Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Tidur Sekamar
Bab 17
"Terima kasih, Mas, sudah membela aku," ucap Andhira ketika mereka dalam perjalanan pulang.
"Hanya cukup dengan ucapan terima kasih saja?" Argani melirik ke arah sang istri
"Lalu aku harus bagaimana?" tanya Andhira tidak mengerti.
"Tidak reward untukku?" Lagi-lagi Argani menoleh.
Andhira bingung dengan maksud suaminya. Dia tidak tahu reward apa yang harus diberikan kepada Argani. Uang? Suaminya punya banyak, dia sendiri dikasih uang bulanan sama laki-laki itu. Barang? Sepertinya Argani tidak membutuhkan apa-apa lagi.
"Reward apa yang Mas inginkan?" tanya Andhira dengan lirih karena takut suaminya minta sesuatu yang tidak bisa dia berikan.
Senyum Argani terulas. Dia senang Andhira jatuh ke dalam perangkapnya.
"Ini sesuatu yang mudah untuk kamu. Tapi ... kamu harus melakukannya seumur hidupmu," jawab Argani.
Mata Andhira membola dan wajahnya pucat. Dia tidak tahu apa yang diminta Argani sampai harus melakukan seumur hidupnya.
Kendaraan Argani memasuki halaman rumah. Dia tidak langsung turun begitu mematikan mesin mobil.
"Kenapa? Kamu tidak mau?" tanya Argani.
"Sebenarnya apa yang kamu pinta. Kalau aku bisa, akan aku lakukan," jawab Andhira dengan wajah polos tersirat kecemasan.
"Sehari kamu mencium minimal lima kali. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi," ucap Argani.
Muka Andhira kini merah merona karena mendengar permintaan suaminya. Dia pun mengangguk dengan malu-malu karena permintaan Argani tidak memberatkan dirinya.
Dalam hati Argani bersorak gembira. Dia sempat berpikir Andhira akan menolak permintaannya.
Arya yang tidur pulas digendong oleh Argani, membawanya ke kamar atas. Tentu saja Andhira merasa heran.
"Mas, kok, dibawa ke kamar atas?" tanya Andhira yang mengikuti langkah Argani.
"Mulai malam ini kita tidur bersama di kamar utama," jawab Argani dengan santai.
Langkah Andhira terhenti. Dia terkejut dengan ucapan suaminya. Wanita itu mengira Argani sedang mengigau.
Arya di tidurkan di tengah-tengah ranjang. Andhira masih belum paham dengan perbuatan suaminya saat ini. Dia memerhatikan gerak-gerik Argani sampai mereka berdiri berhadapan.
"Mulai malam ini kita akan tidur bersama," ucap Argani dan membuat mulut Andhira terbuka hendak meminta penjelasan, tetapi laki-laki itu terlebih dahulu mencium bibirnya.
Andhira memejamkan mata ketika Argani mencium dirinya. Lagi-lagi dia merasa banyak kupu-kupu menari di dalam perutnya. Ada perasaan menggelitik dan senang akan sentuhan suaminya ini. Tanpa dia sadari membalas ciuman suaminya.
Malam ini mereka tidur bersama, dengan Arya berada di tengah-tengah mereka. Namun, ketika tengah malam. Argani menggeser agar Andhira berada di tengah-tengah dan dia bisa memeluknya sampai subuh.
Andhira merasa dipeluk oleh seseorang. Perlahan dia membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah dada bidang seorang laki-laki. Dia yakin kalau itu adalah Argani. Dia terbangun karena teringat Arya. Dia takut tidur menindih putranya. Begitu menoleh ke samping, terlihat bayi itu sedang tertidur nyenyak.
Andhira melihat ada pagar pembatas di samping ranjang agar Arya tidak terjatuh. Dia merasa heran kenapa dirinya bisa berpindah posisi dengan putranya.
"Mas, bangun!" Andhira menggoyangkan bahu suaminya.
Argani malah mengetuk bibirnya dengan jari. Kode minta dicium. Mau tidak mau Andhira pun mengecup bibir suaminya dengan perasaan malu-malu.
Mereka pun menjalani aktivitas pagi seperti bagaimana biasanya. Namun, kali ini ada kehangatan dan senyum menghiasi wajah pasangan yang itu.
