Kisah seorang gadis pembenci geng motor yang dipertemukan dengan banyak anggota gangster terkocak dalam pengalaman seumur hidupnya. Bagaimana dirinya harus menghadapi segala hal tingkah yang ia rasa sungguh garing dan lawak. Sebuah kehidupan rasa garing, kocak dan asin atau asing.
Garing tapi juga mengandung bawang.
Tak hanya tentang dunia anak jalanan, si gadis tersebut pun selain terjebak friendzone di masa lalu, kini juga tertimbun hubungan HTS (Hanya Teman Saja).
Katanya sih mereka dijodohkan, tetapi entah bagaimana kelanjutannya. Maka dari itu, ikuti terus kisah mereka. Akankah mereka berjodoh atau akan tetap bertahan pada lingkaran HTRS (Hubungan Tanpa Rasa Suka).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Diundang Warga Sekitar
Langit gelap di sebuah balai desa Makmur Abadi tengah ramai masyarakat setempat yang menunggu kehadiran anak-anak dari Geoxsa Andaran yang berasal dari kota.
Selama seminggu generasi baru sibuk latihan untuk acara silaturahmi dengan warga desa yang katanya sangat ingin bertemu mereka.
Saat ini Zidan beserta anggota senior Geoxsa Andaran pun turut hadir meski hanya membawa inti saja.
Salsha pun hadir bersama Haikal yang sejak ia datang sudah mendapati seruan meriah.
"Assalamualaikum, semuanya." ucap Zidan menggunakan mic.
"Waalaikumsalam," seru semuanya menjawab.
Awalnya Zidan hanya tersenyum, dan ternyata membuat sang penonton itu berteriak salting tak karuan. Terutama pada kalangan remaja yang masih sangat muda.
"Piwe kabare? Sehat nggih?"
Begitu laki-laki berumur 23 tahun itu menanyakan kabar menggunakan bahasa Jawa, seketika semua penonton kembali berseru.
"Loh? pada ngguyu kuwi nang opo? lucune apa njajal?"
Lagi-lagi ucapan Zidan membuat orang-orang desa yang terus memperhatikannya menjadi tertawa.
"Oke, kulo nek ngomong bahasa Jawa ketone angel tenan yo, janeh dudu angel tapi mung wagu. Iyo apa ora? Sebenarnya saya ini orang kota asli, cuma kebetulan aja punya calon pasangan yang beliau awalnya dari Jawa. Ya, bahasanya Ngapak ya. Ya belajar setitik lah, lumayan kanggo nambah koleksi bahasa ya."
Ketika Zidan membuka acara dengan leluconnya, tiba-tiba saja aksi sebagai bentuk terima kasih kepada penonton disuguhkan begitu mendadak.
Zidan yang tengah bicara seketika punggungnya ditusuk pisau tajam mengkilat. Hal tersebut pun sontak membuat perhatian penonton semakin dibuat tegang.
"Mas Zidan!!" teriak Salsha masuk ke panggung saat melihat calon suaminya nanti sudah terkapar lemah di atas panggung.
"Akhh! Aduh, Sal, jangan nangis ya? Kamu bisa terusin acara ini 'kan? Gak papa kok, aku izin pamit ya?"
Setelah berada di pangkuan Salsha, Zidan pun menutup matanya. Salsha menjerit penuh rasa kehilangan. Namun, beberapa detik kemudian wajahnya teroleh ke belakang. Alias menatap sang tiga pelaku dengan tatapan sangat menusuk.
"Kalian bertiga berani ya bunuh dia?! Dia itu cowok gue!! Kalian harus terima akibat—"
"Salsha, udah! Jangan balas dendam, Dek. Kasihan Zidan kalau kamu pakai cara balas dendam kayak gini. Mending kita doain aja ya? Doain semoga Geoxsa Andaran semakin sukses!" kata Haikal langsung mencairkan suasana tegang menjadi kembali senang.
Jreng jreng!
Suara bass sebagai pergantian momen membuat Zidan kembali hidup dan merangkul Salsha dengan penuh kasih sayang.
Akan tetapi, ketika mereka ingin melanjutkan apa yang telah mereka siapkan, seketika diberhentikan oleh salah satu generasi baru.
"Mas Zidan, sorry nih. Ah, ini ada penonton yang nangis, Mas. Katanya tadi ngiranya beneran ditusuk. Kira-kira Mas Zidan bisa turun gak ya? Nangisnya lumayan parah sih, kayaknya fans banget ini Mbaknya." ucap Daniswara.
Usai mendengar itu, Zidan tanpa jeda langsung turun dari panggung sederhana lalu menghampiri perempuan seumuran dengan Reyva.
"Wah, kamu kenapa, hm? Takut banget aku ditusuk beneran ya? Gak papa sini, mau minta foto atau apa gak? Kamu tuh cantik, jangan nangis terus ya?"
Perempuan tersebut menggeleng pelan sambil menutupi sebagian bibirnya.
"Gimana mau minta apa, Mbak?" tanya Danis.
Lelaki mantan wakil ketua GEAN itu dibisikan sesuatu oleh perempuan tersebut.
"Owhh ... Mas Zidan, ternyata Mbak Nazwa ini pengen dipeluk sama foto katanya, boleh gak nih sekali-kali?"
Zidan sekilas menoleh ke Salsha, dua detik kemudian tersenyum sebagai tanda tidak ada masalah.
"Sini, jangan khawatir ya? Aku gak apa-apa kok, itu cuma aksi aja bukan betulan. Emangnya pisaunya bener-bener keliatan nancap banget ya?"
Sambil memeluk erat perempuan yang ternyata fans beratnya Zidan, laki-laki itu pun melepas pelukan.
