Gadis Tawanan Mr.CEO

Di sisi lain, Felly melihat Alvin yang pergi ke toilet, Felly melihat situasi dan toilet dalam keadaan sepi. Felly menyusul Alvin dan membawa Alvin ke salah satu bilik toilet.

"Felly, apa yang kamu lakukan?" tanya Alvin, dirinya khawatir kalau ada orang lain yang melihatnya.

"Apa? Kamu takut kalau hubungan kita akan terbongkar?" tanya Felly dengan raut wajah penuh amarah.

"Di mana janji kamu Alvin, aku sudah melakukan semua untuk kamu, bahkan aku memberikan apa yang SIenna tidak bisa berikan untuk kamu! Kamu bilang, kamu akan akhiri hubungan kamu dengan Sienna, dan memilih aku, tapi ini apa?" dengan menggebu-gebu, Felly menuntut pertanggung jawaban Alvin.

Alvin mencoba menggenggam jemari Felly, meskipun berkali-kali ditepis, tap pada akhirnya sedikit demi sedikit Felly luluh juga.

"Dengarkan aku sayang, sangat tidak mungkin kalau aku yang membatalkan hubungan ini, karena kamu tahu sendiri kan, bagaimana Papa ku yang sangat menyayangi SIenna? Aku harus menunggu waktu yang tepat, mencari kesalahan Sienna, agar papa juga membenci Sienna," jelas Alvin.

Felly tertawa sinis. "Kamu bohong!" sentak Felly.

"Sayang, aku tidak bohong, aku sudah diancam oleh papa, kalau sampai aku menyakiti SIenna, maka semua harta warisan akan diberikan kepada Sienna, bukan kepada aku. kamu tidak mau kan kalau semua itu terjadi?" ucap Alvin masih berusaha untuk meyakinkan Felly.

"Apa? Sebegitunya papa kamu ke Sienna? Bahkan rella jika hartanya akan diberikan kepada Sienna, yang bukan anaknya?" Felly terkejut dan tidak habis pikir dengan pemikiran Pratama.

"Iya sayang, itu yang membuat aku tidak bisa memutuskan SIenna. Aku saja bingung, kenapa papa bersikeras menjodohkan aku dengan Sienna, padahal anak om Jasson juga ada dua, kamu." ucap Alvin.

"Ini aneh ALvin, kamu harus mencari tahu, hal apa yang membuat papa kamu begitu mengutamakan Sienna, jangan-jangan ...." Felly menggantungkan ucapannya.

"Jangan-jangan apa?" Alvin pun terpancing rasa penasarannya.

"Sienna main dukun mungkin," jawab Felly sekenanya.

"Hah? Memang masih jaman?" Alvin merasa itu tidak masuk akal sama sekali.

"Lalu apa? Bukankah, kamu sendiri merasa janggal dengan sikap papa kamu?" Alvin memikirkan perkataan Felly. Tapi, jika sampai bermain ilmu dukun, itu sama sekali tidak masuk dalam pikiran Alvin.

"Sudahlah, aku akan selidiki nanti, dan coba kamu juga tanya ke om Jasson, sedekat apa hubungan om Jasson dan papa ku, semoga dari sana akan ada titik terang," titah Alvin.

"Baiklah, itu urusan gampang. Sekarang, aku ingin tanya soal hubungan kita," Felly kembali teringat dengan tujuannya menemui Alvin sekarang.

"Tenang saja sayang, kamu masih akan tetap menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai, aku janji akan memperjuangkan cinta kita, jadi aku mohon bersabarlah sedikit lagi," ucap Alvin kembali meyakinkan Felly.

"Ingat Alvin, tanggal pernikahan kamu sudah ditentukan, kau harus secepatnya menyelesaikan hubungan kamu dengan Sienna, sebelum pernikahan berlangsung," kembali Felly memberikan peringatan kepada ALvin.

"Aku tahu sayang, dan aku janji, pada akhirnya kamu lah wanita yang akan menjadi nyonya Alvino Narendra Abraham," janji Alvin membuat Felly kembali luluh, dan kepercayaan dirinya bahwa dirinya yang akan menang melawan Sienna, menjad meningkat.