Andhira menyiapkan pakaian kerja Argani ketika laki-laki itu mandi. Ini pertama kali bagi wanita itu melayani sang suami karena sebelumnya tidak diizinkan. Jangankan menyiapkan segala keperluan Argani, masuk ke dalam kamar tidurnya saja dilarang kalau tidak ada izin darinya.
"Mas, pakaiannya sudah aku siapkan," ucap Andhira ketika melihat Argani keluar dari kamar mandi.
"Terima kasih," balas Argani.
Kini giliran Andhira yang pergi mandi karena masuk kuliah pagi. Dia sudah memindahkan barang-barang miliknya ke kamar itu.
Andhira mandi tidak lama, sekitar sepuluh menit. Begitu keluar dia melihat Argani hendak memasang dasi. Seakan tubuhnya bergerak sendiri Andhira mengambil alih dasi itu, lalu memasangkan di leher sang suami.
Penampilan Andhira yang baru selesai mandi terlihat menggoda di mata Argani. Terlebih lagi tubuh mereka saling menempel.
CUP
Argani mencium bibir ranum Andhira begitu wanita itu selesai memasangkan dasi. Dia juga memeluk pinggang ramping istrinya.
"Terima kasih, Sayang," kata Argani dan membuat perasaan Andhira melayang ke angkasa. Sampai wanita itu tidak mampu berbicara, hanya mengangguk.
"Aku tunggu di bawah. Kita sarapan bersama," lanjut Argani, lalu dia mencium pipi mulus Andhira sebelum keluar kamar.
Tangan Andhira memegang dadanya yang berdetak kencang dan sebelahnya lagi menyentuh pipi yang baru saja dicium oleh Argani.
"Sekarang Mas Gani seperti Mas Dhika, suka cium aku? Apa dia juga suka sama aku?" batin Andhira.
Dahulu Andhika bilang kalau dirinya suka sama dia dan hanya akan mencintai dirinya. Setelah pengakuan itu mendiang Andhika jadi suka mencium dan memeluk dirinya. Mereka juga tidur sambil berpelukan. Walau hubungan mereka sudah dekat seperti itu, Andhira masih menyimpan rasa trauma kepadanya, sehingga mereka tidak melakukan hubungan badaaan.
"Aku antar kamu pergi ke kampus," ucap Argani.
"Sebaiknya aku pergi sendiri seperti biasa, Mas. Biar mudah pulang nantinya," ucap Andhira dan itu membuat Argani kecewa.
Melihat raut wajah Argani yang kecewa, Andhira memberikan kecupan dengan cepat pada bibirnya. Seperti dugaannya, laki-laki itu tersenyum tipis.
"Hati-hati di jalan, Mas. Cepat pulang jika sudah selesai bekerja. Aku dan Arya menunggu di rumah," ucap Andhira sambil tersenyum manis.
Baru sekarang Argani ingin cepat pulang ke rumah ketika akan pergi kerja. Laki-laki itu rasanya ingin waktu cepat sore.
***
Sudah seminggu berlalu sejak Andhira dan Argani tidur di kamar yang sama, selama itu juga Andhira dan Argani melakukan hal baru. Walau begitu Andhira masih sering merasa malu kalau beradu pandang dengan suaminya setelah mereka berciuman. Sehari bukan hanya lima kali mereka melakukan itu, tetapi lebih.
"Kenapa, sih, kamu melamun terus? Apa ada yang sedang kamu pikirkan?" tanya Yura karena beberapa kali dia memanggil Andhira, temannya itu tak menyahut.
Andhira menoleh ke arah sahabatnya. Dia hanya tersenyum tipis dengan pipi merona. Mana mungkin dia menceritakan kejadian yang terjadi kepada dirinya bersama Argani belakang ini. Keduanya menikah sudah hampir satu tahun, tetapi baru seminggu yang lalu mereka berciuman.
"Kamu lagi suka sama seseorang?" tanya Yura tepat sasaran.
"E ...." Andhira bingung harus berkata jujur atau tidak kepada Yura. Dia teringat akan ucapan ibunya. "Jangan kamu mengatakan isi hatimu kepada siapa pun, sebelum kamu yakin sepenuh hati kepadanya."
"Apa Pak Dimas orangnya?" lanjut gadis berambut sebahu itu.
"Bukan!" pekik Andhira spontan.
"Waaaaah, siapa, dong, orang itu?"
***
cepat² lah tobat pak Bagas, sama nenek peyot.🤭 gregetan bgt sumpah