Dion, seorang siswa kelas 10 yang ceria dan penuh semangat, telah lama jatuh cinta pada Clara, gadis pendiam yang selalu menolak setiap usaha pendekatannya. Setiap hari, Dion mencoba meraih hati Clara dengan candaan konyol dan perhatian yang tulus. Namun, setiap kali dia mendekat, Clara selalu menjauh, membuat Dion merasa seperti berjalan di tempat.
Setelah sekian lama berusaha tanpa hasil, Dion akhirnya memutuskan untuk berhenti. Ia tak ingin lagi menjadi beban dalam hidup Clara. Tanpa diduga, saat Dion menjauh, Clara mulai merasakan kehilangan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Kehadiran Dion yang dulu dianggapnya mengganggu, kini malah menjadi sesuatu yang dirindukan.
Di tengah kebingungan Clara dalam memahami perasaannya, Dion memilih menjaga jarak, meski hatinya masih menyimpan perasaan yang dalam untuk Clara. Akankah Clara mampu membuka diri dan mengakui bahwa ada sesuatu yang tumbuh di hatinya untuk Dion?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Rencana Raka dan dapat Firasat Buruk Nisa
Hari-hari berlalu, dan hubungan antara Clara dan Raka semakin erat. Bagi kebanyakan orang, tampak seolah-olah Clara hanya sedang berteman baik dengan kakak kelasnya itu. Tapi tidak bagi Nisa. Ada sesuatu tentang Raka yang selalu membuatnya merasa tidak nyaman, sesuatu yang dia tidak bisa ungkapkan secara jelas, tapi cukup kuat untuk membuatnya waspada.
Di satu sudut kantin sekolah, Nisa memperhatikan Clara dan Raka yang tampak asyik berbicara. Gelak tawa Clara sering terdengar, sementara Raka tersenyum dengan percaya diri, membiarkan perhatian Clara sepenuhnya terfokus padanya. Bagi Nisa, ini bukan sekadar hubungan pertemanan biasa. Sesuatu terasa salah.
"Dia selalu ada di dekat Clara," gumam Nisa dalam hati, matanya tidak lepas dari gerak-gerik Raka. Seolah ada motif lain di balik sikap ramah Raka. Nisa sudah lama mengenal Clara—lebih lama daripada siapa pun di sekolah ini—dan tahu persis bahwa sahabatnya itu adalah anak orang kaya, meskipun Clara sendiri tidak pernah menyombongkan statusnya. Dan hanya Nisa yang tahu rahasia itu.
---
Sementara itu, di tempat lain, Raka juga punya rencana yang sangat berbeda dari kesan luarnya. Raka bukanlah hanya sekadar kakak kelas yang sopan dan perhatian. Dia tahu sesuatu yang tidak diketahui oleh siswa lain. Clara bukan gadis biasa. Gadis itu berasal dari keluarga yang sangat kaya, dengan kekayaan yang cukup untuk membuat siapa pun terpikat. Di balik senyum dan perhatian yang ia berikan pada Clara, ada niat tersembunyi—mendekati Clara bukan hanya karena kepribadian atau kecantikannya, tetapi karena kekayaan keluarganya.
"Aku harus bisa memenangkan hatinya," pikir Raka dalam hati sambil menatap Clara dari kejauhan. "Dia adalah kunci bagi masa depan yang aku inginkan." Raka tahu bahwa hanya dengan mendekati Clara, dia bisa mendapatkan akses ke dunia yang lebih baik, sebuah kehidupan yang selama ini hanya bisa dia impikan.
Setiap hari, Raka merancang strategi dengan rapi. Dia sengaja menciptakan momen-momen kebersamaan dengan Clara, menempatkan dirinya dalam posisi di mana Clara merasa nyaman dan dihargai. Dia tahu, jika dia berhasil menaklukkan hati Clara, akses menuju kekayaan keluarganya akan terbuka lebar. Raka sudah mengamati Clara sejak hari pertama dia pindah ke sekolah ini. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengetahui siapa Clara sebenarnya. Namun, Raka juga tahu, bahwa satu-satunya halangan yang mungkin datang adalah Dion—siswa yang juga tampak tertarik pada Clara.
---
Nisa terus memperhatikan, dan semakin lama dia merasa ada sesuatu yang aneh tentang cara Raka mendekati Clara. Gerak-gerik Raka terasa terlalu terencana. Setiap kata yang dia ucapkan seolah-olah sudah dipikirkan matang-matang. Suatu hari, saat dia melihat Raka sedang berbicara di telepon dengan ekspresi serius, Nisa merasa ada sesuatu yang mencurigakan.
“Aku harus menyelidiki ini lebih dalam,” pikir Nisa. Perasaannya semakin kuat bahwa Raka bukanlah orang yang bisa dipercaya.
