" Mau gimanapun kamu istriku Jea," ucap Leandra
Seorang gadis berusia 22 tahun itu hanya bisa memberengut. Ucapan yang terdengar asal dan mengandung rasa kesal itu memang sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Jeanica Anisffa Reswoyo, saat ini dirinya sudah berstatus sebagai istri. Dan suaminya adalah dosen dimana tempatnya berkuliah.
Meksipun begitu, tidak ada satu orang pun yang tahu dengan status mereka.
Jadi bagaimana Jea bisa menjadi istri rahasia dari sang dosen?
Lalu bagaimana lika-liku pernikahan rahasia yang dijalani Jea dan dosennya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Rahasia 13
Malam berlalu begitu saja, dan hari ini adalah hari Senin dimana semua orang akan melakukan aktivitas mereka kembali setelah akhir pekan yang digunakan untuk beristirahat.
Pun sama dengan Lean dan Jea. Hari ini mereka berdua akan berangkat ke kampus dengan status baru yakni sebagai suami istri.
Tadi malam Lean tidak menginap di apartemen. Dia pulang setelah makan malam bersama Jea. Tentu saja bagi Jea itu tidak jadi soal. Dia malah merasa nyaman karena tinggal sendiri. Adanya Lean di satu atap bersamanya membuat Jea merasa canggung. Tapi siapa duga bahwa Lean pagi-pagi betul sudah ada datang ke apartemen dengan membawa sebuah koper besar.
" Malam ini aku akan tinggal di sini," ucapnya.
Jea tentu tidak bisa melarang atau mengusirnya karena tempat itu adalah milik Lean. Hanya saja pikiran Jea mulai melalang buana. Salah satunya adalah bagaimana dia akan menjalani hidup berdua bersama dengan dosennya itu.
" Ayo kita berangkat bareng Jea?"
" Eeh nggak bisa dong Bang, nanti bakalan muncul gosip. Dikiranya kita punya hubungan. Abang inget kan kalau hubungan kita ini rahasia. Lagian aku udah ambil motor dari tempat kos ku. Jadi aku akan berangkat ke kampus naik motor."
Wajah Lean seketika berkerut. Ia tidak menyangka bahwa Jea akan menolaknya dan lebih memilih naik motor. Padahal dia sungguh ingin pergi ke kampus bersama. Rupanya Jea sungguh-sungguh tidak ingin hubungan mereka diketahui. Pernikahan yang sah ini meski belum ia daftarkan ke KUA tetap saja namanya pernikahan. Lean jadi berpikir, agaknya dia harus segera membuat mereka sah di mata negara.
Lean punya pemikiran, ia merasa bahwa Jea akan selamanya menghindar. Jika begitu, bisa saja Jea akan pergi darinya. Lean jelas tidak mau. Dia tidak ingin pernikahannya hanya seumur jagung. Dia ingin seperti keluarganya yang hanya menikah satu kali dengan satu orang.
Tapi untuk saat ini mungkin harus kembali seperti rencana awal yakni membiarkan semua seperti keinginan Jea. Selain pernikahan rahasia, status Jea sebagai istrinya juga merupakan istri rahasia.
" Ya udah kamu hati-hati ya. Hari ini pulang jam berapa?"
" Iya pasti hati-hati kok Bang. Ehmm, kayaknya aku pulang agak sore. Tapi sebelum magrib udah sampai rumah kok. Nanti aku juga bakalan siapin makan malam. Abang pulang jam berapa?"
" Habis magrib, soalnya ada bimbingan skripsi yang selama seminggu kemarin tertunda. Jadi hari ini habis ke kelas kamu, aku full bimbingan skripsi."
Jea mengangguk paham, dia tahu posisi Lean yang merupakan dosen yang sibuk. Sebenarnya itu sedikit menguntungkan bagi Jea. Lean tidak akan pulang cepat dan juga sibuk di kampus, maka dari itu sayu rahasia yang masih ia miliki tidak akan diketahui dengan mudah oleh Lean.
Sebuah senyuman penuh arti terbit di bibir Jea. Hal itu sedikit membuat Lean curiga. Namun dia memilih diam, ia yakin istrinya itu tidak akan melakukan sesuatu yang akan membuatnya kesusahan.
