Tahanan Ranjang Sang Mafia
"Ibu... Lihatlah aku mendapatkan pekerjaan." Kata Ansella memamerkan seragam barunya.
"Wah... syukurlah, aku bangga denganmu Ansella, kau memang anak yang bisa di banggakan." Samantha memeluk Ansella dengan penuh kasih sayang.
"Aku bekerja di hotel berbintang yang sangat mewah, meskipun itu ada di wilayah Timur tapi ku rasa tidak masalah, karena rumah kita berada di perbatasan."
"Iya, semoga Tuan Gerlado dan Tuan Yaron akan memaklumi itu." Kata Samantha.
Kemudian, Samantha melirik seorang gadis yang sedang menyetrika baju-baju yang menumpuk.
"Cepat selesaikan laundry-laundry itu, aku akan pergi makan di luar bersama Ansella, untuk merayakan keberhasilan Ansella mendapatkan pekerjaan, sebentar lagi baju-bajunya akan di ambil." Kata Samantha.
"Ibu, aku juga harus bekerja. Aku tidak bisa terlambat lagi. Kemarin aku sudah menyelesaikan laundry nya, dan aku terlambat masuk."
"Daisy! Kau berani membantah ibumu yang sudah merawatmu dari kecil hingga susah payah, kau berani melawanku!" Kata Samantha mendelik.
"Tapi Bu..."
"Tidak ada tapi-tapi, lihat kakak mu, dia mendapatkan pekerjaan yang layak dan bagus, dia bekerja di hotel berbintang yang mewah, bagaimana bisa kau tidak malu Daisy, kenapa kau masih bisa leluasa menunjukkan wajahmu ke semua tetangga tanpa rasa malu karena hanya bekerja di cafe sederhana!" Kata Samantha.
"Kenapa harus malu Ibu? Aku juga bekerja dan mendapatkan uang halal, aku tidak menjual diriku atau merendahkan diri agar mendapatkan pekerjaan." Kata Daisy.
PLAKKK!! Tamparan keras tiba-tiba melayang di pipi Daisy, hingga membuat kepala Daisy miring, Daisy juga terkejut dan membelalakkan mata menatap lantai. Ansella geram tersulut emosi dan menampar adiknya. Pipi Daisy seketika berubah menjadi merah.
Rasa panas dan menyakitkan begitu terasa di pipi Daisy, hatinya hancur, tidak ada hari tenang baginya, lebam satu sembuh pasti akan ada lebam dan bekas luka selanjutnya.
"Apa kau ingin bilang bahwa aku menjual diriku?" Ansella berdiri menantang di depan Daisy.
"Aku tidak pernah bilang begitu, tapi orang-orang yang mengatakannya."
"Kau mau mati ya!!!" Ansella berteriak histeris dan menjambak rambut Daisy.
"Aaaa lepaskan!! Sakit Ansella!! Lepaskan!!!"
"Kalau kau mau mati, dengan senang hati biarkan kakak mu ini membantumu Daisy! Biarkan aku yang membunuhmu Daisy!!!" Ansella menjambak Daisy dan menyeret Daisy masuk ke dalam tempat pencucian baju.
Kemudian Ansella mengambil selang air dan menyiram tubuh Daisy.
Tak puas Ansella mengambil serok sapu air dan memukul tubuh Daisy.
BUGG!!!
BUUUGG!!!
"Rasakan itu!!!" Teriak Ansella.
Daisy menangis tersedu-sedu, bahunya naik turun, ia menutupi tubuhnya yang basah dengan kedua tangannya yang basah pula, dan melindungi tubuhnya dari pukulan-pukulan Ansella.
"Sudah cukup Ansella." Kata Samantha dengan nada datar.
"Bersyukurlah Daisy, suasana hatiku sedang baik kali ini karena anakku mendapat pekerjaan yang bagus, jika tidak wajah memuakkanmu itu sudah ku tenggelamkan di dalam bak air agar kau tidak dapat bernafas." Ancam Samantha.
Daisy memangis dan menutupi wajahnya di lantai yang penuh dengan air.
"Selesaikan laundry-laundry itu atau kau tidak boleh keluar untuk bekerja. Kau paham!" Teriak Samantha.
"Ayo Ansella kita pergi. Kita harus merayakan keberhasilanmu mendapatkan pekerjaan, jangan lupa Ansella kau harus menggaet pria-pria yang mapan dan tampan di hotel itu, agar kau bisa hidup lebih enak." Kata Samantha mengelus kepala Ansella.
Setelah terdengar pintu di tutup, artinya Samantha dan Ansella sudah pergi. Daisy masih meringkukkan tubuhnya di lantai, menangis sesenggukkan, perlahan ia bangkit dan mengambil pakaian ganti, dengan masih menangis ia harus segera menyelesaikan laundry-laundry itu agar ia bisa berangkat bekerja.
Daisy mengganti pakaian dan melanjutkan pekerjaannya.
Bagi Daisy hal semacam itu sudah ia dapatkan semenjak ayahnya menikahi Samantha. Sekarang pun entah dimana ayahnya berada ia tidak tahu.