"Kak Salsha! Minta maaf ya?" tutur Nazwa setengah berteriak.
Salsha menanggapinya dengan tersenyum. "Gak papa, Dek. Ambil bawa pulang juga boleh, kalau orangnya mau, hehe."
Zidan sontak menoleh panik, "Waduh, jangan dikasih weh. Ah, parah ini saya dijual sama calon pasangan seumur hidup saya." jawabnya membuat seisi balai desa tertawa.
"Produk mahal dan cara ngidam yang beda dari yang lain 'kan harganya bukan main ya? Lumayan ah buat saya kalau jual kamu, pasti laku banget sih. Sayang, kamu nya cuma satu, jadi pasti pada rebutan beli deh."
Dengan santainya Salsha tetap meluncurkan aksi bercandanya yang tidak pernah gagal untuk membuat tertawa.
"Lah, udah ya, Dek. Nanti aku beneran dijual sama dia loh, emangnya kamu mau gak bakal ketemu sama aku lagi? Sekalinya dia jual tuh pasti laku sama orang luar negeri, ya males lah."
Setelah Zidan kembali di sebelah Salsha, Nazwa dengan Daniswara terkekeh.
Dan tidak lama aksi konser para generasi baru yang sangat diidamkan oleh warga sekitar pun mendadak dimulai.
"Jrengg, wih, asik nih." ucap Eja mengalihkan perhatian penonton yang duduk di kursi.
Memang panggung yang dibuat warga ada dua. Jadi, untuk bagian generasi muda ada di panggung sebelah.
Eza dengan The Gean Band langsung menempatkan sesuai posisi bakatnya.
"Ada kisah sederhana, diam-diam sempurna." Eza menyanyikan lagu buatannya.
Dikenal berandal, hobinya mengawal
Dikata anak jalanan, s**ilahturahmi persaudaraan
Minum kopi sambil bahas hati
Nongkrong tanpa omong kosong
Itulah kami, dikenal rendah hati
Ramah, baik, sopan dan santun
Musuh kejam berakhir menyelam
Terlihat santai walau banyak sang pengintai
Solidaritas toleransi tanpa henti
Itulah kami, dikenal sang pemberani.
Seusai Eja selesai menyanyi sambil memetik gitar akustiknya. Semuanya berseru meriah, tepukan tangan tak berhenti sebelum akhirnya suara Zidan kembali merebut perhatian.
"Asem kecut, gula legi. Kita bukan pengecut, melainkan si manis yang pemberani. Aku tresno awakmu, tapi awakmu ngelarani atiku. Mari dekatkan dirimu, nanti kau merasakan betapa sakitnya menjadi diriku." kata Zidan membuat pantun asal-asalan.
Tetapi ternyata terdengar cukup nyambung. Hal itulah yang memancing pendengar lagi-lagi berteriak meriah.
Tak segan-segan memberi gombalan maut pada kaum remaja yang berkali-kali menyebut satu per satu nama mereka.
"Buat para cewek-cewek yang suka bilang kiw-kiw, itu artinya apa sih, hah? Terus kalo orang Jawa tuh lucu lagi katanya, cit cuwit gandul mateng. Apa itu artinya, Pak, Bu, Mbak?" Sembari tertawa Eja mengisi hiburan dengan mencoba memancing kreativitas serta keberanian warga sekitar tersebut.
"Mung kanggo ledekan tok, Mas"
Balasannya membuat Eja menoleh ke samping, dimana ada Reyva yang menjadi fans nya, namun posisinya kini sudah hampir jadi pemilik hati seorang Reyza.
"Anek aku karo kie piwe hayuh? Harapanku sih aja pada cemburu. Kie sapa njajal?"
Suara Eja tetap membuat suasana menjadi penuh tawa. Pasalnya lelaki itu entah bagaimana mampu berbicara bahasa Jawa seperti layaknya orang Jawa lokal.
"Mas Eja, boleh gak minta tolong Mas pura-pura kesakitan pas aku serang pakai ini—"
Jleb.
Perut Eja tiba-tiba ditusuk keras oleh Reyva di hadapannya. Teman-temannya grup band nya pun terkesiap lantas berdiri menatap Reyza penuh rasa khawatir.
"Eva? Kenapa kamu tega sama Mas, aakh ... Kenapa kamu berani lak-kuin ini ke Mas? Hah? Kamu ingin aku mati? Akh ..."
Reyza tersungkur di atas karpet panggung, teman-temannya terkejut tapi tidak berani untuk menolong. Karena pisau tajam masih setia tertancap di perut Reyza.
Lelaki itu sudah terkapar lemah dan matanya tertutup penuh. Tak ada lagi sosok Eja yang begitu berharga di mata seorang Eva. Perempuan tersebut bersikap nekat hanya karena dendam pada Eja yang sebelumnya pernah membegal tas nya kala ia masih SMP.
"Eh,Va? Lo serius giniin Eja? Dia gak gerak weh," ujar Meisya datang bersama Cindy.
Reyvaa masih berdiri menatap keadaan Eja dengan tatapan biasa saja.
"Yakin ini aksi aja? Mohon maaf ya semuanya, sepertinya ini ada kendala sedikit dari salah satu aksi yang dilakukan oleh Reyva dan Reyza." tutur Cindy berupaya menenangkan situasi yang sedang tegang.
"Liat napasnya gak keliatan bergerak, Va. Lo yakin?" tanya Meisya.
"Bener kok, Kak. Dia mintanya begitu, suruh tusuk gitu." jawab Reyva akhirnya ia pun turut khawatir.
Zidan datang bersama Salsha untuk mengecek keadaan Eja.
"Aduh, kecolongan kita."