NovelToon NovelToon
Penjara Cinta Sang Mafia

Penjara Cinta Sang Mafia

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Mafia / Konflik etika / Keluarga / Roman-Angst Mafia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:68.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!

"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"

Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.

Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?




IG otor : Kolom Langit

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bos Kia Group

"Temanku bilang, semua pemegang saham menginginkan membangun sebuah pusat perbelanjaan. Tapi Bos Kia Group hanya ingin membangun sebuah rumah sakit gratis dan gedung Yayasan Amal Kia. Karena itulah,pembangunan gedung itu mangkrak dan tidak berjalan sesuai rencana,"

Zian mengepallan tangannya mendengar ucapan Dimas, dia terlihat sangat geram, membuat Dimas mengerutkan alisnya.

"Kau kenapa, Bos?"

"Tidak! Aku tidak apa-apa. Jadi mereka semua bekerja sama mengkhianati bos besar mereka, ya?" tanya Zian dengan nada datar.

"Aku rasa bos Kia Group itu saja yang bodoh, Bos. Menurutku benar, memang lebih baik membangun pusat perbelanjaan. Itu kan sangat menguntungkan. Di banding hanya sebuah gedung yayasan amal dan sebuah rumah sakit gratis. Aku rasa tuan itu terlalu kaya, sampai tidak tau kemana harus menghabiskan uangnya," kata Dimas panjang lebar.

"Jadi menurutmu membangun rumah sakit gratis itu bukan keputusan tepat?" Zian menatap Dimas dengan tatapan mengintimidasi.

"Kalau kau adalah pemilik Kia Group, apa yang akan kau bangun di atas lahan seluas itu, Bos?" tanya Dimas kembali.

"Aku rasa aku sependapat dengan bos Kia Group," sahut Zian.

"Bos, aku ingin menanyakan sesuatu sebenarnya..." ucap Dimas kemudian.

"Apa?"

"Kenapa kau sangat tertarik mencari informasi tentang pembangunan gedung itu? Apa ada maksud di belakangnya?" tanya Dimas penasaran.

Dimas curiga Zian ingin menjual informasi pada Bos Kia Group untuk mendapatkan keuntungan lebih.

"Kau akan tahu nanti, tenang saja!"

Dimas menyeruput kopi buatannya lalu melipat koran yang tadi dia baca.

"Aku sangat penasaran, seperti apa Bos pemilik Kia Group itu," ucap Dimas.

"Memang kenapa dengannya?"

"Bukankah dia itu pria yang sangat misterius? Namanya tidak pernah di sebutkan dan wajahnya tidak pernah tersorot media. Dia menutup rapat akses media yang ingin mencari tahu tentangnya, dan sekarang, dia muncul dengan iklan mencari seorang gadis pemain piano untuk di jadikan istri."

Zian hanya menghela napas panjang mendengar ucapan Dimas. Dia kemudian menyandarkan kepalanya di kursi lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya, kemudian mengetik sebuah pesan.

"Dimas, beberapa hari lagi aku harus keluar kota untuk beberapa hari. Aku ada urusan penting. Kau urus bengkel ini baik-baik," titah Zian.

"Siap, Bos!"

Bos kaupun sama misteriusnya dengan bos Kia Group. Kau selalu menghilang di hari senin dan selalu keluar kota untuk beberapa hari. Kau terlalu aneh untuk ukuran seorang montir. Bahkan aku tidak menyangka kau punya uang ratusan juta yang kau kirim ke rekeningku.

****

Di tempat lain, seorang pria sedang di landa kecemasan luar biasa. Dia sudah ratusan kali melakukan panggilan melalui ponselnya namun tidak juga terhubung pada nomor yang di tuju.

"Kau kemana, Naya... Aku sudah mencarimu kemana-mana. Apa kau mengganti nomor teleponmu?" kata Dokter Fahri yang sedang cemas memikirkan Naya.

