Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Tega kamu mas
Mata Viona melebar dengan sempurna melihat apa yang terjadi di depan matanya. Nafas Viona tercekat, tubuhnya terasa kaku seolah tidak dapat digerakkan sama sekali. Jantungnya seakan berhenti berdetak.
Sangat sakit melihat dengan mata kepalanya sendiri Bara sang suami sedang bergerak aktif di atas tubuh Karin dengan tubuh yang sama- sama polos serta teriakan- teriakan nikmat dari mulut keduanya yang membuat siapa pun yang mendengar merasa merinding.Iya, mereka sedang berhubungan intim.
"Mas Bara...!! Karin....!!" Viona dengan nafas yang turun naik menahan gejolak emosi yang sudah tidak bisa dia tahan lagi.
Suara Viona terdengar begitu pilu menyayat hati. Dia memegangi dadanya yang begitu sesak. Bara dan Karin nampak begitu kaget melihat keberadaan Viona berdiri di ambang pintu. Mereka langsung menyudahi aktifitas panasnya. Bara langsung loncat kemudian memungut celana pendek yang tergeletak di lantai lalu bergegas memakainya, sedangkan Karin menutup tubuhnya dengan selimut hingga ke dada. Mereka berdua terlihat sangat panik dan Karin pun menangis.
Viona menangis terisak tak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. Dia berharap ini hanyalah sebuah mimpi buruk, tapi sialnya ternyata bukan. Ini semua nyata, Bara telah menyelingkuhinya di kamar milik Viona dan Bara.
Dan yang paling membuat hati Viona semakin hancur adalah ketika yang menjadi selingkuhannya adalah adik kandungnya sendiri yaitu Karin. Begitu tega Karin melakukan semua itu terhadap kakaknya sendiri yang sudah begitu menyayanginya. Begitu juga dengan Bara, mengapa dia tega berselingkuh dengan adik kandung istrinya sendiri.Dia mana hati nurani mereka sebagai manusia.
Pantas saja semenjak Karin bekerja menjadi sekertaris di kantor Bara, dia menjadi berubah. Bara terlihat cuek dan jarang menyentuh Viona. Bahkan dalam dua bulan dia berhubungan intim dengan Viona tidak lebih dari dua kali. Ternyata dia sudah mendapatkan kepuasan dari Karin adik iparnya sendiri.
Viona perlahan melangkah maju mendekati dua manusia yang terlihat sangat panik tersebut.
"Viona dengar sayang, i...ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku akan jelaskan semuanya sama kamu sayang..." ucap Bara hendak menyentuh tangan Viona namun dia langsung menepisnya dengan kuat. Dia tidak sudi disentuh oleh Bara.
"Aku tidak perlu penjelasan apapun mas...! Aku sudah melihatnya dengan jelas..! Kalian berdua benar- benar menjijikkan...!" teriak Viona.
"Tapi ini tidak seperti yang kamu pikirkan sayang...'' ucap Bara lagi- lagi berusaha meraih tangan Viona dan kembali mendapat tepisan darinya.
"Dan kamu Karin, kakak tidak menyangka kamu akan tega mengkhianati kakakmu sendiri...! Apa kamu tidak punya perasaan..! Apa kamu tidak punya hati hah...!" teriak Viona hendak menjambak rambut Karin tapi tiba- tiba Bara memeluknya dari belakang dan memegangi kedua tangan Viona agar tidak menjambak rambut Karin.
"Sayang, aku mohon jangan lakukan itu..." ucap Bara sambil terisak. Iya dia menangis. Mungkin dia menangis karena menyesali perbuatannya.
"Lepaskan aku mas...!" bentak Viona sambil melepaskan diri dari pelukan Bara.
"Tolong jangan salahkan Karin, sayang, dia nggak salah , aku yang salah, kamu boleh mencaci makiku atau pun memukulku tapi tidak dengan Karin, aku mohon..." ucap Bara sambil terisak.
Hati Viona kembali seperti ditusuk benda tajam saat mendengar Bara lebih memihak Karin dari pada dirinya.
"Aku mohon jangan sakiti Karin sayang, aku nggak mau dia terluka...." sambung Bara masih sambil terisak.
"Jadi kamu lebih suka aku yang terluka...? Iya begitu mas..! Dasar kalian berdua b*j*ngan..!" bentak Viona.
"Maaf... Maafkan aku sayang... Sekali lagi maafkan aku. Aku tidak mau dia terluka karena dia calon ibu dari anakku..." ucap Bara.
"Apa...?" ucap Viona kembali dibuat terkejut.
"Iya sayang, Karin hamil anakku , aku mohon jangan sakiti dia..." sahut Bara sambil memohon pada Viona.
"Plakk...'' Viona menampar pipi Bara.
Tanganya terasa panas pertanda dia begitu keras menampar pipinya.
"Kamu jahat mas..! Kamu jahat..!kalian berdua jahat...! Pengkhianat...! Aku benci sama kalian , aku benci...! " teriak Viona.
