Yasmina Salsabilla atau yang akrab dengan sapaan Billa ini mengalami ketertinggalan dari teman-temannya yang sudah lebih dulu lulus kuliah disebabkan keterbatasan ekonomi dan membuatnya mengambil kuliah sambil bekerja. Akhirnya Billa dibantu oleh pamannya yang merupakan adik kandung dari almarhum ayahnya.
Dikarenakan mempunyai hutang budi, sang paman pun berniat menjodohkan Billa dengan anak salah satu temannya. Dan tanpa sepengetahuan sang paman, ternyata Billa sudah lebih dulu dilamar oleh Aiman Al Faruq yang tak lain adalah dosen pembimbingnya. Bukan tanpa alasan dosen yang terkenal dingin bak es kutub itu ingin menikahi Billa. Namun karena ia tidak mau mempunyai hubungan dengan sepupunya yang ternyata menaruh hati padanya. Aiman pun memutuskan untuk menikahi Billa agar sepupunya tidak mengganggunya lagi.
Bagaimana kisahnya, apakah Billa menerima lamaran dosennya ataukah menerima perjodohan dari pamannya?
Cerita ini 100% fiksi. Skip bila tidak suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisy Faya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan dan Rapuh
Kini Billa sudah tiba di depan kostnya, mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum.” Ia memasuki rumah
“Wa’alaikum salam, tadi katanya lagi badmood, perasaan sekarang baik-baik aja deh.” Sambut Ocha begitu Billa memasuki rumah.
“Tadi lo itu ngechat gue di waktu yang gak tepat.” Balas Billa sewot.
“Kenapa emang, Lo lagi ngedate ya tadi?” Ocha memang suka sekali menggoda Billa, baginya wajah cemberut dan kesal Billa adalah hiburan tersendiri.
“Iya, sama Theo James?” Balas Billa asal.
“Ngayal mulu idup lo, emang kenapa sih.” Ocha tampak penasaran.
“Tadi gue tu lagi nunggu balasan chat dari dosen pembimbing gue yang baru yang gantiin pak Anwar, eh malah chat lo yang masuk.” Jujur Billa tetap memasang muka cemberutnya.
“Emang siapa dosen pembimbing yang baru?”
“Dosen baru, gue aja gak kenal, besok konsultasinya.”
“Oh,,, mana Yakult gue.”
Billa menyodorkan sebungkus plastik berwarna putih kepada Ocha, sambil berlalu menuju kamarnya. Setelah berganti pakaian Billa membuka laptopnya dan memeriksa file skripsinya sedetail mungkin sebelum mencetak rangkaian kata-kata itu.
***
Lagi-lagi hujan mengguyur tanah yang belum sempat kering, Billa duduk didepan jendelanya yang terbuka ditemani secangkir teh panas, beberapa tampias air hujan mengenai wajah manisnya, membuat ia tersenyum. Namun senyum itu bukanlah senyum bahagia, terlihat sekali jika senyum itu adalah senyum yang menyimpan sebuah sindiran disampingnya.
Sindiran terhadap dirinya sendiri, yang begitu rapuh dalam menjalani hidupnya. Kali ini air mata juga menemani malam dinginnya. Entahlah hal apa yang membuat hidup gadis ini menjadi begitu tak terbaca alurnya seperti ini. Setelah menenangkan diri dengan shalat isya dan mengaji beberapa ayat, akhirnya gadis itu bisa tidur dengan tenang malam ini.
Pagi yang mendung telah menyapa gadis manis dengan jeans hitam, kemeja tunik soft pink sepaha dilengkapi dengan hijab dan tote bag berwarna senada dengan jeans nya, ia sedang berdiri di depan rumah kostnya, mata coklatnya menatap ke langit, seolah dia sedang menonton drama Korea favoritnya.
“Lo ngapain bil, mau coba jadi pawang hujan?” ocha bersuara dari daun pintu
“Kali aja bisa kan.” Ia menjawab serius.
“Udah kekampus terus sana, jumpain itu dosen baru, merengek minta cepatin Acc-in sidang skripsi lo.”
“Bawel amat sih, serasa di omelin sama mamak gue tau ga?.” protes Billa
“Semua perempuan juga bakal jadi ibu nanti bil,”
“Yaelah dia baper, ya udah deh, gue berangkat dulu, assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam, ntar pulang nitip siomay yang di kantin fakultas ya, kangen gue sama siomaynya.” Ucap Ocha sedikit berteriak karena posisi Billa yang semakin menjauh.
“Beli sendiri.” Balas Billa juga sambil berteriak.
“Yeeeeee, punya kawan gak ada sifat prihatin dikit pun.” Cibir Ocha.
Dengan langkah santai ia berjalan menuju kantor jurusannya, untuk sekedar melihat apakah ada orang, namun dahinya sedikit berkerut melihat keramaian di depan kantor jurusannya, ia menghampiri beberapa adik letingnya yang sedang berkumpul sambil senyum-senyum dan terlihat beberapa diantaranya sedang berbisik sesekali terdengar suara cekikikan halus dari mereka.
Hal itu membuatnya bertambah bingung, sebenarnya apa yang terjadi dengan semua manusia berjenis kelamin perempuan di sekitarnya ini. Ia memutuskan untuk mendekati jendela loket kantor jurusan dimana terlihat mbak Lis sedang memeriksa beberapa dokumen di tangannya.
“Permisi mbak, saya kemarin ada buat janji sama pak Aiman, beliau bilang jika hari ini saya bisa bertemu dengan beliau, apa pak Aiman sudah datang?” Billa bertanya sopan kepada mbak Lis.
“Oh, udah dek, tunggu bentar ya, karena rata-rata dari mahasiswa/i yang ada disini merupakan bimbingan dari pak Aiman.” Mbak Lis menunjuk kerumunan orang-orang di depan kantor jurusan.
“Rame juga ya mbak, ya udah kalau gitu saya tunggu di sana aja mbak ya, makasih ya mbak.” Ucap Billa sambil berlalu.
“Iya sama-sama, ditunggu aja ya, mungkin agak sedikit lama.” Ucap mbak Lis lembut.
“Iya mbak.” Ucap Billa sembari berlalu dari depan kantor jurusannya