S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35. CALON IBU MERTUA YANG GARANG
"Kata Bapak ada meeting di kantor, tapi kenapa kita malah kesini?" Tanya Elmira ketika mobil sang bos yang ditumpanginya itu baru saja terparkir di pelataran sebuah restoran.
"Gak ada meeting di kantor," kata Farzan sembari melepas seat belt nya.
"Jadi Bapak bohong?" Kening Elmira mengkerut dalam.
"Maaf," ucap Farzan seraya mengangkat dua jarinya membentuk huruf V. "Soalnya kalau gak bohong, Fiona gak akan bukain pintu mobilnya dan membiarkan kamu pergi bersamaku."
Elmira menggeleng pelan kepalanya, segitunya Farzan. Hanya karena ingin bersamanya, pria itu sampai rela membohongi adiknya. "Terus kita ngapain ke sini?" Tanyanya sembari menatap kearah restoran.
"Ya mau makanlah. Aku lapar banget belum makan sejak pagi, tadi ke rumah niatnya mau numpang sarapan tapi kamunya malah gak ada. Kamu mau kan temani aku makan?"
Elmira hanya mengangguk, lalu melepas seat belt nya. Mereka berdua pun berjalan beriringan masuk kedalam restoran.
Farzan langsung memesan ruang VVIP agar ia bisa makan dengan tenang dan nyaman hanya berdua dengan Elmira. Hari ini ia tidak ingin melewatkan kesempatan bersama wanita yang dicintainya itu, karena jika Elmira sudah kembali ke rumahnya ia akan kesulitan untuk bertemu wanita itu lagi.
Sembari menunggu pesanan makanannya datang, Elmira memilih memainkan ponselnya untuk menghindari tatapan dari bosnya. Tapi Farzan tahu akan hal itu.
Layaknya seorang suami yang tidak suka melihat istrinya bermain ponsel jika sedang bersama, Farzan langsung mengambil ponsel Elmira lalu menonaktifkannya. Pria itu menyimpan ponsel wanitanya didalam saku jasnya.
Elmira hanya bisa diam tanpa berani protes. Selalu saja begitu, entah kenapa Farzan seakan mempunyai sihir yang selalu bisa membungkamnya dan pada akhirnya ia hanya bisa pasrah.
"El, aku mengajakmu kesini bukan untuk mengacuhkan aku. Tapi untuk menikmati waktu bersama." Ujar Farzan seraya menggenggam tangan Elmira. Pria itu menatap lekat wanitanya sembari menarik nafasnya dalam-dalam.
"Kamu memang belum memberikan jawaban apapun padaku. Tapi setuju atau tidak, kamu adalah milikku!" Tekannya sembari mengeratkan genggaman dikedua tangan Elmira.
Elmira terdiam beberapa saat sambil menatap tangannya yang digenggam. Tapi ia sama sekali tidak membalas genggaman itu melainkan hanya Farzan lah yang menggenggam tangannya dengan erat.
'Ya Tuhan, jika aku berhak untuk jatuh cinta lagi, izinkan aku untuk mencintai seseorang yang berhak aku miliki. Karena patah hati bukan episode yang mau aku ulangi.' Batinnya dengan penuh harapan. Mungkin ada baiknya ia memang harus belajar membuka hati untuk pria yang telah mencintainya sejak lama, karena sejatinya dicintai lebih baik daripada mencintai.
Lihatlah kisahnya bersama Ramon, karena dirinya yang mencintai begitu dalam maka ia juga yang harus terluka hingga ke dasar hatinya yang paling dalam, karena laki-laki yang dicintainya itu ternyata tidak benar-benar mencintainya. Terbukti ketika ia tidak bisa memberikan apa yang diinginkannya. Hanya karena tidak bisa mengandung, dengan tega laki-laki itu menduakan nya.
Perlahan Elmira mengangkat wajah dan menjatuhkan tatapan tepat pada kedua mata pria yang juga menatapnya dengan lekat.
"Sebelum Bapak melangkah, aku mau bilang. Yakini dulu hati Bapak sebelum menjatuhkan pilihan untuk hidup bersamaku. Karena hidup dalam satu atap, itu waktu yang lama. Tidak sama halnya seperti berpacaran.
Apa Bapak bisa memastikan kalau Bapak bisa setia, melindungi, menjaga dan membimbingku seumur hidup?
Apa Bapak bisa pastikan, kalau Bapak tidak akan pernah meninggalkan aku dalam keadaan apapun?
Dan, apa Bapak bisa memastikan juga kalau aku tidak salah pilih untuk hidup bersama Bapak selamanya?
Apa bisa Bapak membuktikan semua itu?
Elmira menghela nafas sembari memejamkan mata setelah mengatakan beberapa pertanyaan yang ia tahu sangat konyol. Dia tahu betul bagaimana tulusnya Farzan dalam mencintainya, terbukti bagaimana pria itu betah menjomblo demi dirinya. Hanya saja ia ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa Farzan benar-benar tulus mencintainya.