"Ma..maafin Karin kak, maafin Karin... Kari khilaf ...hik..hik..." Karin menangis sambil terus meremas selimut yang menutupi tubuhnya hingga ke dada.
Viona tidak menyangka Bara dan Karin akan setega itu padanya. Bagaimana mungkin mereka berselingkuh di belakangnya hingga Karin hamil. Rasanya Viona ingin mati saja saat itu juga. Rasanya untuk menangis saja dia sudah tidak sanggup lagi. Dadanya begitu sesak dan sakit.
Viona memukul- mukul dadanya sendiri berharap bisa menghilangkan rasa sesak di dalam sana. Bara kembali mendekati Viona hendak memeluknya. Dia tidak tega melihat keadaan Viona yang begitu hancur. Tapi lagi- lagi Viona menghindarinya.Dia membalikkan tubuhnya menghadap Bara.
"Kita harus cerai mas...." ucap Viona dengan suara yang begitu terasa berat.
"Enggak.. Enggak sayang, tolong jangan bicara seperti itu. Aku mencintaimu sayang.. Aku tidak bisa pisah darimu, aku butuh kamu...'' ucap Bara terus memohon dan mencoba mengikuti Viona yang berjalan cepat ke arah pintu.
"Kamu bohong mas...! Kalau kamu mencintai aku kamu nggak akan melakukan perbuatan menjijikan ini bersama Karin...!" teriak Viona sambil berlalu hendak keluar kamar.
"Sayang...sayang tolong jangan pergi... Aku nggak bisa hidup tanpa kamu sayang..." ucap Bara meraih tangan Viona.
"Lepaskan aku mas...! Jangan mencoba menyentuhku lagi...! Aku benci dan jijik sama kamu mas...!" teriak Viona sambil menyingkirkan tangan Bara dari tangannya.
Kemudian Viona bergegas keluar dari kamar. Sementara Bara masih terus memanggilnya. Dia tidak ikut keluar karena karena dia hanya menggunakan celana pendek. Terlebih ketika dia akan keluar kamar dia melihat bi Yuni berdiri di dekat tangga.
"Bu Viona..." ucap bi Yuni yang sejak tadi berdiri dekat tangga. Dia menangis ikut merasakan kesedihan yang Viona rasakan. Dia bisa mendengar semua yang terjadi di antara majikannya.
Viona memeluk bi Yuni dan menangis di pelukannya. Setelah beberapa saat Viona melepaskan pelukannya kemudian dia mengambil koper yang masih dipegang oleh bi Yuni lalu Viona membawanya menuruni tangga.
"Bu...bu Viona..bu Viona mau ke mana bu..? tunggu bu..tunggu..." ucap bi Yuni sambil mengikuti Viona menuruni anak tangga.
"Aku mau pergi dari sini bu.. Aku nggak mau tinggal di sini lagi...." jawab Viona sambil menangis dan terus berjalan menuruni tangga.
"Tapi ini sudah malam Bu... Jangan pergi..."ucap bi Yuni.
Tapi lagi- lagi Viona tidak memperdulikan ucapan bi Yuni. Dia terus berjalan keluar rumah.
"Pak tolong buka pintu pagarnya..." ucap Viona.
"Lho bu Viona mau ke mana malam- malam begini..." tanya pak Jaja heran melihat sang majikan kembali pergi padahal dia baru saja pulang.
" Mau pergi pak..cepat tolong buka pintu pagarnya...!" seru Viona.
"I..iya bu..." jawab pak Jaja sambil membuka pintu pagar..
"Bu ,bu Viona tunggu bu.. Bu Viona mau ke mana, kalau mau pergi biar diantar sama pak Jaja saja..." ucap bi Yuni mengejar Viona.
"Nggak bi, aku mau pergi sendiri saja..." jawab Viona langsung pergi.
"Lho bu Viona mau ke mana..?" tanya pak Jaja yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Bi Yuni, bagaimana ini ,bu Viona pergi malam- malam begini..." ucap pak Jaja.
"Aduh saya juga bingung ini..." sahut bi Yuni panik.
"Oh ya ampun saya lupa... Mana hp ku..?" ucap bi Yuni sambil mengambil ponselnya dari dalam saku dasternya.Bi Yuni kemudian menghubungi seseorang.
"Halo mas, maaf bibi telpon malam- malam begini, bu Viona pergi mas. Dia baru pulang dari Malang, dia sudah tahu semuanya mas.." ucap bi Yuni bicara dengan seseorang lewat sambungan telpon.
"Iya..iya mas...tolong cari bu Viona ya mas, bibi khawatir takut dia kenapa- napa..." sambung bi Yuni. Sambungan telpon pun berakhir.
"Bi Yuni abis telpon siapa..?" tanya pak Jaja.
"Ah sudah lah pak JaJa nggak usah kepo. Pak Jaja ini memang nggak tahu apa- apa..." ucap bi Yuni lalu kembali masuk ke dalam rumah.
...----------------...
