Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Sebelum Elea memasuki ruang rapat, ia masuk dalam ruang kerjanya terlebih dahulu untuk membawa catatan kecil yang ditinggalkan oleh Sarah untuknya dan tentu Alan masih mengekorinya.
“Ayo Kak, masuk ke ruangan itu. Kita sama-sama akan rapat juga bukan?” Tanya Elea dan Alan hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Tok… Tok…
“Mohon maaf saya terlambat, silahkan lanjutkan!” Titah Elea sembari duduk di bangkunya dan Alan duduk tepat samping Elea.
Tanpa Elea dan Alan sadari ada tiga orang yang menatapnya tajam.
Sekitar satu jam rapat telah selesai dan semua rekan bisnis telah keluar dari ruang rapat namun tidak dengan ketiga orang tersebut.
“Sarah, terima kasih. Kembalilah!”, titah Elea pada Sarah dan ia memberikan kode mata ke arah kursi dekat dengan rak buku. Seketika Elea melihatnya dan ia sangat terkejut bukan main.
“V…at…i… S…ej…ak kap…an…” Elea terbata-bata, ia terlihat sangat gugup kali ini. Bagaimana pun Elea tidak pintar untuk berbohong. Dan Alan melihatnya juga, namun ia terlihat lebih tenang dibandingkan dengan Elea.
“Elea” suara berat Jarvas membuat Elea berkeringat dingin.
“Elea!” Sekali lagi panggil Jarvas.
“Tuan… Bicaralah padaku, biar aku yang menjelaskannya” Alan memasang badan untuk Elea. Bagaimana pun ia harus bertanggung jawab.
“Dion, panggilkan Denis dan El sekarang juga!” Perintah Jarvas dan segera diangguki oleh asisten pribadinya. Jarvas memasang raut wajah serius. Ia tak menyangka dengan putrinya, bagaimana bisa mereka berdua datang bersama dalam satu mobil dan memasuki ruangan rapat ini berdua hingga nampak sangat berbeda keduanya sedangkan menurut kedua kakaknya, Elea menginap di penthousenya.
“Alan…” panggil seorang wanita yang mengikuti rapat tadi.
Alan hanya menoleh tanpa membalas sapaannya dan Elea hanya memicingkan mata pada Alan. Jarvas melihat putrinya semakin penasaran.
Perempuan yang bernama Georgina itu mendekat pada Alan. Seketika Elea beranjak pergi namun dicegah oleh Alan. Ia menahan lengan Elea agar tak meninggalkannya. Jarvas semakin mengernyitkan kening melihat interaksi keduanya.
“Kita bertemu kembali Alan. Tiga tahun aku berada di Amerika dan saat aku kembali, aku sangat sulit untuk menemuimu tapi ternyata kita bertemu disini. Aku sangat merindukanmu Alan” Georgina memegang lengan Alan namun dengan cepat Alan beralih posisi ke samping kanan Elea.
“Selesaikanlah, aku akan pergi” ucap Elea memandang Alan.
Tanpa perduli dengan kehadiran Jarvas, Alan memeluk Elea sambil berkata “Aku akan ikut denganmu. Jangan tinggalkan aku!”.
“Kalian berdua ikut denganku!” Suara berat Jarvas melerai pelukan Alan. Elea semakin takut, baru kali ini ia melihat Vatinya seserius itu.
“Semua akan baik-baik saja. Tenanglah. Mulai saat ini, aku akan selalu ada bersamamu!” Alan menggenggam erat lengan Elea diikuti anggukan Elea.
“Alan… Alan… Kau mau kemana? Aku merindukanmu Alan!!” Teriak Georgina dan dilihat oleh seluruh karyawan kantor Elea.
Banyak dari mereka yang menggosipkan bosnya dengan Tn. Muda Alan, mereka sangat mendukung dengan hubungan keduanya namun ada wanita lain yang ingin merebutnya. Semua bahkan sangat ingin mengatai wanita itu secara langsung namun mereka masih ingin bekerja di tempat ini ditambah lagi dengan bosnya yang baru yang sangat klop di hati dan mata mereka.
“Hei apa kau tak tahu siapa aku hah! Biarkan aku masuk! Aku ingin menemui kekasihku! Minggir!” Maki Georgina pada Sarah.
“Silahkan anda pergi sebelum saya mengusir anda dengan kasar!” Peringat Sarah.
“Memang kau siapa hah?! Kau tidak tahu siapa aku? Kurang ajar sekali! Minggir!” Semakin naik emosi Georgina.
“Pak Hans, Pak Ojan, keluarkan wanita ini!” Teriak Sarah pada dua security kantor.
“KAU!!!” Tunjuk Georgina.
“Sialan! Awas kau ya! Dasar kacung!” Teriak Georgina sambil digiring oleh kedua security. Banyak yang melihat kejadian itu hingga menggemparkan satu gedung perusahaan.
——————————————————————————————————————————
“Duduk!” Titah Jarvas pada keduanya.
Elea terus menundukkan kepalanya. Ia benar-benar tak mengenal sosok Vatinya selama ini. Sungguh, ini pertama kali baginya.