Setelah semeninggalnya ibu Daisy, ayahnya menikah lagi dengan Samantha dan membawa seorang putri bernama Ansella. Bisnis ayah Daisy bangkrut dan Ayah Daisy menjadi pecandu alkohol, tidak pernah pulang dan tidak pernah mengurus Daisy.
Samantha yang merasa sakit hati di tipu oleh ayah Daisy kemudian melampiaskan semuanya pada Daisy, sejak kecil ia menyiksa Daisy. Samantha menjadi emosi dan naik pitam setiap kali melihat wajah Daisy. Apalagi saat itu Daisy masih kecil, ia di berikan tanggung jawab oleh ayah Daisy untuk menjaga Daisy. Sedangkan Samantha sendiri masih memiliki anak bernama Ansella.
Meskipun begitu, Daisy masih bersyukur tidak di usir dari rumahnya, itu adalah satu-satunya rumah peninggalan almarhumah ibunya, karena setelah kejatuhan Ayahnya semua harta milik ayahnya di jual untuk menutup hutang.
Mau tidak mau Daisy harus pindah ke kota yang kecil, dimana ibunya di lahirkan, dan menempati rumah itu bersama Samantha serta Ansella.
Karena kebutuhan sekolah Ansella dan Daisy pun semakin besar, Samantha memutuskan untuk membuka jasa cuci baju. Samantha membuka Laundry.
Samantha yang membenci Daisy, berulang kali menuntut Daisy untuk ikut mengerjakan pekerjaan Laundry itu, bahkan ketika masih sekolah menengah pertama, Daisy sempat demam, Samantha tetap mempekerjakan Daisy mencuci baju-baju.
Mirisnya, Samantha tidak memakai mesin pencuci, hanya memakai mesin pengering, mencuci baju selalu manual memakai tangan dan ketika sudah selesai barulah di keringkan memakai mesin pengering. Itu karena mesin nya terlalu mahal, Samantha harus membeli salah satu.
Menurut Samantha lebih baik mencuci manual namun setelah itu bisa di keringkan menggunakan mesin, jadi lebih cepat kering.
"Haaaaahh.... Akhirnya... Selesai... Badanku pegaaallll...." Daisy merebahkan dirinya, merenggangkan otot-ototnya di atas lantai dan memandangi langit-langit.
Cukup lama ia memandangi langit-langit rumahnya yang semakin lama semakin terlihat beberapa jamur karena rembesan air hujan. Air matanya kembali menetes dan menggenang, ia menyapunya dengan tegar, Daisy memang sedikit cengeng namun mentalnya sekuat mental besi.
"Ibu... Maaf, aku belum memiliki uang untuk merenovasi rumah ini."
TOK TOK TOK!!
"Permisi saya mau ambil pakaian."
Terdengar samar-samar dari balik pintu rumah, seseorang akan mengambil pakaian Laundry nya.
"Baiikk sebentaaarr..."
Daisy kemudian membuka pintu dan melihat itu adalah tetangganya.
"Ahh... Nyonya Rose, mau mengambil pakaian ya. Sebentar saya ambil kan silahkan duduk dulu."
Nyonya Rose kemudian duduk di teras rumah.
Tak lama kemudian Daisy membawa plastik berisi pakaian-pakain rapi yang sudah di lipat dan di setrika, baunya juga harum.
Nyonya Rose menerima itu.
"Daisy, ada apa dengan wajahmu."
Nyonya Rose hendak memegangnya namun Daisy mundur perlahan.
"Aahh... Nyonya Rose. Tadi saya terjatuh."
"Apa ibu mu memukulmu lagi!" Kata Nyonya Rose.
Daisy hanya diam.
"Wanita itu! Apa yang sebenarnya dia inginkan, apa dia memang sudah kehilangan kewarasan!"
"Bu... Bukan ibu saya. Saya terlibat sedikit pertengkaran dengan Ansella."
"Haaaahh!!! Lagi-lagi!!! Jika bukan Samantha pasti Ansella, sepertinya aku bebar-benar harus melaporkan mereka ke polisi!!!" Kata Nyonya Rose.
"Ti.. Tidakk Nyonya. Jangan... Saya mohon. Ini sudah tidak sakit lagi." Pinta Daisy.
"Kamu... Memang sebaik malaikat seperti ibumu...." Nyonya Rose membelai kepala Daisy dengan rasa iba, ia tahu bukan hal tepat untuknya ikut campur. Namun terkadang hatinya sangat sakit melihat Daisy selalu di perlakukan seperti itu.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
Dewi Fitri
aku datang lagi ben dan daisy🥰
dari kalian baru di ciptakan aku selalu setia nunggu up nya dari thor🤭
sampai sekarang g bosen2 bacanya
walau udah berkali2 baca🤭
2024-10-22
0
Cintya Sari
nyimakkkkkkkk dl perjalanan membaca awal 😂
2024-11-16
0
Ikha Azzam
next penasaran dengan kisahx deasy
2024-10-30
0