Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Sekarang waktu menunjukkan pukul 7.30 mobil Alphard berwarna hitam kini sudah terparkir di halaman rupanya tamu pak Suryo sudah datang.
Pak Suryo dan Angga segera menyambut kedatangan mereka."Selamat datang mas Pras, mbak Sitha dikediaman kami yang sederhana ini." sambut pak Suryo segera merangkul sahabatnya yang sudah lama tidak pernah dijumpainya itu.
"Kebiasaan kamu memang tidak pernah berubah mas Suryo, selalu merendah diri." Sahut Sitha senang akan sambutan hangat dari sang pemilik rumah.
Prastikno menyambut rangkulan Suryo dengan senang hati, mereka saling melepas rindu satu sama lain. cukup lama mereka tidak bertemu setelah bertahun-tahun ketika Anita masih ada ditengah-tengah keluarga Suryo. bahkan saat itu Damar masih sangat kecil terakhir mereka bisa berkumpul, dan bersenang-senang.
"Rumah ini tidak pernah berubah, mas. Masih sama seperti terakhir kali kami kesini. Aku sangat memujimu mas, bahkan setiap sudut masih belum ada yang kamu ubah." Sitha memandangi kediaman Suryo yang tidak pernah berubah masih sama seperti dulu, kenyamanan yang sama dan masih belum ada yang berubah sedikitpun hanya satu yang terasa hilang, dulu masih ada Anita bersama mereka. Sekarang Anita sudah pergi untuk selamanya, mungkin saat-saat itu lah adalah moment terakhir kalinya mereka bisa berkumpul bersama Anita.
"Mas maaf kan kami, karna tidak tahu soal Anita yang ...." Sitha menggantungkan ucapannya.
"Tidak masalah mbak, mungkin sudah takdir yang maha kuasa Anita harus pergi lebih dulu menghadap nya." lirih Suryo mengedipkan matanya memberikan kode jika masalah Anita tidak perlu dibahas didepan putranya, mengenang kematian Anita yang tragis itu cukup mengingatkan luka satu sama lain terhadap Suryo dan putranya yang masih menyimpan rasa benci terhadap nya.
"Sabar Suryo, kita hanya bisa mendoakan agar Anita tenang di pangkuan ilahi, kita tidak bisa menolak apa yang akan terjadi di depan kita nanti. Apapun yang terjadi semoga kamu tetap lapang, yaa... sekarang kita datang kesini untuk bersilahturahmi jangan ingat kembali masa-masa yang membuat kita sakit hati semuanya sudah usai. Em .. apakah kita akan Disni terus, Suryo ." Sindir Prastikno dengan sedikit candaan.
"Oh iya, masuklah mas, mbak, semuanya. Maaf persiapan nya serba kekurangan maklum lah,"
"Sudah, apa sih yang harus di siap kan, kamu ini sepertinya sudah lama tidak bertemu jadi menganggap kita seperti orang lain." Ujar Sitha.
"Ah mbak ini, bukan begitu toh .."
"Sudah-sudah mbak cuma bercanda. Jadi bagaimana keadaan anak-anak mu sekarang?" Tanya Sitha mengalihkan pembicaraan agar tidak terlalu kaku, ia juga sangat merindukan putra Anita yang mungkin sekarang sudah dewasa, seumuran dengan anak-anaknya.
"Kenalin mbak, mas ini si bontot yang aku ceritakan sewaktu dia lahir dia begitu gemuk dan bulat, namanya Angga." Suryo memperkenalkan anaknya Angga pada Sitha dan Prastikno. mereka belum sempat melihat Angga sewaktu bayi karena saat itu mereka sudah pindah ke luar negeri, sehingga tidak sempat menemani Anita dan Suryo saat kelahiran putra keduanya.
"Papa bikin malu aja," gumam Angga. Mereka mendengar ucapan Angga meskipun pelan, Sitha dan Prastikno juga anak-anak nya tersenyum melihat wajah Angga memerah padam.
"Jauh dari cerita kamu mas Suryo, Angga malah ganteng begini pipi cabby nya juga gak ada malah lebih keren dari papanya." ledek Sitha dihiasi canda dan tawa. Angga hanya bisa tersenyum kecil masa kecilnya di buat bahan candaan yang dia sendiri tidak tahu semasa kecil dia seperti apa. "Baru tahu ya gue keren," ucapnya dalam hati.
