NovelToon NovelToon
Sedingin Hati Suami Tentaraku

Sedingin Hati Suami Tentaraku

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Kehidupan Tentara
Popularitas:506.1k
Nilai: 4.7
Nama Author: Hasna_Ramarta

Halwa mencintai Cakar Buana, seorang duda sekaligus prajurit TNI_AD yang ditinggal mati oleh istrinya. Cakar sangat terpukul dan sedih saat kehilangan sang istri.

Halwa berusaha mengejar Cakar Buana, dengan menitip salam lewat ibu maupun adiknya. Cakar muak dengan sikap cari perhatian Halwa, yang dianggapnya mengejar-ngejar dirinya.

Cakar yang masih mencintai almarhumah sang istri yang sama-sama anggota TNI, tidak pernah menganggap Halwa, Halwa tetap dianggapnya perempuan caper dan terlalu percaya diri.

Dua tahun berlalu, rasanya Halwa menyerah. Dia lelah mengejar cinta dan hati sang suami yang dingin. Ketika Halwa tidak lagi memberi perhatian untuknya, Cakar merasa ada yang berbeda.

Apakah yang beda itu?
Yuk kepoin cerita ini hanya di Noveltoon/ Mangatoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Halwa Linglung

Cakar tiba di halaman rumahnya. Ia merapikan kembali motornya di bawah canopy. Dia segera masuk rumah. Tidak lupa kantong pemberian ibunya untuk Halwa, dibawa juga.

   "Halwa," panggilnya seraya menaiki tangga. Tidak ada sahutan. Cakar terus melaju ke dalam kamar. Di dalam kamar, Cakar melihat Halwa sedang terbaring dan tidur. Terdengar deru nafasnya yang teratur.

   Cakar geleng kepala seraya menghampiri Halwa yang memang tidur. Tadinya dia bermaksud menggoyang bahu Halwa. Namun urung. Entah kenapa Cakar kali ini ingin melihat wajah Halwa yang tertidur, apakah benar dia tidur atau pura-pura.

   Cakar berjalan mengitari ranjang, karena Halwa tidurnya selalu menyamping dan menghadap tembok di sebelah kirinya.

   Tatapan begitu lekat, seluruh wajah Halwa dia absen tanpa satupun terlewat. Mata dengan bulunya yang lentik, hidung yang bangir, serta bibir tipis angka tiga. Jangan lupakan, rambutnya yang panjang dibawah bahu, terurai menutupi bahunya dan sebagian wajahnya yang lembut dan sendu.

"Halwa, sampai kapan aku bisa mencintaimu? Maaf, aku belum bisa memberi hatiku utuh untukmu," bisiknya sembari menatap iba wajah Halwa yang sendu. Saat tidur seperti ini, wajah sedih dan sendu Halwa justru sangat terlihat. Dalam hati Cakar seperti ada yang teriris.

"Apakah aku masih terobsesi dengan cewek berseragam, sehingga aku tidak peduli dengan perhatian perempuan sebaik Halwa?" Cakar memukul tinjunya di udara.

Enam bulan terakhir ini dia sudah berusaha mencintai Halwa, tapi Cakar selalu mundur lagi dan belum bisa berpaling dari obsesi gilanya.

Cakar menghela nafasnya dalam. Dia kembali berjalan menuju sofa di dalam kamar itu. Cakar memilih tidak mengganggu tidurnya Halwa, karena dia tahu, tidak baik mengganggu orang tengah tidur kalau tidak sedang keadaan darurat.

"Sepertinya dia memang sangat ngantuk dan lelah banget." Cakar bergumam.

***

Azan Maghrib berkumandang, Halwa bergeliat dan terbangun. Tidurnya sore tadi benar-benar lelap. Saat nyawanya sudah sepenuhnya terkumpul, Halwa buru-buru bangkit dan terkejut mendengar suara azan terdengar di mana-mana.

"Ya ampun, ini azan apa? Maghrib atau Subuh?" Halwa menuruni ranjang dengan tergesa, tanpa dia sadari kaki kirinya nyangkut di selimut sehingga tubuh Halwa terjerembab dan tersungkur di lantai.

"Gubrak."