Sedangkan pria itu hanya mengulum senyum mendengar tiga buah pertanyaan yang sebenarnya tidak sulit untuk ia buktikan. Tapi ia tahu jika Elmira butuh bukti, bukan hanya sekedar ucapan.
"Kamu dan Aku tahu betul, El. Bahwa tidak ada hubungan yang sempurna di dunia ini. Kitalah yang harus menyempurnakannya. Dengan cara, sama-sama membutuhkan, sama-sama berjuang, saling mengerti dan saling menghargai. Karena effort itu butuh feedback, dan komitmen butuh kepercayaan.
Jika kita ingin bahagia dalam suatu hubungan, maka menetaplah dengan satu orang lalu nikmati prosesnya bersama-sama. Dan intinya, kita harus bersyukur dan jangan pernah merasa kurang, karena itulah kunci sederhana untuk meraih bahagia dalam suatu hubungan.
Tapi, jika kamu masih meragukan aku. Jujur, aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk meyakinkan kamu akan ketulusanku. Selama ini aku sudah berusaha, hanya saja keberuntungan tidak berpihak padaku." Farzan menunduk lemah setelah mengatakan kalimat panjang penuh penghayatan itu. Namun, genggamannya ditangan Elmira semakin erat seakan sedang menyalurkan isi hatinya kepada wanita itu.
"Pak," panggil Elmira dengan lirih.
Farzan pun kembali menatap wanita itu. "Ya El, ada apa?" Tanyanya dengan tatapan penuh harap. Berharap Elmira akan mengatakan sesuatu yang akan membuatnya senang.
"Aku," belum sempat Elmira menyelesaikan ucapannya, pelayan datang membawa pesanan makanan mereka.
Dan kini berbagai macam menu makanan yang elegan dengan harga fantastis telah tertata rapi diatas meja.
"El, tadi kamu mau bilang apa?" Tanya Farzan setelah pelayan itu telah pergi.
"Sebaiknya Bapak makan saja dulu. Tadi Bapak bilang sangat lapar."
Farzan mengangguk, ia pun langsung menyantap makanannya dengan lahap dan cepat. Selain memang sangat lapar, ia juga tidak sabar untuk mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Elmira.
Sementara Elmira makan dengan santai karena ia sudah cukup kenyang, beberapa saat lalu sebelum berbelanja ia sempat makan bersama Fiona di mall.
Usai menghabiskan makanannya, Farzan duduk dengan tegap sembari menunggu Elmira selesai makan. Wanita itu sengaja makan dengan lambat karena masih mempertimbangkan tentang apa yang akan ia katakan pada Farzan.
Hingga beberapa saat kemudian, Elmira pun menyudahi makannya karena merasa sudah sangat kenyang.
"Jadi bagaimana, El. Kau ingin bilang apa tadi?" Tanya Farzan terlihat antusias.
"Em, aku...
Drt... Drtt... Drttt...
Dan lagi, ucapan Elmira lagi-lagi menggantung karena dering ponsel Farzan.
Pria itu seketika mendesahh pelan setelah melihat siapa yang meneleponnya. "Mama?" Dengan terpaksa Farzan pun menjawab panggilan itu.
[Mama sudah telepon ke kantor, tidak ada meeting hari ini. Jadi bawa Elmira pulang sekarang juga!] Ucap mama Zana begitu putranya menjawab telepon.
"Iya, Ma." Ucap Farzan dengan berdecak pelan. Sedikit kesal dengan mamanya itu. Kenapa keadaannya malah berbalik seakan Elmira lah putri dari keluarganya, sedang dirinya hanya seorang pria yang sedang mencuri-curi kesempatan untuk bisa bersama kekasihnya dari calon ibu mertua yang garang.
Setelah sambungan telponnya terputus, Farzan pun lekas mengajak Elmira untuk pulang.
Diperjalanan, Farzan sesekali melirik Elmira yang terus menatap kearah jalanan disamping. Ia ingin bertanya tentang apa yang ingin dikatakan oleh Elmira saat direstoran tadi, tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat. Dan ia pun hanya bisa bertanya-tanya dalam hatinya.
'Sebenarnya apa yang ingin dia katakan?'
Hening sepanjang perjalanan, hanya suara mesin mobil yang terdengar. Elmira terus melempar pandangan pada jalanan disampingnya, sedangkan Farzan fokus dengan jalanan didepannya, tanpa ia sadari sebuah mobil mengikutinya sejak meninggalkan restoran.
dah sampe di penghujung saja...
terimakasih sudah menyajikan cerita yg baik, banyak pelajaran hidup dlm berumah tangga dan cinta yg sebenarnya....,Teruslah berkarya tetap semangat ...
💖💖💖💪💪💪