Sementara itu Viona berjalan sambil menangis dan tangan kanannya menarik koper. Pikirannya benar- benar kacau. Bayangan saat Bara berada di atas Karin terus berseliweran di pikirannya.
Mimpi apa dia tadi malam hingga hari ini dia harus kejutkan dengan perselingkuhan sang suami dengan adik kandungnya sendiri.
Viona terus saja menangis sambil sesekali memukul- mukul dadannya yang terasa sesak. Ternyata selama ini dia begitu bodoh. Bisa- bisanya dia tidak curiga pada Bara dan Karin yang berselingkuh di belakangnya. Pantas saja mereka terlihat begitu dekat dan akrab. Viona pikir kedekatan mereka tidak lebih dari kedekatan sepasang adik dan kakak saja, tapi ternyata mereka mempunyai hubungan yang khusus yang sama sekali tidak disadari oleh Viona.
Sekarang Viona baru ingat beberapa hari lalu ketika dia menelpon Bara dia mendengar suara aneh dari mulut Bara, seperti sebuah desahan. Dan desahan itu tidak hanya sekali keluar dari mulut Bara, tapi berkali- kali. Bara bilang dia sedang kebelet pipis. Dia mengatakan pada Viona kalau dia merasa lega karena sejak tadi dia menahan pipis dan akhirnya bisa dikeluarkan dengan lega sehingga dia mendesah.
Ya ampun Viona baru sadar sekarang kalau saat itu Bara mendesah bukan karena sedang pipis, tapi dia sedang melakukan perbuatan menjijikkan bersama Karin. Pantas saja ketika Viona bertanya di mana Karin, Bara menjawab Karin sedang ada di bawah. Iya, Karin memang sedang berada di bawah tubuhnya saat itu.
Dan setelah itu Viona juga menelpon Karin, dia teriak dan mengatakan lehernya digigit nyamuk hingga merah. Dan ternyata nyamuk itu adalah Bara.
Viona benar- benar merasa bodoh. Kenapa dia tidak mencurigai hal aneh atas apa yang terjadi kemarin. Pantas saja hampir setiap hari Bara dan Karin pulang larut malam terus dalam keadaan tubuh terlihat leleh sekali dengan alasan lembur. Ternyata mereka lelah bukan karena capek kerja melainkan capek karena habis melakukan pergulatan panas.
Dan ketika Viona pergi ke Malang beberapa hari lalu, bi Yuni mengatakan kalau mereka tidak pernah pulang larut malam lagi. Ya tentu saja mereka tidak pulang larut malam. Mereka bisa bebas melakukannnya di rumah tanpa takut ketahuan oleh Viona. Bahkan mereka tega melakukan perbuatan hinanya di kamar milik Viona.
Viona terus berjalan sambil sesekali menyeka air matanya yang terus saja menetes di kedua pipinya. Dia tidak tahu harus pergi ke mana sekarang, ke rumah orang tuanya jelas tidak mungkin. Mereka pasti sudah tidur. Dia tidak ingin mengganggu mereka yang pastinya sedang capek karena perjalanan dari Malang ke Jakarta.
"Tin..tin..." terlihat sebuah mobil berhenti di depan Viona.
Viona tidak menghiraukannya dia terus berjalan dengan lunglai sambil menyeret kopernya. Tak lama kemudian seorang laki- laki keluar dari dalam mobil tersebut.
"Kak..." seru laki- laki tersebut yang tak lain adalah Brian.
Iya, Brian lah yang ditelpon oleh bi Yuni dan memberitahu kalau Viona pergi dari rumah. Brian yang sedang berada di apartement pun langsung pergi mencari Viona.
Viona menoleh ke sumber suara.
"Brian..." gumam Viona.
"Kak, ayo ikut denganku..." ucap Brian.
"Nggak Brian..." jawab Viona sambil menggelengkan kepalanya.
"Kakak mau ke mana...? Ini sudah malam, bahaya kalau kakak terus berjalan sendiri seperti ini..." ucap Brian.
"Ayo kak ikut aku..." ucap Brian sambil meraih koper dari tangan Viona dan menarik tangan Viona dengan lembut hendak menuntunnnya masuk ke dalam mobil.
Badan Viona diam tak bergerak ,dia berdiri mematung tidak mau mengikuti Brian. Brian lalu menoleh ke arah Viona. Brian melihat dengan jelas Viona menangis dengan pilu. Brian tak tega melihat itu. Kemudian dia memeluk tubuh sang kakak ipar.
Viona terus menangis di pelukannya. Brian mengusap punggung Viona untuk menenangkannya. Setelah dirasa Viona sudah mulai tenang, Brian lalu melepaskan pelukannya. Dia menghapus air mata di pipi Viona. Tanpa bicara apapun Brian menuntun Viona masuk ke dalam mobilnya. Lalu meletakkan kopernya di bagasi.
Tanpa menunggu lama Brian lalu melajukan mobilnya membelah jalanan raya.
Bersambung...