"Aduhhh," ringisnya.

Pintu kamar terbuka dan Cakar masuk, dia tersentak kala tadi mendengar suara gubrak dari dalam kamarnya.

"Halwa, kenapa?" sentaknya kaget. Tubuh Halwa terbalut selimut dan tersungkur di lantai.

"Ya ampun, apa-apaan sih, bangun tidur pakai jatuh segala? Ini gara-gara nyawamu belum terkumpul jadinya begini, kamu itu linglung," omel Cakar. Namun tak ayal dia membantu Halwa untuk berdiri.

Cakar terkejut saat melihat jidat Halwa yang jenong sebesar telur puyuh, sepertinya saat tersungkur tadi jidatnya jatuh langsung menimpa lantai.

"Astaghfirullah, ya ampun. Lihat jidatmu sampai jenong?" omel Cakar lagi, tidak melihat bahwa saat ini Halwa tengah meringis menahan rasa sakit.

"Aduh, aduh." Halwa masih meringis dan mengaduh lalu duduk di atas ranjang sembari meraba jidatnya.

"Ini nih gara-gara tidur sehabis waktu Ashar. Jadi linglung." Tidak hentinya Cakar mengomel, tidak ada sedikitpun sikap romantis dan hangat. Sejak masuk kamar mulutnya masih saja ngomel.

Setelah Cakar ngomel, dia pergi entah ke mana, tapi lima menit kemudian dia muncul bersama air sebaskom kecil dan handuk kecil.

"Kompres luka di jidatmu supaya kempes. Aku tidak mau besok di acara Persit kamu tidak hadir." Cakar menaruh baskom kecil itu di bawah kaki Halwa. Halwa tidak segera meraihnya, ia kepikiran dengan ucapan Cakar barusan.

"Aduh Mas, aku belum apa-apa. Aku sebaiknya mandi dulu," ujarnya seraya buru-buru melepas selimut yang membalutnya dan bergegas menuju kamar mandi.

"Halwa," panggilnya, tapi Halwa tidak mendengar, dia sudah masuk kamar mandi.

Cakar tersenyum lucu, kala melihat tingkah Halwa yang sepertinya memang sedang linglung seperti dugaannya tadi.

"Jangan-jangan si Halwa benar-benar linglung," pikirnya seraya berdiri dan bergegas menuju mushola untuk melaksanakan sholat Maghrib.

Saat Cakar keluar kamar, Halwa keluar dari kamar mandi, tubuhnya berbalut handuk. Ia bergegas menuju lemari dan mencari baju, lalu secepatnya keluar kamar karena iapun akan ke mushola dan melaksanakan sholat Subuh. Itulah yang dia yakini.

"Mas," sapanya saat Cakar baru saja keluar dari mushola. Halwa masuk dan segera mendirikan sholat Subuh.

Lima menit kemudian, Halwa menyudahi sholatnya dan masuk kamar lagi. Di sana sudah ada Cakar duduk di sofa sembari menatap Hp nya.

"Mas, seragam Persitnya mana, bukankah hari ini acara Persit?" tanya Halwa menanyakan seragam Persit yang belum dilihatnya.

Kening Cakar mengkerut, tapi tak ayal dia meraih sebuah kantong lalu diserahkan pada Halwa.

"Ini, kamu coba dulu. Kalau longgar, kamu kecilkan saja dulu," ucap Cakar santai. Halwa meraih dengan kening yang ikut mengkerut, diiringi bibir yang meringis karena jidatnya masih terasa sakit. Namun bulatan telur puyuhnya sedikit demi sedikit kempes dan menyisakan warna lebam di sana.

Dibukanya kantong itu dan diraihnya seragam Persit itu dari dalamnya. Halwa membeberkan seragam itu. Sejenak ia tercenung, seragam itu tidak terlihat baru, tapi seperti seragam yang sudah lama tersimpan di lemari. Fisiknya memang masih bagus dan tidak bladus, masih layak dipakai. Halwa tidak mencoba protes, karena baginya di sini ia tidak ada ruang untuknya buat protes.

Halwa bergegas menuju samping lemari dan mencoba seragam itu. Sayangnya seragam itu, pinggang dan atasannya longgar di tubuhnya.

