lebih positif harapan. "Kamu benar," katanya, menghembuskan napas panjang. "Aku sudah terlalu lama terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Mungkin sudah saatnya untuk aku bergerak maju, dan kamu adalah alasan yang sempurna untuk itu."
Alyssa tersenyum, merasakan cahaya di dalam hatinya kembali menyala. "Mari kita mulai dengan menghormati ingatan Dika. Kita bisa membuat suatu kenangan untuknya. Mungkin kita bisa mengunjungi tempat yang spesial untuknya, atau melakukan sesuatu yang dia sukai."
Arka terlihat berpikir sejenak, kemudian menjawab, "Itu ide yang bagus. Aku tahu dia sangat menyukai taman. Kita bisa pergi ke sana, mengenang saat-saat indah dan berbagi cerita."
Alyssa merasakan rasa bahagia mengalir di dalam dirinya. Dia tahu bahwa mereka sedang berada di jalur yang benar. Dengan mengungkapkan perasaan dan membuka diri, mereka bisa memulai babak baru dalam hubungan mereka. Alyssa merasa bahwa cinta mereka akan menjadi lebih kuat dan lebih dalam dengan setiap langkah yang mereka ambil.
Malam itu, mereka menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita tentang masa kecil, impian, dan harapan untuk masa depan. Alyssa merasa semakin dekat dengan Arka, dan dia tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Setiap saat yang mereka lalui adalah kesempatan untuk saling mendukung dan mencintai dengan lebih dalam.
Ketika pagi menjelang, Alyssa terbangun dengan perasaan lebih ringan. Dia tahu bahwa mereka akan menghadapi banyak tantangan ke depan, tetapi bersama-sama, mereka bisa mengatasi semua itu. Dengan keberanian dan cinta, mereka berdua bertekad untuk menjalani hidup yang penuh makna dan saling menghargai.
Pada pagi hari yang cerah, Alyssa dan Arka bersiap untuk pergi ke taman. Alyssa merasa sedikit gugup tetapi juga bersemangat. Saat mereka tiba di taman, Alyssa bisa merasakan keindahan tempat itu. Bunga-bunga bermekaran, burung-burung bernyanyi, dan angin sepoi-sepoi memberikan suasana yang tenang dan damai.
Ketika mereka berjalan melewati jalur setapak, Arka menceritakan kenangan indahnya bersama Dika. Dia mengingat momen-momen lucu ketika mereka bermain di taman, dan senyum lebar tak dapat ditahan saat membagikan cerita-cerita kecil yang berharga.
Alyssa mendengarkan dengan penuh perhatian, merasakan betapa berartinya kenangan-kenangan itu bagi Arka. Dia berusaha untuk tidak merasa cemburu atau terancam, tetapi sebaliknya, merasa bahagia melihat Arka terbuka dan berani mengingat hal-hal yang penting dalam hidupnya.
Ketika mereka sampai di tempat yang Dika sering bermain, Arka berhenti dan menatap ke arah area bermain. "Ini adalah tempat favoritnya. Dia akan berlari kesana-kemari dengan senyum lebar, dan aku selalu berusaha mengejarnya," Arka berkata dengan nada lembut, tetapi mata mereka berkaca-kaca.
Alyssa melangkah mendekat dan merangkul Arka. "Dia pasti sangat mencintaimu, Arka. Sekarang, kita bisa mengenangnya bersama."
Mereka duduk di bangku yang menghadap ke taman, dan Alyssa merasakan kehangatan menyelimuti hati mereka. Dia mulai mengeluarkan sedikit catatan dan pena dari tasnya. "Mari kita tuliskan pesan untuk Dika. Sesuatu yang bisa kita bacakan setiap kali kita datang ke sini," sarannya.
Arka mengangguk, terlihat sangat bersemangat. “Itu ide yang indah, Alyssa. Aku rasa Dika akan sangat senang mendengar bahwa kita selalu mengingatnya.”
Alyssa menuliskan pesan sederhana di atas kertas: "Untuk Dika, kami mencintaimu dan akan selalu mengenangmu. Semoga kamu bahagia di tempat yang indah." Dia menyerahkan catatan itu kepada Arka, dan dia menambahkan beberapa kata dari hatinya.
Ketika mereka selesai, Alyssa dan Arka mengikat catatan tersebut pada pohon besar yang ada di dekat area bermain. "Ini akan menjadi tempat kita mengingat Dika," Arka berkata, senyumnya lebih lebar dari sebelumnya.
Mereka berdua duduk di sana, saling menggenggam tangan, merasakan kedekatan yang baru dan mendalam. Alyssa tahu bahwa perjalanan mereka belum sepenuhnya selesai, tetapi saat itu, mereka merasa lebih kuat dari sebelumnya. Cinta mereka tidak hanya bisa mengatasi masa lalu, tetapi juga bisa menciptakan masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan.
Hari itu menjadi awal baru bagi mereka, mengubah kenangan pahit menjadi pelajaran berharga untuk masa depan. Alyssa dan Arka tahu bahwa mereka bisa mengatasi apa pun, selama mereka melangkah bersama, saling mendukung, dan mencintai dengan tulus.