"Baiklah, aku pegang janji kamu, sekarang aku harus pergi," sebelum pergi, Felly memberikan kecupan singkat di bibir Alvin.

"Wanita memang merepotkan," gumam Alvin setelah Felly meninggalkannya.

-//-

Saat ini, Sienna dan Devano tengah duduk di salah satu caffe. Setelah mendengar perkataan Devan, SIenna menjadi penasaran tentang sosok Devan, apalagi Devan berjanji akan menolong Sienna.

"Kau benar-benar bisa menolong ku?" tanya Sienna ragu.

"Tentu, tapi ini adalah hubungan kerja sama, aku menolong mu dan kamu juga harus menolong ku," ucap Devan dengan sungguh-sungguh.

"Memang, apa yang bisa aku lakukan?" tanya Sienna.

Devano mengeluarkan sebuah katu nama. "Kau datang ke kantor ku besok, di sana kamu akan bekerja sebagai sekretaris ku, ini adalah langkah awal," ucap Devan menjelaskan.

Sienna menatap kartu nama itu, cukup lama Sienna menatapnya sambil berpikir, karena jujur saja Sienna cukup bimbang, apakah Devano adalah lelaki yang bisa dipercaya?

"Mungkin sekarang kau masih ragu, tapi jika kau ingin memantapkan hati mu, maka datanglah besok," ujar Devano lagi.

"Baiklah akan aku pikirkan," ucap Sienna.

-//-

Sienna masih duduk di depan cermin, dia masih ragu apakah hari ini akan pergi ke kantor itu atau tidak. Namun, dari apa yang Devan tawarkan memang cukup menarik, Sienna akan bekerja dan digaji, setidaknya itu lebih baik dari pada Sienna harus di rumah dan merenungi nasibnya.

"Baiklah, Sienna ayo lakukan," Sienna memantapkan hatinya, untuk benar-benar pergi ke perusahaan milik Devano.

"Sienna, kamu mau ke mana?" tanya Mayra, yang melihat penampilan putrinya sudah rapi.

"Mama, aku mulai bekerja hari ini," jawab Sienna dengan tenang.

"Di perusahaan mana? Dan bukankah, kamu belum mulai melamar pekerjaan?" tanya Jasson curiga.

"Papa lupa, Sienna kan lulusan terbaik, jadi Sienna langsung diajak bergabung di perusahaan Xanders corp," jawab Sienna, untunglah dia sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan ini.

"Xanders corp? Itu kan perusahaan yang sangat besar, sangat sulit untuk bisa bekerja di sana," Felly terkejut, karena Sienna bisa masuk dan bergabung di perusahaan milik Devan, bahkan Sienna langsung ditawari.

"Itu lah keberuntungan," jawab Sienna mengejek Felly.

Felly memutar bola matanya malas. "Tapi, kau yakin akan bertahan lama di sana, mungkin saja hari ini kau hanya akan diinterview, belum tentu lolos," ujar Felly tidak mau kalah.

"Felly, diam!" bentak Jasson, membuat Felly seketika langsung menundukkan wajahnya.

"Kau seharusnya memberikan semangat untuk saudarimu," ucap Jasson.

"Sienna, apapun hasilnya nanti kamu sudah bekera keras, intinya kau sudah berusaha, datang lah ke sana dan memberikan yag terbaik," ucap Jasson memberikan semangat untuk Sienna.

Sienna tersenyum karena kali ini, Jasson memberikan dukungan untuknya. "Terimakasih Pah."

"Ya sudah cepat makan sarapannya, biar nanti supir yang antar kamu," ucap Mayra seraya memberikan sepotong roti yang sudah dioles dengan slai coklat kesukaan Sienna.

Dengan senang hati Sienna menerima roti itu, tapi berbeda dengan Felly yang diam-diam mengepalkan tangannya.

"Sial, kenapa Sienna selalu mendapatkan hal-hal yang aku inginkan, pertama Alvin, dan sekarang dengan gampangnya Sienna akan masuk ke perusahaan Xanders?" gumam Felly kesal.