"Mas, tapi ini seragamnya longgar. Bagaimana ini?" resahnya terdengar protes.

"Ya sudah, kalau longgar tinggal kamu kecilkan saja yang longgar," tukas Cakar enteng.

"Kecilkan bagaimana, Mas? Ini waktunya saja mepet, sebentar lagi juga jam enam pagi," ceplosnya membuat Cakar tertawa.

"Jam enam pagi? Apakah kamu kira ini subuh-subuh? Ini baru beranjak malam, Halwa. Tadi yang kamu sholat itu, sholat apa?" ujar Cakar membuat Halwa bingung.

"Beranjak malam, bukankah tadi azan Subuh. Soalnya tadi aku menjalankan sholat subuh dua rakaat," jawabnya sembari melihat ke arah balkon dan membuka jendela mencoba meyakinkan.

"Masih malam, kenapa tidak siang-siang?" gumamnya masih bingung.

"Iyalah malam, orang ini baru selesai azan Maghrib. Kamu itu linglung, karena kamu habis tidur setelah Ashar. Makanya jangan tidur setelah ashar, bisa-bisa tiap hari kamu linglung kayak gini," sindirnya menyadarkan Halwa.

Halwa beristighfar dan mengusap wajahnya. Dia baru sadar dan yakin bahwa ini baru beranjak malam. Halwa membalikkan badan dan menatap tubuhnya yang sudah terbalut seragam Persit yang longgar.

"Terus ini bagaimana, Mas?" tanyanya heran menunjuk seragam Persit di tubuhnya.

"Kan sudah aku bilang, kecilkan dulu seragam itu mungpung acaranya masih besok," ucapnya santai sambil berlalu.

Halwa tercenung dan menatap kepergian Cakar keluar kamar dengan sedih. Ingin rasanya ia menangis dan menjerit dengan sikap santai Cakar seperti ini.

1
Anonymous
bintara itu bukan pangkat tapi jenjang…. ada sersan, lettu, letda ya penulis 😁
Nasir: Iya betul Kak... wkwkw... . Terimakasih ya koreksinya.
total 1 replies
Uthie
Cerita yg menarik disimak 👍👍👍👍👍👍👍
Nasir: Mksh byk... 🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Uthie
sy lanjutttt aahhhh.... 💃💃💃💃
Nasir: Mksh Kak...
total 1 replies
Uthie
sukurin 😜
Uthie
Cakar kaya bocah banget dahhh... ambekan 😂😂😂
Nasir: Wkwkkwkwkwkk...
total 1 replies
Indah Rianti
Luar biasa
Nasir: Terimakasih byk Kak....
total 1 replies
Uthie
cewek stresss 🤨
budak jambi
dasr wanita gila.rmh tangga org baik kok dak rela dak punya otak
Uthie
baguslah.. kenapa gak tegas dr dulu 😤😡
budak jambi
nilam wanita gatal..dak punya urat malu jaln sm suami org.liat aja karma kau wanita sundel
Nasir: Benar, kesal ya Kak... mksh sudah hadir...
total 1 replies
galaxi
klu aq lebih tertarik utk merealisasikan anak2 mereka thor...pasti lebih seru krn dr pihak besan jelas berusaha tdk mwnyetujui yaitu ceker ayam😂😂😂
Nasir: Nanti Kak setelah tamat Aldian Haliza ya.
total 1 replies
galaxi
😂😂😂😂ngakak nih duo bocah tua....😂😂😂ada2 saja...
Uthie
sukurin 😝😡
Nasir: Senang bgt kayaknya Kak...
total 1 replies
Uthie
tak berperasaan dirimu 😡
Uthie
sukurin 😝
Uthie
sukurin 😡
Uthie
begitulah egoisnya laki... maunya enak sendiri... gak liat istri bagaimana kondisinya 😤
Nasir: Nah itu dia Kak...
total 1 replies
Uthie
bawang Ungu... bawang yg buat salad itu bukan ya?? 🤔😁
Nasir: Iya Kak...
total 1 replies
Uthie
mirisnya 😢
Uthie
bikin nyesel nanti dia 💪😡
Nasir: Pasti Kak..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!