"Hahaha ... bisa aja si mbak, itu kan juga turunan dari papanya. Papanya aja ganteng masa anaknya enggak.. hahahaha" ucap Suryo bangga.
Ada yang menarik perhatian Suryo dan Angga seorang gadis cantik yang menemani mereka, belum sempat di kenalkan juga salah satu anggota mereka yang belum mereka kenalkan kepada Suryo.
Suryo menatap dalam salah satunya, dia hampir mengenali siapa yang duduk di sebelah Prastikno. Namun karena faktor usia mungkin ingatannya sedikit terlupa. "Mas siapa ini?"tanya Suryo berhati-hati.
"Wah Suryo, kamu kalo sampai gak kenal sama pria gagah yang satu ini sungguh keterlaluan," Prastikno melirik sekilas kearah pria disebelah nya.
Suryo mencoba mengingat kembali siapakah dia pria yang selalu disamping Prastikno, ia pun tersadar kedua matanya berbinar-binar. "Oo.... Dia itu .. eumm .. haduh lupa aku namanya, adikmu mas," menebak nebak. Memang dulu Prastikno punya adik yang masih sangat kecil hanya saja beda ibu, namun tetap satu ayah.
"Bener banget, dia Willy. Dulu sering ikut aku kemana-mana kamu ingat dan inilah sekarang dia sudah jadi orang hebat, Suryo. Dia sekarang bos pertambangan di Kalimantan," tutur Prastikno dengan bangga menjelaskan tentang Willy yang sudah berhasil menjadi seorang pengusaha sukses. Walaupun umurnya masih terbilang muda.
"Hebat kamu, Wil. Pasti banyak wanita yang klepek-klepek sama kamu sekarang."
"Sebenernya lagi nyari sih om, tapi belum Nemu yang cocok." Jelas Willy malu-malu.
"Damar kemana, mas?" Sitha mencari-cari Keberadaan sosok Damar yang tidak kelihatan sedari tadi dia datang. Keberadaan Damar pun tidak tahu ntah kemana yang tadinya tengah bersantai duduk, kini anank itu tidak berada disana lagi. baginya tamu pak Suryo tidak lah membuatnya tertarik sehingga ia menjatuhkan diri dari mereka dan duduk diam di sudut dapur menunggu kopi yang ia buat matang. Rasa-rasanya kedua mata itu begitu berat dan sangat mengantuk, melihat keadaan dapur yang kosong memaksa nya untuk membuat kopi sendiri. Entah kemana Anna dan si mbok mereka belum juga menunjukkan batang hidungnya.
Tiba-tiba.
"Loh..loh.. nden Damar kok disini? kenapa gak di depan sama tamu?" heran mbok Yun melihat keberadaan Damar yang memisahkan dirinya nya dari keramaian.
"Mbok bikin kaget aja, tiba-tiba nongol disitu. Damar lagi Males aja mbok," singkat.
"Kok gitu," mengerutkan keningnya, heran terkadang sifatnya itu selalu ingin sendirian. Si mbok pun tidak bisa berkomentar apapun lagi dengan dengan sikapnya itu.
"Mbok, mbok Yun kok malah ninggalin Anna sih, ada gak percaya diri pake beginian." seru Anna berlari kecil menyusul mbok Yun dan nyaris menabrak punggung Damar.
"Aduh cah ayu, hati-hati toh jalannya nanti jatuh. pake heel harus pelan-pelan gak boleh gerasak gerusuk begitu." Ucap mbok Yun, khawatir jika Anna sampai terjatuh karena kesandung. " Iya mbok," Namun memang benar bagi Anna yang pertama kalinya berdandan seperti orang kota tidak lah mudah baginya.
Damar dibuat beku melihat perubahan Anna yang berubah drastis 180 derajat. Sungguh damar dibuat terdiam dengan pesona, yang memakai gaun pemberian pak Suryo. Gaun cantik yang indah dan kebetulan pas di tubuh Anna yang ramping dress berwarna biru muda pakaian yang sempat menjadi hadiah untuk Anita dari pak Suryo, kini diberikan kepada Anna melihat gadis itu berias tipis dengan rambut panjang semampai hitam pekat, membuat Damar tidak sanggup berkata-kata.
Selama ini ia bekerja selalu mengikat rambutnya, kali ini mbok Yun sengaja menggeraikan rambut panjang Anna, menurut mbok Yun dia terlihat lebih cantik ketika rambut nya tergerai.