Sudah hampir sebulan Naya menghilang entah kemana dan tidak melanjutkan pengobatannya, membuat sang dokter di landa kecemasan.

"Apa aku harus menyuruh seseorang untuk mencari keberadaan Naya?" batin Dokter Fahri.

Dia pun segera mencari nomor seseorang dan melakukan panggilan.

"Halo, Evan... Aku butuh bantuanmu. Aku sedang mencari seseorang, bisakah aku meminta bantuan orang-orangmu?"

"Tentu saja, Kak. Kakak dimana sekarang?" tanya pria di seberang sana.

"Kenapa kau masih tanya, tentu saja aku di rumah sakit, memang aku harus kemana?" kata dokter Fahri.

"Baiklah, aku akan ke rumah sakit tempatmu praktek."

"Aku tunggu, cepatlah! Aku sangat butuh bantuanmu." Sambungan pun terputus, Dokter Fahri meletakkan ponsel di atas meja.

Dia kembali membaca hasil pemeriksaan kesehatan Naya saat terakhir kali gadis itu datang. Ada gurat kesedihan yang terlihat jelas di wajahnya membaca hasil pemeriksaan itu.

"Adik kecilku yang malang. Jika dia tahu kondisi kesehatannya sekarang, apa dia masih bisa bersemangat menjalani hidupnya..." gumamnya.

Setelah hampir satu jam menunggu, terdengarlah suara ketukan pintu ruangan dokter itu. Evan berdiri di ambang pintu dengan menyunggingkan senyum manisnya.

"Aku datang, Kakak...!" kata Evan lalu memasuki ruangan itu dan langsung duduk di kursi.

Dokter Fahri berdiri dari duduknya lalu mendekati Evan, kemudian menjewer kuping lelaki itu dengan keras.

"Aduh... Aduh... Aduh... Apa yang kau lakukan Kakak? Sakit... Tolong lepaskan tanganmu! Aku tahu kau seorang dokter tapi kalau telingaku terlepas, kau tidak akan bisa menyambungnya kembali," Evan meringis kesakitan seraya memegangi tangan Fahri yang masih melekat di telinganya.

"Dasar anak nakal!! Apa ini sakit? Aku pikir manusia sepertimu tidak bisa merasakan sakit," ucap Fahri lalu melepaskan tangannya.

Evan pun mengusap telinga kanannya beberapa kali yang sudah terlihat memerah karena di jewer dengan keras oleh Kakaknya itu.

"Bukankah kau yang memanggilku kemari? Lalu kenapa kau menyambutku dengan siksaan?" protes Evan dengan wajah merajuknya.

"Aku butuh bantuanmu. Tapi sebelum itu jawab dulu pertanyaanku!"

"Aku sudah tahu apa yang mau kau tanyakan. Kau tenang saja. Aku baik-baik saja, dan aku tidak nakal. Sungguh!" Evan mencoba meyakinkan kakaknya itu dengan menaikkan dua jarinya.

"Kau darimana saja? Kenapa kau tidak pulang ke rumah selama seminggu ini?" tanya Fahri.

"Aku kan sibuk, Kakak. Kau tahu aku sedang merintis bisnisku bersama Rafli, kan? Tenang saja. Aku bebas alkohol dan obat-obat terlarang."

"Baiklah, kalau kau memaksa, terpaksa aku akan percaya padamu," ucap Fahri lalu kembali duduk di kursi kebesarannya.

"Aku tidak memaksamu untuk percaya," kata Evan, "Lalu siapa yang ingin kau cari? Kau bilang butuh bantuan untuk mencari seseorang,"

Wajah Fahri pun langsung berubah serius saat mengingat apa yang membuatnya begitu di landa kecemasan.

"Aku sedang mencari seorang pasienku. Dia menghilang, dan aku harus segera menemukannya," kata Fahri dengan wajah sedihnya.

"Pasienmu?"

