Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Menerima Perjodohan
Bab 4. Menerima Perjodohan
Datang dua orang polisi memintai keterangan kepada Andhira tentang kecelakaan yang menimpa dirinya dan sang suami. Wanita itu menceritakan apa yang terjadi pada malam naas itu.
"Berarti ada kerusakan pada mobil yang dikendarai oleh Pak Andhika?" Seorang polisi itu manggut-manggut karena sesuai dengan hasil tim penyelidik.
Kedua orang tua Andhika sangat terkejut dengan informasi ini. Mereka menatap tajam kepada Argani karena mobil itu adalah miliknya.
"Mobil itu selalu dalam keadaan baik. Tiga hari sebelum kejadian, aku sudah memeriksakan mobil itu. Begitu juga saat aku pergi ke acara, semua berjalan baik. Jalan yang kita lalui juga sama, tanjak mundun, berkelok-kelok, semua bisa aku lalui dengan baik," ucap Argani yang merasa tidak ada masalah dengan mobilnya.
"Apa ada seseorang yang sudah menyabotase mobil Anda ketika terparkir di tempat acara malam itu?" Satu orang polisi lainnya menduga-duga.
Semua orang tersentak. Bisa saja hal itu terjadi karena mengingat Argani adalah seorang pengusaha yang memiliki banyak saingan. Tidak aneh jika lawan bisnis menyimpan rasa dendam ketika kalah dalam tender atau penjualan di pasaran.
"Kami akan menyelidiki lebih lanjut kejadian ini. Karena selain Pak Andhika ada sepasang muda-mudi yang menjadi korban kejadian malam itu," ucap polisi berbadan tinggi dengan perut agak buncit.
"Benarkah? Karena seingat aku, Mas Dhika banting stir ketika tiba-tiba ada mobil dari arah berlawanan yang hendak bertabrakan dengan mobil kita. Apakah mereka pengemudi mobil Jeep itu?" tanya Andhira yang masih bisa mengingat kejadian malam itu dengan baik.
"Mobil Jeep?" Polisi merasa aneh karena dua orang remaja itu mengendarai mobil sedan.
"Apakah tidak ada rekaman CCTV saat kejadian itu?" tanya Papa Anwar.
"Sayangnya di tempat kejadian tidak ada rekaman CCTV. Kamera yang terpasang di mobil yang ditumpangi oleh Pak Andhika juga rusak," jawab polisi itu lagi.
"Bisa saja ini bukan kecelakaan biasa. Aku harap pihak kepolisian bisa secepatnya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi malam itu," tukas Argani.
Kedua orang polisi itu berjanji akan secepatnya mencari tahu dibalik kejadian kecelakaan yang menewaskan tiga orang malam itu. Mereka pun pergi meninggalkan ruang rawat inap.
"Dhira, Mama harap kamu mau menikah dengan Gani. Agar ada yang menjaga dan melindungi kamu dan Arya," ucap Mama Aini.
Andhira terdiam. Dia tahu dirinya sendiri belum tentu mampu melindungi putra semata wayangnya jika banyak orang yang ingin mencelakai dirinya.
Nyawa Andhira sering terancam sejak kecil. Dia pernah menjadi korban penculikan anak yang meminta tebusan uang dalam jumlah sangat banyak. Sampai kejadian tempo hari, entah berapa kali, dirinya lolos dari maut.
"Gani, hanya kamu yang bisa Mama harapkan untuk bisa menjaga dan melindungi Andhira dan Arya. Kamu mau 'kan menikah dengan Andhira?" Tatapan mata Mama Aini begitu menghujam hati sang duda.
Argani menduda sudah lebih dari tiga tahun. Dia tidak pernah lagi menjalin hubungan dengan perempuan mana pun setelah bercerai. Terlebih lagi, rasa percaya diri sebagai seorang laki-laki yang jantan, sudah hilang dalam dirinya. Dunianya langsung hancur saat dirinya mengalami gangguan disfungsi ereksi. Kejadian yang tidak menyenangkan secara berturut-turut membuat dia menutup diri dari yang namanya hubungan asmara.
Argani dan Andhira saling menatap. Tidak ada getar cinta yang mereka rasakan satu sama lainnya. Terlalu mustahil bisa merasakan kebahagiaan saat menjalani biduk rumah tangga nanti.
'Apa pernikahan nanti hanya sebatas status saja?' gumam Argani dan Andhira di dalam hati masing-masing.
