NovelToon NovelToon
Kehidupan Penuh Luka

Kehidupan Penuh Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Selingkuh / Cerai
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Clara

Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.

Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

...𝙰𝚙𝚊 𝚖𝚊𝚊𝚏 𝚒𝚝𝚞 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚕𝚊𝚢𝚊𝚔 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚔𝚞...

...𝓚𝓮𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓷𝓾𝓱 𝓛𝓾𝓴𝓪...

Sinar mentari yang cerah menyapa setiap insan yang mulai membuka matanya. Gorden putih yang sedikit tembus pandang itu membuat sinar matahari dengan mudahnya menyerobot masuk untuk membangunkan bagi siapa saja yang masih terlelap.

Gerald mulai menggeliatkan tubuhnya dengan mata yang menyipit untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netranya. Pria itu mengumpulkan kesadarannya dan menatap sekelilingnya.

"Astaga" Gerald beranjak dari tubuh Bella saat dirinya terkejut dengan apa yang dia lakukan. Terbangun dengan posisi di atas tubuh seorang gadis yang tak lain adalah adik dari kekasihnya.

"Apa yang aku lakuin semalem" Gerald mengusap wajahnya kasar. Masalah satu belum selesai kini timbul masalah lain.

"Bella" Gerald menepuk-nepuk pipi Bella untuk membangunkan gadis itu.

"Bella bangun Bella" Gerald tampak panik saat melihat noda darah yang mengotori sprei putih ranjang itu. "Mmmppphh" Bella menggeliatkan tubuhnya dan mengerjap perlahan. Matanya langsung bersitatap dengan netra Gerald yang tampak ketakutan.

Gadis itu terbangun seketika dan duduk dengan tegak. "Bella, apa yang kita lakuin semalem" Gerald menyentuh kedua bahu gadis itu meminta jawaban.

Bella menatap tubuhnya yang masih telanjang bulat begitupun dengan Gerald. Gadis itu menangis sesegukan saat mengingat kejadian semalam. "Bella jawab aku"

"Kakak semalem mabuk. Tiba-tiba kakak masuk gitu aja ke kamar mandi dan ngelakuin itu.... " Bella menunduk mengingat kejadian semalam.

Gerald mengusap wajahnya dengan kasar. "Bella aku minta maaf" Lelaki itu menunduk merasa bersalah atas apa yang ia lakukan semalam pada gadis itu. Gerald menyentuh punggung tangan Bella dan menatap kedua bola mata gadis itu dengan intens.

"Untuk kesalahan kemarin aku belum minta maaf pada Arlla. Dan sekarang aku sudah melakukan kesalahan lagi" Gerald menggenggam erat tangan Bella.

"Aku udah berusaha sekuat mungkin nahan kakak. Aku teriak biar kakak sadar tapi itu semua gak ada yang berhasil sama sekali" ucap Bella penuh penyesalan.

Gerald mendongak menatap wajah Bella. Buliran bening menetes dari mata indah gadis itu. "Aku minta maaf" Tangan kekarnya membawa Bella ke dalam pelukannya dan memeluk gadis itu dengan erat. "Aku salah"

"Aku khilaf" Gerald semakin mempererat pelukannya sedangkan tangisan Bella semakin kencang hingga kedua pundaknya bergetar.

"Aku harus minta maaf sama kak Arlla" ujar Bella dengan menghapus air matanya dengan cepat.

"Kita harus temuin kak Arlla secepatnya" Bella mendongak menatap wajah dengan rahang tegas itu. "Kamu mandi dulu aja biar aku beresin ini semua" ucap Gerald

Gerald melepas pelukannya dan membiarkan Bella untuk berjalan menuju ke kamar mandi. Gadis itu berdiri dari duduknya namun ia langsung terjatuh kembali saat merasakan sakit di bawah tubuhnya.

"Awwww" ringis Bella dengan menggenggam erat sprei untuk menyalurkan rasa sakitnya.

"Ada apa?" tanya Gerald khawatir

"Sakit kak" lirih Bella dengan menunduk.

Gerald menyingkap rambut Bella yang menjuntai ke bawah dan mengusap pelan pipi gadis itu. "Apa sesakit itu?" tanya Gerald dengan hati-hati. Bella hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Biar aku lihat dulu" Gerald menunduk untuk mengecek bagian bawah milik Bella.

"Kak... " Bella meringis kesakitan saat tangan Gerald menyentuh bagiannya yang terluka.

Gerald mengangkat pandangannya dan menatap Bella yang tampak meringis kesakitan. "Aku sudah melukaimu di bagian ini" Bella menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyeri.