"Iya, sudah hampir sebulan dia tidak memberiku kabar dan nomor teleponnya tidak bisa di hubungi. Aku sangat mengkhawatirkannya."

"Itu mudah saja, berikan nama dan fotonya, aku akan menemukannya kurang dari 24jam," jawab Evan dengan percaya dirinya.

Fahri pun membuka galeri ponselnya dan mencari foto Naya, lalu menunjukkannya pada Evan.

"Ini orangnya, namanya Kanaya Indhira Adiwinata," ucap Dokter Fahri. Evan pun terlonjak setelah melihat foto Naya di layar ponsel kakaknya.

Ya ampun, ada apa dengan Naya? Kenapa semua orang mencarinya. Kemarin Zildjian Azkara yang mencarinya, Sekarang kakak ikut mencarinya.

"Kenapa kau begitu terkejut? Apa kau mengenal gadis itu?"

Evan menatap foto Naya dengan perasaan sedih. Dalam foto itu, Naya terlihat begitu ceria walaupun beberapa alat medis sedang melekat di tubuhnya. Matanya pun menjadi berkaca-kaca.

"Aku... Aku akan mencarinya untukmu. Dia sakit apa, Kak?" tanya Evan seraya mengembalikan ponsel itu.

"Empat tahun lalu dia tertembak saat usianya 15tahun... Dan tembakan itu mengenai organ hatinya. Jadi sebagian hatinya mengalami kerusakan sehingga harus di angkat sebagian. Sejak saat itu, aku menanganinya. Seharusnya tahun ini dia sudah selesai dengan pengobatannya. Tapi ternyata takdir berkata lain," tutur sang dokter.

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Evan penasaran.

"Hasil pemeriksaan terakhir, menunjukkan kesehatannya memburuk..." ucap Dokter Fahri dengan wajah sedih. Bahkan, matanya telah berkaca-kaca.

Evan pun terenyuh mendengar penjelasan kakaknya. Air matanya meleleh begitu saja.

Naya...

"Tolong temukan dia untukku. Aku sudah berjanji padanya akan menyembuhkannya,"

"Ba-baik, Kak..."

Aku bisa saja mengatakan padamu bahwa aku mengenal gadis ini. Tapi aku harus tanyakan pada Naya dulu. batin Evan.

"Baiklah, aku harus pergi dulu, sampai jumpa."

Evan bergegas keluar dari ruangan Fahri membuat laki-laki itu heran dengan tingkah adiknya.

****

1
Asiana Tyas
Luar biasa
Linna_Naa^•^
ceritanya bagus thor sangat menghibur/Kiss//Kiss//Kiss/
Wulan Bahrain
Luar biasa
Sweet Girl
Pas... benget si Otor... sama gambar nya.
Wulan Bahrain
aku tuh baca novel ini udah 3 kali tapi tetal aja nangis
Linna_Naa^•^
ya ampun naya sempet2nya dandan/Sob/
Linna_Naa^•^
udah dong thor, kamarku kebanjiran nih/Sob//Sob//Sob/
Linna_Naa^•^
tissue ku sampe habis thor/Sob//Sob//Sob/
Linna_Naa^•^
/Sob//Sob//Sob/
Sweet Girl
Semoga aja ibunya Danis belum tidur.
Sweet Girl
aaou aaou....
Sweet Girl
Nasibmu Dimas....
Sweet Girl
kasihan Dimas Tor....
Sweet Girl
Ayo bobok Leee, Ndak pingin punya adik ta...??
Linna_Naa^•^
itu kia mu ziaaaannnnnnn/Curse/
Sweet Girl
Bwahahahaha saat hamilpun masih bisa mengancam.
Sweet Girl
bwahahahaha waspada Dim...
Sweet Girl
syukaaa
Sweet Girl
Sama Dimas di bawa ke Villa hutan biar aman🤣🤣🤣
Sweet Girl
kok bisa Alex benasin Rama?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!