Raka Sebastian, seorang pengusaha muda, terpaksa harus menikah dengan seorang perempuan bercadar pilihan Opanya meski dirinya sebenarnya sudah memiliki seorang kekasih.
Raka tidak pernah memperlakukan Istrinya dengan baik karena ia di anggap sebagai penghalang hubungannya dengan sang kekasih.
Akankah Raka menerima kehadiran Istrinya suatu saat nanti atau justru sebaliknya?
Yuk simak ceritanya 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Nirma masih merenung di sofa ruang tamu saat Boy dan Rafa meninggalkan rumah itu.
Ia termenung dalam kesendirian. Tiba-tiba ia teringat pada buku catatan kecil milik Raka yang tadi dilihatnya.
Walaupun sadar ia tidak berhak membuka barang pribadi seseorang tanpa izin, sekalipun itu milik Suaminya sendiri.
Namun, potret anak kecil dan sebuah buku catatan tadi terus menghantuinya. Nirma bangkit dan segera menuju lantai atas.
Masuk ke kamar Suaminya dan membuka lemari di mana tadi ia meletakkan buku kecil itu.
Kemudian duduk di sofa dan membuka lembar demi lembar.
Pada setiap halaman tertera tanggal yang sama di setiap tahunnya, akan ada tulisan tangan Raka memenuhi buku tersebut.
Dari salah satu halaman, Nirma menemukan fakta bahwa gadis kecil bernama Zahra itu menghilang bersamaan dengan kepergian mendiang mertuanya.
Catatan pertama yang tertuang pada buku tersebut tertulis tahun di mana Raka berusia 17 tahun.
Hai, Zahra kamu di sana apa kabar?
Andai kamu tahu di sini ada sepotong hati yang sedang dipenuhi kerinduan.
Hari ini sudah 5 tahun sejak kepergian kamu. Tapi, rasanya sampai sekarang kamu masih ada di sini, dekat denganku.
Aku belum lupa bagaimana senyum ceria kamu, pipi gempil kamu yang kemerahan, betapa lucunya saat kamu marah setiap kali aku mencubit pipi kamu.
Bagaimana kamu berjalan dengan membawa seisi lemari. Hehehe....
Zahra ... andai waktu bisa diputar, aku pasti akan melakukan apapun sebelum semuanya terjadi.
Tapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa selalu berdo'a semoga Allah selalu menjagamu dan memberimu tempat yang indah di sisinya.
Aku pernah mendengar bahwa anak-anak yang pergi lebih dulu akan berada dalam perlindungan Nabi Ibrahim As.
Mereka akan tinggal di sebuah gunung surga yang begitu indah. Mereka tidak akan kelaparan dan kehausan. Semua kebutuhan mereka akan terpenuhi.
Seharusnya aku bahagia untuk kamu. Mungkin kamu lebih bahagia tinggal di sana. Mungkin, saat ini kamu sedang bermain di taman yang ditumbuhi bunga-bunga, atau sedang mandi di kolam susu yang manis?
Tapi, kenapa aku masih saja sedih?
****
Nirma menyeka air mata setelah membaca buku catatan kecil milik Raka.
Entah siapa gadis kecil yang diceritakan dalam buku tersebut, yang pasti Nirma merasa tersentuh membaca barisan kata yang dituliskan Suaminya.
Ada luka dan rasa kehilangan mendalam di sana.
"Apa gadis kecil bernama Zahra itu meninggal?" gumam Nirma dalam hati.
Tak ingin berlama-lama, Nirma segera merapikan kembali deretan foto yang ia buka dan menyelipkannya ke dalam buku.
Kemudian meletakkan kembali buku catatan tersebut ke tempatnya semula dan segera turun ke lantai bawah.
Begitu masuk ke kamar, Raka terlihat masih terlelap dengan memeluk bantal guling.
Nirma menghela napas panjang. Tak dipungkiri ada sedikit rasa kecewa. Di hari pertama mereka menghuni rumah itu, justru Raka pulang dalam keadaan mabuk.
