Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.
Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.
Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bima Deimos
[Kapan kamu akan mencuri kristal energi dari guild Guardian of Ember itu?]
3 hari sudah berlalu sejak Ekilah berhasil menemukan tempat rahasia milik Tundra. Dari tempat itu Ekilah hanya mengambil 2 barang. Baju zirah level S+ dan juga sebuah kristal energi lain yang ternyata juga ada di sana.
"Aku sudah mendapatkan kristal energi yang lain, jadi untuk sekarang undur dulu rencana itu. Toh, guild Guardian of Ember itu tidak akan menggunakannya sebagai alat penghancur dunia."
[Kamu anak yang membosankan. Kekuatan dan bakat yang kamu miliki jadi sia-sia.]
"Kata seorang pendekar pedang yang terjebak di dalam pedangnya sendiri," sindir Ekilah.
Perempuan itu lalu berjalan menuju kotak kayu yang berada di atas meja. Di dalam kotak itu terdapat sebuah kristal energi berukuran kelereng.
[Kamu benar-benar tidak ingin menggunakan kekuatan kristal energi itu. Dari yang aku dengar, kristal itu mampu membuat pemakainya memiliki kekuatan kegelapan yang biasa dimiliki oleh raja iblis, walau nanti umur mereka tidak akan lama.]
Mendengar ocehan Tundra yang membuat kepala sakit itu benar-benar menyusahkan. EKilah sempat berpikir untuk menghancurkan dunia agar pria yang sudah tak hidup ini diam.
"Sekarang belum waktunya, Tundra."
[Lalu kapan? Kapan aku bisa melihat pertarungan, pembantaian, dan peperangan?]
"Nanti malam."
Suara reporter berita dari ponsel Ekilah terdengar. Reporter itu menyiarkan tentang kedatangan seorang awakening muda yang merupakan anak dari keluarga elit di negara Mandaraka.
Keluarga elit dan keluarga bangsawan itu berbeda.
Keluarga elit biasanya adalah mereka yang memiliki kekuatan ekonomi, pengaruh politik, atau teknologi yang luar biasa di negara Mandaraka. Mereka tak terikat oleh gelar kebangsawanan, namun peran mereka dalam pemerintahan maupun industri sangat besar, bahkan melebihi kekuatan beberapa bangsawan.
Keluarga elit sering kali membangun kekuasaan mereka melalui kekuatan militer yang kuat, dan anak-anak mereka biasanya menerima pendidikan dan pelatihan tingkat tinggi untuk melanjutkan kekuasaan keluarga.
Seperti yang diketahui oleh masyarakat dunia, awakening merupakan pekerjaan paling penting saat ini. Mereka yang berhasil melahirkan awakening kuat kerap mendapat kekuasaan dari beberapa keluarga elit dengan syarat menjual anak mereka sendiri.
[Jadi kamu ingin memperkuat kedudukan bangsawan agar keluargamu aman?]
"Itu bonusnya. Aku ingin membalaskan dendam seseorang."
Tangan Ekilah mengepal erat. Sorot matanya menjadi tajam dengan nafsu membunuh.
"Seperti kata pepatah, mata dibalas mata, gigi dibalas gigi, dan nyawa dibalas nyawa. Aku sudah bersabar selama lebih dari 1 tahun. Jika selama 1 tahun ini dia tidak berubah maka aku pastikan dia tidak dapat melihat matahari esok pagi."
Dua hal yang paling tidak disukai Ekilah.
Satu, keluarganya diganggu. Dua, fitnah tanpa bukti. Dan orang yang wajahnya barusan terpampang di layar ponselnya itu sudah melakukan dua hal tadi ketika Ekilah masih duduk di bangku SMA kelas 1.
Perempuan berambut putih itu tidak bisa melupakan kenangan ketika awakening muda itu membentak sang ibu dan hendak menampar wanita kesayangan Ekilah itu.
Brak!
Tanpa sadar, Ekilah malah membanting pintu rumah pohon.
"Hah~" Ekilah menghela nafas pendek saat menyadari emosi mulai menguasai dirinya.
Cahaya matahari sore sempat menyinari mata biru kehijauan Ekilah membuat sang empu mengangkat tangan untuk menghalangi sinar sang surya. Di teras samping, Ekilah melihat sang ibu, Rahayu yang menunggu kedatangannya dengan senyuman manis.
"Sekarang jadwal nyapu halamannya siapa ya~"
Deg!
Ah, Ekilah dalam bahaya.
.
.
.
Malam harinya, Ekilah yang sedang bersiap-siap pun bertanya pada Tundra.
"Apa aku bisa membuat topeng seperti yang kau pakek waktu melawan Cannibal Child?"
[Coba saja, caranya masih sama.]
Cring!
Sebuah topeng terbentuk dan langsung terpasang di wajah Ekilah. Itu topeng gagak setengah wajah yang menutupi area mata dan hidung Ekilah.
[Jadi, apa rencanamu?]
"Datangi rumahnya, lihat perubahan dalam dirinya. Kalau dia jadi baik kita pulang, kalau dia makin buruk kita bacok."
[... Hanya itu?]
Ekilah mengangkat bahu cuek. "Orang seperti dia tidak akan menyewa awakening lain sebagai penjaga."
Perjalanan Ekilah menuju rumah pribadi awakening muda bernama Bima Deimos yang berlokasi agak jauh dari kota Ujung Batu. Ekilah tidak memiliki kemampuan untuk terbang tapi setidaknya dia punya pedang Erasmo.