“Ya Tuhan, tolonglah hamba… Aku tak pernah ingin membohongi kedua orang tuaku! Namun aku juga tak ingin membuat keduanya khawatir dengan kondisiku kemarin. Aku bersedia berkata jujur namun aku takut! Tatapan Vatiku sangat membuatku sakit. Ya Tuhan, aku harus apa?…” Doanya dalam hati.
Alan menggenggam tangan Elea dibawah meja. Melihat Elea berkeringat dingin membuat Alan khawatir. Ia takut jika Elea pingsan lagi. Alan terus mengelus lembut tangan Elea untuk memberikan ketenangan.
“Jadi, siapa yang mau menjelaskan!” Jarvas memecah keheningan yang terjadi.
“Va…ti…” Elea mendongakkan kepalanya menatap mata Vati dan seketika air matanya terjatuh begitu saja.
Jujur, Jarvas sangat tidak ingin situasi seperti ini. Namun ia harus melakukannya, bagaimana pun Elea adalah putri tunggalnya. Hati Jarvas kian sakit melihat air mata Elea yang terus keluar, namun ia menahan diri sampai bertemu titik merahnya.
“Biar aku saja, kau tenanglah!” *cuup*, Alan mengecup kening Elea hingga membuat Jarvas membelalakkan matanya.
……Sebelumnya atas nama pribadi saya meminta maaf kepada anda sebagai ayah kandung Elea……” Alan mulai bercerita hingga membuat Jarvas ambruk mendudukkan dirinya di sofa. Elea mendekati Jarvas dan menciumi tangannya sambil berkata maaf.
Jarvas dengan cepat memeluk putrinya, ia lemas mendengar cerita Alan. Bagaimana pun Jarvas adalah seorang ayah yang tidak ingin terjadi hal-hal buruk dan dia pun mengetahui Alan di dunia bawahnya. Jarvas dan Taraka adalah teman baik jadi mereka saling mengetahui satu sama lain tanpa ada yang ditutupi begitu pun dengan anak-anaknya.
“Vati… Maafkan aku… Bahkan aku sangat takut menerima atau membalas panggilanmu dan Mutti. Maaf… Hiks… Hiks… Hiks…” Elea menangis sambil bersujud pada Vati.
“Duduklah sayang… Aku tidak bisa marah padamu, kau tahu kan. Duduklah, jangan seperti ini! Ini Vatimu bukan Tuhan” ucap Jarvas membelai rambut panjang Elea.
Satu tarikan nafas panjang dari Jarvas membuat Elea semakin bersalah. Memang ia tidak melampaui batas, namun ia telah bersalah karna berbohong pada kedua orang tuanya.
Setengah jam berlalu, El dan Denis oun datang dan lari terbirit-birut menuju ruang kerja Elea. Di depan pintu terlihat Sarah sedang menundukkan kepalanya.
“Om…” ucap Denis yang entah mengapa kali ini tak punya nyali bertatap muka dengan Jarvas.
“Duduk!” Suara berat Jarvas membuat keduanya merinding.
“Kenapa kalian bersekongkol hah? Teganya kalian padaku! Andaikan saja kalian mengatakan hal yang sebenarnya maka aku tak begitu mempermasalahkan!” Kecewa Jarvas.
El dan Denis segera bersimpuh di kaki Jarvas, mereka hanya bisa mengatakan maaf dan maaf berulang kali.
Jarvas pun segera duduk mensejajarkan posisinya dengan El dan Denis. Ia paling tidak suka disembah. Hal itu yang membuat Alan pertama kali melihat sisi lain Jarvas dan sangat kagum. Walau memiliki segalanya namun ia pantang disembah.
“Berjanjilah, ini untuk terakhir kalinya! Kedepannya, tolong beritahu saja semua tentang Elea walau pahit sekalipun!” Pinta Jarvas menatap El dan Denis.
Hal itu membuat hati El dan Denis sakit. Lebih baik menerima pukulan atau luka tembak bertubi-tubi dibandingkan dengan permintaan Jarvas. Ia memang tak pernah menggunakan emosinya, Jarvas selalu menyentuh titik kecil dihatinya. Itu yang membuat mereka lebih sakit.
“Jangan berkata seperti itu om, aku jadi merasa sakit. Pukullah om! Pukul!” Ucap El.
“Kalian adalah anakku juga, bagaimana mungkin aku mengajarkan kekerasan pada anak-anakku! Tolong jangan kecewakan kepercayaanku lagi!” Peringat Jarvas.
“Dan untukmu, Alan. Jika kau memang benar ingin meminta anakku, datanglah ke rumahku esok hari!” Ucap Jarvas sambil meninggalkan ruangan itu. Ia tidak marah namun masih tersirat rasa kecewa. Daripada ia terus melihat wajah orang-orang yang terlibat, lebih baik ia pergi dan menenangkan dirinya agar tidak timbul rasa emosi berlebih.
DEG!!!!
Alan dan Elea terkejut dengan ucapan Jarvas.
“ALAN?!!” Ucap El dan Denis bersamaan.