Lelaki itu mengusapnya pelan dan membersihkan noda darah yang masih tersisa. "Biar aku bantu kamu ke kamar mandi" Gerald membopong tubuh polos Bella dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.

"Biar aku mandi sendiri kak" pinta Bella

Gerald mengangguk dan keluar dari kamar mandi. "Kalau sudah selesai bilang saja ke aku" Pria itu mulai membereskan sprei putih yang berantakan dan terkena noda akibat aksinya semalam.

...****************...

"Gimana kondisinya, Raen?" Devan mengguncang kedua bahu Raen untuk meminta jawaban dari sahabatnya itu.

"Arlla baik-baik aja kan?" Raen menatap kedua bola mata Devan dan merasa sangat menyesal.

"Awalnya tubuhnya bisa menerima dan seolah ada semangat untuk hidup. Tapi secara tiba-tiba entah apa yang terjadi tubuhnya seolah menolak semuanya dan down"

"Aku juga gatau kenapa dia seperti itu" Tubuh Devan luruh ke lantai. Ia sangat frustasi dengan keadaan seperti ini.

"Sekarang dia koma"

"Tapi ada sesuatu lain yang mau aku sampaikan" ucap Raen

"Simpan saja itu sampai kau bisa memberikan aku kabar kalau keadaan Arlla baik-baik aja" Devan menatap lemah pintu rumah sakit yang tertutup dimana ada kekasih hatinya yang sedang terbaring tak berdaya.

"Apa aku selalu kehilangan orang-orang yang aku cintai, Raen?" Devan mengepalkan kedua tangannya. Ia merasa gagal menjaga orang yang dia cintai hingga berakhir seperti ini.

"Jangan berpikir gitu" Raen menepuk pundak Devan mengerti perasaan pria itu. Ia yang sudah berteman lama dengan Devan tau apa yang di rasakan pria itu hingga bisa berkata seperti ini.

"Arlla pasti baik-baik aja"

"Gue harap gitu" Devan berjalan menjauh dari Raen dan memilih duduk di taman rumah sakit untuk menghilangkan sedikit rasa sedihnya.

"Dokter Raen!!"

"Pasien Arlla... " Raen berlari seketika saat nama itu disebut tanpa mendengar penjelasan dari sang perawat yang memanggilnya.

"Jantungnya mulai melemah dok"

Raen dengan sigap melakukan tindakan untuk menyelamatkan nyawa wanita yang begitu berharga di hidup sahabatnya itu. Jika sampai wanita ini meregang nyawa, ia bisa pastikan Devan akan kembali ke traumanya yang lalu dan tidak menutup kemungkinan jika Devan bisa memilih untuk bunuh diri.

"Tuhan, izinkan dia hidup dan memberikan kebahagiaan untuk banyak orang. Aku rela melepasnya agar dia bisa berbahagia dengan orang yang dia cintai" Devan mengepalkan tangannya dan berdoa pada Tuhan untuk kesembuhan Arlla.

Satu jam Devan berdiam diri di taman dengan merenung. Ia masih terus menunggu kabar tentang kondisi Arlla. Tak berselang lama, tampak seorang pria berlari ke arahnya yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, Raen.

"Ada apa?" tanya Devan panik

"Arlla tadi kesehatannya memburuk" ucap Raen membuat jantung Devan seolah berhenti kala itu juga.

"Tapi sekarang dia baik-baik saja. Bahkan dia bisa melewati masa kritisnya" sambung Raen.

Devan menghembuskan nafas panjang, ia lega dengan kabar baik yang baru saja ia terima itu. "Akhirnya" Devan tersenyum namun matanya memerah menahan tangis.

"Ada kabar lain" ucap Raen menggantung membuat Devan penasaran dengan apa yang akan pria itu ucapkan.

"Apa?"

"Gue tau dimana Arlla" ucap seseorang dari seberang telepon mengganggu aktivitas Gerald yang sedang membersihkan kamar apartemen miliknya.

"Lo serius, Sam" tanya Gerald antusias.

"Gue mau bilang ini semalem. Tapi lo keburu udah mabuk dan gak bisa dengerin dengan baik" ucap Sam

"Terus, sekarang Arlla ada dimana?" tanya Gerald

"Dia tenggelam di danau" ucap Sam

Gerald mematung seketika. Jantungnya memburu berdetak lebih cepat dari biasanya. Wanita yang sangat ia cintai itu tenggelam di danau?

"Lalu gimana kondisinya sekarang"

"Dia ada dimana?"

"Hallo"

"Sam"

"Sam!!"

1
Akhmad Soimun
Coba aah Ramaikan, kayaknya bagus..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!