Pedang itu bisa terbang sesuai dengan kehendak Ekilah. Walau ukuran bilah pedang itu cukup kecil, Ekilah bisa mengakalinya dengan melapisi pedang dengan energi dan memadatkannya.
Dengan begini, pedang Erasmo pun menjadi papan sketboard mini.
[Ini boros energi. Kenapa kamu tidak pergi dengan motor atau kendaraan umum lainnya?]
Tundra lagi-lagi mengeluh soal penggunaan energi Ekilah yang jauh dari kata hemat. Ekilah sendiri tidak terlalu mendengarkan ocehan Tundra.
Tap!
Ekilah berdiri tepat diatas pedang Erasmo. Perlahan, pedang itu mulai melayang dan detik berikutnya langsung melecat kencang di udara. Awalnya Ekilah sedikit panik karena kurangnya keseimbangan sedikit dia bisa langsung jatuh dari ketinggian 10 meter diatas permukaan tanah.
Secara bertahap, pedang Erasmo mulai menaikkan ketinggiannya menjadi 20 meter diatas permukaan tanah.
"Ini benar-benar item yang berguna."
[Perlu kamu ingat, Ekilah. Tindakanmu ini benar-benar boros energi. Aku tidak akan terkejut bila kamu muntah darah begitu sampai di lokasi tujuanmu.]
Ekilah tersenyum tipis. "Tenang saja, Tundra. Kau tahu sendiri aku ini tipe awakening yang pemulihan energinya itu sangat cepat."
[Pokoknya aku sudah mengingatkanmu.]
Dengan cara Ekilah ini, dia berhasil sampai di lokasi rumah Bima Deimos dalam kurun waktu 15 menit. Ekilah memang sempat berkeringat, tapi untungnya di ketinggian itu angin malam cukup dingin untuk mengeringkan keringatnya.
Sekarang, Ekilah tepat berada di atas sebuah rumah mewah, dua lantai dengan halaman depan yang cukup luas. Dilihat dari tidak adanya mobil ataupun kendaraan di rumah ini, bisa Ekilah simpulkan jika Bima belum pulang.
Perempuan berambut putih yang agak berantakan itu mengumpulkan energi pada matanya untuk melihat lebih jelas. Tidak ada siapapun di dalam rumah tersebut.
Ekilah pun turun. Pedang Erasmo berada di tangan kiri Ekilah.
Pintu rumah ini menggunakan sistem sandi.
Krak!
Ekilah menghancurkan gagang pintu menggunakan bagian ujung pedang. Perempuan itu membuka pintu dengan kakinya.
Penampilan bagian dalam rumah juga cukup mewah. Banyak barang-barang berharga di sini serta sebuah lemari kaca berisi sebuah senjata gada yang cukup terkenal.
Ekilah mendengus pelan. "Mentang-mentang punya nama Bima dia jadi memajang senjata ini."
[memangnya kenapa?]
"Bima yang aku kenal itu mengandalkan kekuatan khusus bukan senjata." Ekilah mulai berjalan berkeliling rumah. "Pria itu juga fisiknya tidak terlalu kuat."
[Oh ya?]
"itu bisa dibuktikan dengan tidak adanya alat olahraga seperti angkat beban atau semacamnya di rumah ini."
Perempuan bertopeng gagak itu mulai menaiki tangga menuju sebuah kamar lantai dua.
Klak!
Tanpa basa-basi Ekilah langsung memasuki kamar yang diduga sebagai tempat tidur Bima. Kondisi kamar yang agak berantakan menandakan jika Bima tidak menyuruh pelayan membersihkan kamar ini. Itu berarti ada sesuatu yang dia sembunyikan di sini.
Ekilah mulai mengamati setiap sudut kamar. Perempuan itu pun menemukan sebuah kotak kecil di bawah ranjang berisi banyak flashdisk.
"Aku punya firasat buruk tentang ini," batin Ekilah.
Segara, Ekilah berjalan menuju meja belajar dan menyalakan laptop yang ada di sana. Untungnya ia tidak perlu mencari sandi apapun.
Clap!
Flashdisk tersebut pun terhubung dengan laptop.
Menit berikutnya pandangan mata Ekilah langsung menggelap ketika mengetahui isi salah satu flashdisk yang ada.
[Sepertinya dia bukan orang baik.]
"Tundra," nada suara Ekilah menjadi dingin dan menyeramkan, "tidak ada orang baik yang seenaknya merekam seseorang wanita yang sedang mandi."
Tangan Ekilah kembali bergerak mengambil flashdisk itu dan memeriksa beberapa flashdisk lain.
Selang beberapa menit, aura tidak mengenakkan mulai keluar dari tubuh Ekilah.
[Lebih baik kamu segera membunuh manusia bernama Bima itu sebelum aku yang membunuhnya.]
"Hah," Ekilah menghela nafas panjang. "Dia berubah menjadi orang yang paling menjijikkan."
Perempuan itu pun berdiri. Dia berjalan menyusuri rumah dan akhirnya berhenti di ruang tamu. Mata biru kehijauannya melihat gada yang terpajang layaknya piala di sudut ruangan.
Ekilah kembali teringat akan nasihat Rahayu.
'Eki, manusia itu bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu. Jadi alangkah baiknya kamu memberikan seseorang kesempatan kedua untuk berubah.'
Tap!
Tangan Ekilah menyentuh lemari kaca itu. "Kesempatan kedua untuknya sudah tidak ada."
Perempuan itu lalu duduk di sofa panjang dengan kedua kaki ditaruh di atas meja. Ekilah pun menunggu kedatangan si pemilik rumah sembari memperhatikan corak pada pedang Erasmo.