'Kenapa semua orang menyepelekan tentang pernikahan? Semua seakan mudah dan selesai jika aku menikah dengan Mas Gani,' batin Andhira.
'Mana mungkin aku bisa hidup bersama dengan wanita yang pernah bersama dengan adik kandungku sendiri. Menggelikan,' batin Argani.
"Ingat apa yang Papa ucapkan ketika di rumah," bisik Papa Anwar.
Argani melirik sekilas kepada ayahnya. Laki-laki paruh baya itu mengancam dirinya jika tidak mau menikahi Andhira dan menjalankan tugas dengan baik demi kebaikan wanita itu bersama dengan anaknya.
"Mama berharap, nanti Dhira mau menikah dengan Gani. Karena dia satu-satunya orang yang bisa melindungi kamu dari ayah dan ibu tiri kamu itu," ucap Mama Aini dengan lirih dan mata yang berkaca-kaca.
Andhira tahu betul bagaimana licik dan jahatnya Bu Rosdiana. Wanita itu sampai bisa mencuci otak ayahnya. Pak Bagas merupakan seorang sosok suami dan ayah yang sangat baik dan penyayang terhadap keluarga. Namun, hal itu berubah terbalik dalam waktu singkat setelah mengenal seorang janda muda dengan dua orang anak.
Pak Bagas juga secara tidak langsung sudah menjual putri kandungnya sendiri kepada keluarga Atmadja. Laki-laki itu bersedia merestui pernikahan Andhira dengan Andhika, jika Pak Anwar mau memberikan uang sebanyak 5 miliar kepadanya secara cuma-cuma. Setelah itu kerap meminta modal jika terjadi kekurangan.
Andhira tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini. Kejadian yang mengguncang dirinya di waktu yang bersamaan membuatnya shock.
"Jika kamu dan Gani menikah, setidaknya ada orang yang bisa kamu ajak bertukar pikiran. Apalagi Arya pastinya akan membutuhkan figur seorang ayah yang nantinha," kata Papa Anwar yang memasang wajah serius.
Lagi-lagi otak Andhira dipaksa untuk berpikir lagi akan masa depan dirinya dan Arya. Dia mengakui kalau tidak memiliki apa-apa yang bisa dia gunakan untuk menjamin masa depan dirinya dan sang anak.
"Mama sangat sayang sama kamu, Dhira. Hanya kamu yang mama mau untuk dijadikan menantu di sisa hidup umur Mama," ucap Mama Aini yang lagi-lagi menyentuh perasaan Andhira.
"A-aku tidak masalah jika kedepannya harus menikah dengan Mas Gani demi Arya dan juga Papa-Mama," ucap Andhira dan
membuat Argani tersentak terkejut karena tidak menyangka adik iparnya mau mengambil keputusan seperti ini.
Kedua mertuanya sangat baik memperlakukan dirinya. Jika dia menikah dengan orang lain, belum tentu akan mendapatkan mertua super baik seperti mereka.
"Benarkah?" Mama Aini tersenyum lebar. Terlihat rona kebahagiaan kali ini dari ekspresi wajah istrinya Papa Anwar.
"Namun, dengan catatan ...." Andhira tidak mau dirinya nanti merasa dirugikan dengan pernikahan ini.
"Apa, katakan saja?" tanya Papa Anwar.
"Aku berharap kedepannya Papa tidak menjalin kerja sama dengan ayahku. Jangan sampai laki-laki itu mendapatkan kucuran dana lagi dari perusahaan Papa," jawab Andhira yang ingin membalas rasa sakit hatinya kepada Pak Bagas dan Bu Rosdiana.
"Tidak masalah. Papa juga tidak begitu tertarik kerja sama dengan perusahaan ayahmu. Selama ini Papa melakukan semua itu demi kamu," ucap Papa Anwar.
Tidak sedikit pun Andhira menikmati kekayaan sang ayah setelah pengusiran malam di tengah hujan lebat. Wajah pongah Bu Rosdiana dan kedua anaknya masih bisa diingat dengan jelas oleh Andhira. Apalagi kejadian tadi dan kemarin yang terus saja mengucapkan kata-kata yang menekan dan memojokkan dirinya seperti perempuan tidak berguna.
"Baiklah, aku bersedia menikah dengan Mas Gani. Lalu, bagaimana dengan Mas Gani sendiri? Apakah Mas Gani mau menjalani kehidupan rumah tangga bersama aku dan Arya?" tanya Andhira yang kini menatap sang duda yang sering dikatakan kulkas 16 pintu oleh Andhika.
***