Damar bagaikan terhipnotis melihat kecantikan Anna. Curiga jika Anna bukanlah dari kampung.
"Cantik."gerakan bibir Damar pelan namun masih bisa didengar oleh mbok Yun.
"Ekhemm... Haduh perut si mbok mendadak mules, mbok kebelakang dulu ya,"beralasan mbok Yun meninggalkan Anna dan Damar disana berdua.
Damar sangat dibuat salah tingkah oleh pesona Anna. Gadis itu tidak seperti orang desa lagi apalagi setelah berdandan dia lebih seperti anak konglomerat. Damar tidak bisa percaya jika seorang pembantu bisa menjadi orang yang berbeda hanya dengan sedikit polesan pewarna.
"Mas Damar liatin Anna kok sebegitunya, cantik ya ?"pernyataan Anna dengan percaya diri nya seketika menyadarkan Damar dari lamunannya, memang dia cantik dan mempesona.
"GR!!"
"Idih, kok gak mau ngaku."
"Enggak kok, cuma mau bilang baju itu cocok dibadan kamu." Jawab damar.
Beberapa menit berlalu mereka saling bertatapan satu sama lain. Kebetulan Anna teringat jika luka Damar belum diberikan salep. Namun pak Suryo memanggil mereka dan memintanya segera datang.
"Anna, Damar. Kemari, nak."
"Papa sudah panggil, ayo." Ajaknya damar yang belum menyadari jika Anna masih kesulitan untuk menggunakan sepatu hak tinggi.
"Kamu bisa jalankan?" Tanya Damar.
"Mas Damar, Anna gak bisa pake sepatu ini, boleh gak Anna ganti aja. "
"Kamu pasti bisa ko, dicoba aja dulu."memegangi tangan Anna agar tubuhnya seimbang.
Sentuhan tangan Damar sontak membuat jantung Anna berdegup sangat kencang. Jantung nya terpompa begitu cepat, Anna dibuat tidak karuan oleh Damar.
"Mas Damar" keluh Anna menatap wajah tampan itu semakin mempesona. Damar mengangguk pelan, Pria itu menggandeng tangan Anna berjalan pelan menuju ruang tamu untuk memperkenalkan diri mereka sesuai keinginan pak Suryo.
Semua orang tertuju pada mereka berdua, Damar yang terlihat keren dan cool. Anna yang bak Cinderella begitu cantik dan terlihat elegan dengan Tampilan yang mewah.
Angga ikut pangling melihat Anna begitu cantik dan modis namun, disisi lain dia cemburu melihat Anna bergandengan tangan dengan Damar. "Tahu si kodok lagi ngincer Anna, gue duluan deh tadi ngikutin ke dapur." Kesal.
"Mas dia .."
"Benar mbak dia Damar kita," jawab pak Suryo.
Damar dibuat tertegun sejenak melihat seseorang yang sudah lama dikenal nya. Namun satu pertanyaan untuk apa dia berada disini. Bagiamana keluarga nya mengenal keluarga Suryo.
Damar menatap malas setelah tahu jika mantan kekasih nya lah yang datang. Namun Damar tidak mengerti mengapa ayahnya mengundang mereka termasuk gadis itu apakah ada sesuatu yang tidak diketahui nya.
"Mas Damar kenapa?"
"Enggak, kamu duduk lebih dulu," damar meminta Anna duduk agar dia tidak jatuh.
"Dia Anna saya sudah anggap dia sebagai anak saya sendiri. cantik kan?" Pak Suryo memperkenalkan Anna tanpa menyebutnya anak angkat.
"Cantik banget, mas."
"Damar anak ganteng, sini peluk Tante sama om. Pasti kamu udah lupa deh." Sitha memeluk Damar dengan bahagia, dulu Damar masih sangat kecil saat mereka bertemu sekarang dia tumbuh besar dan gagah. Hampir saja Sitha tidak percaya jika anak sahabatnya itu sudah menginjak dewasa. "Anita anakmu kini udah besar." Batinnya kembali teringat Anita.
"Damar,"
"Kamu ngapain disini?,"
Kedua Keluarga terkejut ternyata Damar dan Bella sudah saling kenal.
"Kalian sudah saling kenal?" Sontak Sitha, Prastikno dan Suryo bersamaan.
"Damar mantan kekasihku ma,"