NovelToon NovelToon
Tahanan Ranjang Sang Mafia

Tahanan Ranjang Sang Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta Paksa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:39.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: Newbee

Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 14

Di lain tempat, Daisy terpaksa ikut menaiki pesawat pribadi bersama Ben menuju Kota Z.

Ketika pesawat telah lepas landas, para pramugari beriringan mengantar segala jenis makanan dan minuman.

Daisy melihat bagaimana pelayanan mewah itu dan di buat melongo ketika Ben hanya menjentikkan jarinya dan semua makanan telah tertata rapi di hadapan mereka.

"Makan." Perintah Ben pada Daisy.

Pria yang hidupnya hanya ada memerintah dan selalu merasa berkuasa membuat Daisy kesal.

"Pantas saja, kau tidak menghargai orang lain, ternyata hidupmu selalu di penuhi dengan kemewahan, kau tidak pernah merasakan sakit nya di hina dan kelaparan. Kau hanya tahu memerintah, menghukum, menyekap, dan merampas hak mereka." Kata Daisy.

"Makan dulu, baru bicara, aku tidak suka saat orang kelaparan tapi mulutnya terus berbicara."

"Aku tidak lapar!" Kata Daisy.

Namun ternyata bunyi perut Daisy lebih keras dari suaranya yang telah menolak makanan dari Ben.

"Jika ingin berbohong, kau dan perutmu seharusnya saling berkompromi." Kata Ben.

Pria itu duduk menyilangkan kakinya, kemudian Ben menyesap Sampanye sedikit demi sedikit.

Pria di hadapan Daisy terasa begitu jauh kedudukannya, berbeda ketika Daisy bertemu dengan Brian. Pria di hadapannya ini seolah bagaikan monster yang tidak dapat dengan mudah di kalahkan apalagi hanya dengan kalimat-kalimat kasar yang keluar sari mulut Daisy.

Saat Daisy menatap mata Ben, saat itu jantung dan harga dirinya seolah di cabik-cabik oleh tatapan tajam Ben, mata yang menyilet seluruh tubuhnya, mata yang sangat buas dan penuh dengan penekanan bahwa posisi nya adalah mutlak. Posisi paling berkuasa.

Daisy seolah di cengkeram oleh kedua tangan besar Ben, di dalam kegelapan tanpa cahaya dan tanpa jalan keluar.

Kini yang Daisy rasakan hanyalah menjadi mainan yang di pelihara oleh sang penguasa.

Daisy kemudian menyantap beberapa makanan yang ada di hadapannya, sedikit demi sedikit, karena merasa canggung dan perasaan kesal secara bersamaan.

Canggung karena ia makan di depan pria yang berkuasa dan seenaknya sendiri, perasaan kesal karena ia benci pria itu yang telah memenjarakannya namun ia harus makan dari pemberian pria itu, jika ia tidak makan perutnya sangat lapar, jika ia makan maka berarti dia bertekuk lutut pada semua titah si pria menyebalkan yang bernama Ben. Itulah pemikiran Daisy.

"Jika kau ingin kabur setidaknya kau punya energi banyak." Kata Ben.

"Sepertinya ada yang kurang, menyantap makanan akan jauh lebih nikmat jika sambil menonton." Lanjut Ben.

Daisy berhenti melahap makanannya, ia benar-benar sangat kelaparan namun setelah begitu banyak makanan terhidang dan ia memakan cukup banyak, sepertinya moodnya kembali pada dimana kepalanya harus berfikir jernih lagi. Daisy memikirkan sesuatu yang gila, bagaimana caranya dapat keluar dari penjara si pria gila ini. Dan apalagi yang pria gila ini inginkan, Daisy merasa apapun yang Ben rencanakan pasti tidak akan baik.

"Kau sudah selesai?" Tanya Ben.

"Ya." Jawab Daisy singkat.

"Panggil aku tuan, karena kau adalah tahanan ku sekarang." Ben maju dan mengulurkan tangannya lalu menarik dagu Daisy hingga naik.

"Ba... Baik Tuan..."

"Aku tidak dengar... Katakan sekali lagi jangan lupa siapa namaku. Dan jangan lupa untuk berbicara lebih sopan padaku!" Ben semakin mencengkram dagu Daisy. Tatapan Ben bagai serigalan yang siap menerkam Daisy.

"Ba... Baik Tuan Ben... Maafkan saya..." Kata Daisy.

"Pindah tempat duduk di sampingku." Kata Ben sembari melepaskan dagu Daisy.

Tentu saja Daisy enggan, ia masih merasa sangat canggung dan kesal namun juga takut.

"Apa aku perlu menyeretmu." Kata Ben.

Daisy kembali tersadar jika kadar kesabaran Ben hanyalah setipis tisu.

"Baik saya akan kesana." Kemudian Daisy berdiri dan berjalan lamban untuk duduk di sebelah Ben.

Tangan Ben tidal sabar dengan itu, dan langsung maju terulur untuk menarik tangan Daisy, membuat Daisy jatuh di pangkuan Ben.

"Traver nyalakan pertunjukannya, jika membosankan akan ku potong leher si tua bangka itu." Kata Ben.

"Baik tuan Ben."

Kemudian Traver menyalakan sebuah layar monitor seperti tv. Terpampanglah Geraldo yang sedang memasuki kamar dimana Ansella di sekap.

Hingga dimana Geraldo menampar dan merobek pakaian Ansella. Daisy kemudian menutup mulut dan matanya.

"Aku tidak mengijinkanmu menutup mata, buka matamu." Perintah Ben.

Saat itu Daisy masih duduk di pangkuan Ben, ia merasa sangat tidak nyaman.