Beberapa hari kemudian, Nisa memutuskan untuk mengikuti Raka tanpa sepengetahuannya. Setelah sekolah usai, dia melihat Raka berjalan ke arah lapangan basket, tetapi berhenti di sudut yang sepi. Di sana, Raka berbicara lagi dengan seseorang melalui telepon. Dari jarak jauh, Nisa mendengar sepotong percakapan yang membuatnya semakin yakin.
“Tenang saja, semuanya akan berjalan sesuai rencana. Aku sudah semakin dekat dengannya,” kata Raka dengan nada dingin. “Begitu aku mendapatkan kepercayaan Clara, semua ini akan menjadi milikku.”
Nisa terkejut mendengar kata-kata itu. Dia tahu ada yang tidak beres. Raka bukan hanya sekadar teman biasa. Dia memiliki motif lain, dan Clara mungkin dalam bahaya. Setelah Raka pergi, Nisa langsung mencari Dion.
---
Di sore yang sama, Nisa menemui Dion yang sedang duduk di taman sekolah bersama Reza dan Fariz. Wajah Nisa terlihat tegang, dan Dion segera tahu bahwa ada sesuatu yang serius.
"Ada apa, Nis?" tanya Dion, penasaran.
Nisa duduk di sebelah Dion, menarik napas panjang sebelum berbicara. "Dion, aku punya firasat buruk tentang Raka."
Mata Dion menyipit. Dia tahu Nisa bukan orang yang mudah membuat kesimpulan tanpa alasan yang kuat. "Apa maksudmu?"
"Aku sudah memperhatikan Raka akhir-akhir ini, dan aku merasa dia punya niat tersembunyi. Dia tidak seperti yang dia tampilkan. Dia mendekati Clara bukan hanya karena tertarik padanya, tapi aku yakin ada hal lain," jelas Nisa dengan tegas. "Aku tadi mendengar dia berbicara di telepon, dan dia bilang dia punya rencana untuk mendekati Clara. Dion, aku yakin Raka ini berbahaya."
Dion terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja dia terima. Selama ini dia merasa terganggu dengan kedekatan Clara dan Raka, tapi dia mengira itu hanya karena cemburu. Namun, jika apa yang Nisa katakan benar, maka ada masalah yang jauh lebih besar.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Dion, dengan nada cemas.
Nisa menatapnya serius. "Kamu harus lebih dekat dengan Clara, Dion. Raka semakin mendekati Clara setiap hari, dan jika kita tidak melakukan sesuatu, aku takut Clara akan terjebak."
Dion mengangguk, tekadnya semakin bulat. Dia tahu dia harus melindungi Clara, tetapi masalahnya, sejak Raka datang, Clara semakin sulit didekati. Setiap kali Dion mencoba mendekat, Raka selalu ada di sana, menciptakan jarak antara dia dan Clara.
---
Hari-hari berikutnya, Raka dan Clara semakin sering terlihat bersama. Di perpustakaan, kantin, bahkan di koridor sekolah, Clara tampak nyaman berada di dekat Raka. Clara yang biasanya lebih tertutup kini terlihat lebih terbuka di hadapan Raka, tertawa dan berbincang dengan penuh semangat. Raka semakin mahir menempatkan dirinya sebagai seseorang yang peduli, perhatian, dan sopan—sikap yang membuat Clara merasa aman di dekatnya.
Namun, di balik semua itu, Nisa tidak bisa menghilangkan firasat buruknya. Setiap kali dia melihat Clara dan Raka bersama, ada perasaan tidak nyaman yang terus menghantuinya. Sementara itu, Dion mulai merasakan tekanan. Usahanya untuk mendekati Clara terasa sia-sia. Setiap kali dia mencoba berbicara dengan Clara, Raka selalu muncul di antara mereka, seolah-olah sengaja membuat Dion tidak punya kesempatan.
Suatu hari, saat Clara sedang duduk di taman sendirian, Dion melihat kesempatan untuk mendekatinya. "Clara, aku perlu bicara," katanya, dengan nada yang serius.
Namun, sebelum Dion sempat melanjutkan, Raka muncul dari arah lain, membawa dua gelas minuman. "Hei, Clara! Aku bawakan minuman untuk kita," katanya sambil tersenyum.
Clara tersenyum lebar. "Terima kasih, Raka!" jawabnya, tampak senang. Dion hanya bisa menghela napas, merasakan dirinya semakin tersisih.
---
Firasat buruk Nisa semakin kuat, dan dia tahu waktu mereka untuk bertindak semakin sempit. Raka semakin mendekati Clara, dan jika Dion tidak segera melakukan sesuatu, Clara bisa terjebak dalam rencana tersembunyi Raka.
Di akhir hari, Nisa bertekad untuk terus mengawasi Raka, sementara Dion, meski frustrasi, berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menemukan cara untuk menyelamatkan Clara dari bahaya yang mungkin sedang mengintainya.
To be continued...