Keheningan malam ini diisi dengan ribuan doa. Menghadap kiblat, Nirma duduk di atas sajadah dengan sepasang tangan menengadah.
"Ya Allah, ampuni dosa Suamiku. Dia bukanlah orang yang jahat, dia hanya sedang tersesat di jalan yang salah.”
****
Sementara itu di rumah keluarga Hadiwijaya,
Setelah mendengar cerita dari Zayn, Pak Vino tidak dapat terpejam.
Setelah memastikan Bu Resha sudah terlelap, ia memilih keluar kamar dan merenung seorang diri di kamar putrinya.
Menahan sakit, ia memandangi seisi kamar yang sama sekali tidak mengalami perubahan sejak ditinggal sang pemilik.
Seluruh pakaian putri kecilnya masih utuh di lemari, boneka, sepatu dan juga tas koleksinya.
"Bagaimana Papa bisa melupakan kamu sementara kenangan yang kamu tinggalkan abadi di sini?"
"Maafkan Papa, Nak. Seharusnya saat itu Papa bisa menjaga Zahra."
Pak Vino masih ingat bagaimana putri kecilnya itu selalu menyambutnya saat pulang kerja.
Ia akan meminta dibelikan tas, sepatu, atau pakaian baru dengan mengucapkan ribuan rayuan manis.
"Apa ada kemungkinan Zahra masih hidup? Bukankah terlalu kebetulan kalau kami sampai semirip itu?"
"Aku bahkan sempat mengira dia adalah Zahra. Ingin rasanya aku bawa dia pulang ke rumah kita."
Pak Vino menarik napas dalam-dalam. Ingin bercerita kepada Bu Resha tentang berbagai kemungkinan yang ada, namun ia tidak ingin menggali luka lama.
Terlebih Bu Resha sempat mengalami depresi karena kepergian Zahra. Kalau pun ia harus mencari tahu, ia akan melakukannya sendiri.
Paling tidak, ia tidak boleh membuat Bu Resha ataupun anak-anaknya yang lain berharap lebih dan berakhir dengan rasa kecewa.
Ia mengulas senyum sambil mengusap permukaan bingkai foto putri kecilnya.
"Andai benar kamu masih hidup dan kembali pada Papa suatu hari nanti, Papa akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia."
"Apapun akan Papa berikan padamu."
Tersadar dari lamunan, Pak Vino meraih ponselnya dan segera menghubungi Jordan.
"Iya, Boss!" jawabnya dengan suara serak.
"Oh... sepertinya kamu sudah tidur. Maaf menganggu, sengaja." Pak Vino terkekeh.
"Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Jordan, sebab tidak biasanya sang bos menghubunginya di larut malam seperti ini jika bukan karena sesuatu yang mendesak.
"Iya, ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiranku."
"Soal apa?"
"Ini tentang anakku, Zahra."
Jordan terdiam beberapa saat. "Zahra? Ada apa dengannya?"
"Zayn mengatakan padaku jika dia bertemu dengan seseorang yang sangat mirip dengannya. Dia ingin memastikan siapa gadis itu dan dari mana asalnya."
"Oh ya? Apa ada fotonya?"
"Sayangnya tidak ada, tapi ada kemungkinan gadis yang dimaksud Zayn itu adalah Istrinya Raka, Nirma."
"Bagaimana bisa?" Jordan berkata dengan nada heran. Nyaris tak percaya.
"Pertemuan mereka cukup unik. Zayn menyerempet seorang gadis bercadar dan membuatnya terluka. Tidak sengaja melihat wajahnya karena cadarnya terlepas. Katanya, dia seperti melihat dirinya dalam versi perempuan dan karena itu dia ingin mencari tahu."
"Oke, aku mengerti." jawab Jordan.
"Aku ingin kita diam-diam menyelidiki ini tanpa sepengetahuan siapapun."
***********
***********
lanjut Thorrr" bgs cerita nyaaaa....