Meskipun Daisy duduk di pangkuan Ben, Daisy tetap terlihat mungil dengan ukuran tubuh Ben yang besar dan tinggi, tangan besar Ben kemudian merangkul pinggang Daisy, Ben mendekat di telinga Daisy.

"Apa kau menyukainya Daisy? Aku tahu kau ingin balas dendam pada kakakkmu atas apa yang telah ia lakukan padamu." Bisik Ben di telinga Daisy.

Tubuh Daisy kaku, ia melihat bagaimana Geraldo memaksa Ansella untuk melakukan hubungan badan. Daisy ingin menutup matanya namun ia tidak berani melakukannya karena Ben terus mengawasinya.

"Kau puas kan? Aku membalaskan dendam mu." Kata Ben.

"Aku tidak suka, dan aku tidak puas." Kata Daisy.

"Hmmm... Sepertinya masih kurang menarik ya." Kata Ben.

Kemudian Ben memberikan isyarat pada Traver untuk melakukan panggilan.

Ternyata panggilan itu langsung menuju pada Geraldo yang sedang melakukan paksaan pada Ansella. Tubuh Ansella telah telanjangg tanpa sehelai pakaian pun.

"Apa kau ingin mati, tidak kah kau bisa membuatnya lebih menarik. Mungkin sedikit tambahan kekerasan bisa membuat peliharaanku senang untuk menontonnya." Perintah Ben.

Daisy langsung bergetar, tubuhnya mendadak kaku dan ia merasa takut, apa yang akan Geraldo lakukan pada Ansella, ia takut Ansella akan mati.

"Sudah cukup aku tidak mau melihat lagi." Kata Daisy menutup matanya dan memalingkan wajah dari layar.

Kemudian Ben memberikan isyarat dengan mata dan jarinya agar Traver keluar.

Setelah Traver keluar Ben membuka kedua tangan Daisy yang menutupi wajahnya.

"Kenapa kau tidak mau melihat, aku tidak pernah menyuruhmu untuk menutup mata dan berpaling atau kau akan menerima hukumanku." Kata Ben.

Mata Daisy membelalak ketika tangan kekar dan besar Ben mencengkram kepala Daisy, dan mengarahkan wajah Daisy mendekat, bibir Ben langsung melumatt bibir Daisy dengan sangat kuat.

Daisy hendak meronta, namun tenaganya tidak cukup kuat karena Ben dengan cepat menarik tubuh Daisy untuk menempel padanya lalu pada akhirnya telinga Daisy mendengar suara Ansella yang mendesahh- desahh penuh kenikmatan. Suara itu sangat membuat Daisy malu, namun juga bisa membuat dadanya terbakar dengan sensasi lumatann kuat bibir milik Ben. Entah bagaimana perasaan aneh muncul, ciuman Ben tarasa sangat enak baginya.

Suara Ansella nyaring dan sensual, penuh dengan eranngan fulgar yang panas.

Daisy tidak tahu lagi apa yang ada di pikirannya namun ciuman Ben membuatnya hampir tenggelam dalam kegelapan ketika di barengi dengan suara-suara kenikmatan kakaknya.

Daisy ingin menyadarkan pria di hadapannya bahwa ia bukanlah sekedar mainan, ia mempunyai harga diri. Daisy harus bangkit atau ia akan jatuh ke dalam kegelapan selamanya.

Kemudian Daisy dengan keras menggigit bibir Ben hingga darah mengalir dan turun ke dagu Ben.

Pria itu pun akhirnya melepaskan ciumannya dan tersenyum klise.

"Beginikah caramu berterimakasih, aku sudah membuat Ansella membayarnya tapi kau bahkan tidak tahu cara menyenangkanku."

"Aku memang membenci Ansella karena dia dan ibunya selalu menyiksaku dan membuatku menjalani hidup yang mengerikan, tapi aku tidak pernah berniat untuk membalas dendam pada mereka. Aku bukan seperti kamu, aku bukan iblis!" Kata Daisy berteriak.

bersambung

1
Hervy Tatiana Alyati
sumpah emosi bngt sm Daisy 😭
Kim hanna810
thor ini novel
kena plagiat
cek aja di kumpulan cerpen cerbung
aku gregetan soalny
Bunda Rose
kejam...
indi tresna
Luar biasa
Via Dwi
bisa longgar dah/Grin/
Via Dwi
siltan mah bebas/Drool/
Su tardi
Kecewa
Su tardi
Buruk
lily
btw traver gk mau ngasih kisi2 gtu gmna caranya dapat info yg super duper sat set sat set sampe info terdalam sanking dalamnya hampir sama kaya palung laut 🤭
lily
Daisy gk ada keinginan buat jadi tangguh gtu misal latian menembak atau apalah Secra dia hidup di negara penuh dengan orang2 mafia setidaknya dia harus kuat
lily
emang bner sih ada suatu negara yg banyak mafianya cuma lupa nama negara mana itu
lily
mimpi apa Daisy bisa2 nya dilirik sama para mafia
lily
knpa aku jdi ikutan tegang,,,, berasa jdi Daisy aj yg pastinya tangan ikut dingin
lily
kasian Daisy,,, dia trauma gk ya
lily
aku bayangin bill ngomong panjang lebar gtu sambil tangannya melambai - lambai dengan jari-jari lentiknya ,hahhaa
lily
haduhhhhhb
lily
istilahnya apa itu kalo pake kekerasan , kok lupa
lily
btw ini lokasinya dihuni para mafia gtu atau kartel2 gtu kali yak
Via Dwi
tegang
Via Dwi
Ben top markotop dah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!