" Ya udah Jea, aku berangkat dulu. Jadwal pagi ini ada bimbingan juga."
" Oke Bang, hati-hati ya."
Lean kembali berpamitan. Jam baru menunjukkan pukul 06.30, tapi dia harus segera sampai di kampus meski jam mengajarnya baru pukul 09.00 nanti. Itu tadi, dia ada jadwal untuk bimbingan skripsi.
Kali ini Jea melakukan sesuatu yang sudah dari kemarin dia ingin lakukan. Yakni meraih tangan Lean dan menciumnya. Awalnya dia merasa canggung, tapi setelah berhasil melakukannya, Jea merasa seperti berhasil melewati sebuah rintangan yang besar.
Sedangkan Lean, pria itu sesaat terpaku. Ini kali pertama dirinya diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Tentunya selain para keponakannya. Ini pertama kalinya ada yang mencium tangannya. Bibir yang menempel pada punggung tangan Lean terasa begitu lembut. Namun dia bisa merasakan telapak tangan Jea yang sedikit kasar.
Sebuah pemikiran muncul di kepala Lean, Jea pasti seseorang yang bekerja keras. Tangan yang kasar menjadi bukti dari pemikirannya tersebut.
" Aah maaf, tangan aku kasar ya Bang? Soalnya ini keseringan naik motor. Udah dari SMA aku naik motor jadi telapak tangannya banyak kapalnya hehehe," jelasnya. Tanpa diminta gadis itu menjelaskan sendiri apa yang terjadi pada tangannya. Dan ketika ia hendak menarik tangannya itu, Lean menahannya.
Cup
Kini giliran tangan Jea yang dicium Lean. Bukan di punggung tangan melainkan di telapak tangannya. Terang saja Jea terkejut, bahkan dadanya bergemuruh. Wajahnya seketika juga bersemu merah.
" Nggak masalah mau kapalan atau kasar atau apapun, bagi ku kamu adalah istriku. Dan aku bangga sama kamu."
Ceklaak
Tap tap tap
Setelah mengatakan hal yang membuat perut Jea seperi dihinggapi banyak kupu-kupu, Lean mengucapkan salam dan langsung pergi. Tanpa menoleh kebelakang, pria itu berjalan lurus seperi diburu-buru sesuatu.
" Buseeet, bisa-bisanya aku begitu. Ughhhh," rutuk Lean pelan.
Pintu lift terbuka, Lean langsung masuk, lalu reflek menyandarkan tubuhnya pada dinding. Ia juga memegang dadanya, ternyata jantungnya berdegup hebat. Lean memang merupakan dosen yang cerdas, pengalamannya dalam mengajar dan menjadi pembicara tidak perlu diragukan. Namun pengalamannya terhadap wanita adalah nol besar.
" Apa aku punya gejala penyakit sesak nafas, kok rasanya begini ya?" gumam Lean pelan sambil menekan dadanya yang memang nafasnya sedikit memburu.
Benar-benar hal yang baru bagi Lean memiliki perasaan yang seperti itu. Sangat-sangat baru dimana sebelumnya dia belum pernah berdekatan dengan wanita selain keluarga, sahabat dan temannya. Apalagi diusianya sekarang dia tergolong jomblo sedari lahir. Dalam arti lain Lean belum pernah membina hubungan asmara dengan gadis manapun. Jangankan membina asmara, untuk menyukai lawan jenis saja dia belum pernah.
Tapi kebersamaannya dengan Jea yang baru beberapa hari ini membuatnya memiliki rasa lain. Ada rasa senang, khawatir, ingin melindungi, dan ingin membuat Jea sellau tersenyum. Lean yang selama ini hanya fokus dengan kesibukannya sebagai dosen, kini memiliki hal yang lain yang ia pikirkan. Dan semua itu tentang Jea.
" Apa ini hanya sebuah kepedulian antar sesama manusia, atau perasaan lain yang berkaitan antara pria dan wanita? Waaah aku butuh buku untuk tahu tentang ini semua. Perpus, kayaknya harus ke perpus kampus nanti pas ada waktu luang buat nyari tahu."
TBC