Terpaksa menikah dengan pria yang tak dicintai dan mencintainya
tifany larasati harus bergelut dengan perasaannya sendiri mempertahankan rumah tangganya.
demi keluarga yang diambang kehancuran tifany merelakan menikah muda dengan cavero abraham.
sosok angkuh dan egois yang tak mau melepas masalalu walaupun setelah menikah.
dengan semangat dan dukungan keluarga, tifanya menguatkan diri untuk tidak bercerai dari cavero.
bisakah tifany membuat cavero mencintainya atau hanya akan tetap menjadi pemilik raga tapi tidak hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan suka!
Seminggu berlalu sejak kedatangan mertuanya dan minggu ini cavero serta tifany diminta untuk menginap karena ada acara ulang tahun pernikahan mama melia dan papa hilman
Cavero sudah siap dengan menggunakan jas warna hitam dan duduk santai menunggu tifany keluar dari kamarnya
"ayo!" ajak tifany yang sudah siap dengan dress hitam juga sesuai dengan dresscode pesta
Cavero terdiam menatap bidadari yang baru saja keluar dari kamarnya dan membuatnya enggan untuk berkedip
"mau berangkat ngga?" tifany melihat cavero malah bengong tak menjawab ucapannya
"mas, jadi ke rumah mama ngga!" tifany kesal dan memukul lengan cavero dengan bantal di sofa cukup keras
"aduh! Apa-apan sih fan?" cavero baru sadar sejak tadi tak hanya terpesona tapu entah apa yang dibayangkan olehnya
"kamu yang apa-apaan! Ditanya malah bengong" tak mau kalah tifany balas membentak cavero
"iya ayo berangkat" cavero mengalah akhirnya karena memang ia terpana oleh istri yang sudah tiga bulan ini dinikahinya
di dalam mobil keduanya masih terdiam dan tak saling bicara, hanya mendengarkan musik yang menemani sepanjang perjalanan keduanya sampai di rumah orang tua cavero
Tifany turun lebih dulu dari mobil tanpa menunggu di bukakan oleh sang suami. Tamu pun cukup ramai berdatangan menghadiri pesta ulang tahun pernikahan mama melia dan papa hilman
Tak terkecuali juga orang tua tifany yang sudah datang lebih awal dan menunggu anaknya datang juga
"mami" tifanya berlari dan memeluk maminya, tentu saja ada rasa rindu karena sudah jarang sekali bertemu sejak menikah
"sayang malu ih sama cavero, masak masih kayak bocah" ledek mami yuanita
"sudah, sudah ayo temui mertuamu pasti sudah menunggu" papi malik mengajak anak dan menantunya menemui sang besan "dimana kadomu fan?" papi malik tak melihat tentengan dari anak dan menantunya
"oh iya aku lupa, mas ada di mobil bisa pinjam kuncinya?" tifany berniat mengambil sendiri kado yang sebelumnya dia buatkan khusus untuk sang mertua
"mas temani saja!" cavero pamit pada mertuanya untuk menemani istrinya mengambil kado untuk orang tuanya. Bahkan cavero juga tak tahu apa isinya karena memang tifany bilang ingin memberikan hadiah khusus dari tangannya sendiri
"hm, iya" tifany berjalan menuju halaman rumah dan membuka pintu mobil yang sudah tak dikunci oleh cavero
"mas bantuin" tifany susah mengambil kue yang cukup berat ditangan mungilnya dan berharap suaminya peka namun harus diminta dulu untuk membantu
Sebenarnya tifany sudah cukup menghindari cavero karena tak mau memiliki perasaan pada suami yang tak memiliki perasaan padanya
Namun terkadang perasaanya sulit untuk di kontrol jika cavero berada di dekatnya
"nah gitu bilang dong kalau butuh bantuan" cavero mengambil kotak kue dari tifany dan akan membawanya
tiba-tiba datang seorang wanita tak lain dan tak bukan "oh, jadi gini kalau aku keluar kota kamu mesra-mesraan sama istrimu, Bagus ya!" lidya datang dan marah-marah dan mendorong kotak kue yang cavero pegang
Brak
"aaaa!" tifany berteriak dan mencoba menyelamatkan kue namun naas sudah jatuh kelantai dan tek terselamatkan
Tifany membuka kotak dan didalamnya kuenya sudah hancur, sambil menangis tifany memungut kue yang dia buat dengan jerih payahnya
"lidya kamu ini kenapa? Ayo minta maaf" cavero menarik tangan lidya dan memaksa untuk minta maaf pada tifany
Bahkan lututnya terluka karena dressnya tak menutupi lututnya saat tifany tersungkur mencoba menyelamatkan kue buatannya
"jangan harap! Salah dia sendiri gat*l sama pacar orang" lidya membantah dan malah menghina tifany
"fan udah biarkan nanti biar dibereskan mba. Ayo masuk" cavero mengajak tifany masuk agar tak terjadi keributan lebih panjang lagi dan dilihat banyak orang
"lidya kamu pulang dulu besok kita ketemu lagi, jangan buat keributan disini" cavero mengusir lidya meski tak terima namun terpaksa ia menuruti cavero yang terlihat marah
Lidya tahu bagaimana seramnya cavero jika sudah marah. Dan sudah paham betul bagaimana sifatnya, sudah dua tahun lebih keduanya menjalin hubungan sejak peristiwa yang menimpa cavero dan lidya adalah penolong baginya
"fan, udah fan ayo masuk nanti biar saya yang jelaskan pada mama dan papa, ayo banyak orang yang lihat disini" tifany beranjak dan mengusap air matanya
Hatinya benar-benar hancur bahkan cavero membiarkan pacarnya merusak kue buatannya dan memintanya pergi begitu saja, dengan lutut yang terasa perih namun tak terlihat karena tertutup dressnya
"ma, pa maaf ya tifany ngga bawa kado buat ulang tahun pernikahan mama dan papa" tifany memeluk mama dan papa mertuanya merasa bersalah tak membawa kado
"ngga apa-apa sayang, jangan sedih mama dan papa sudah sangat bahagia kalian datang" mama melia begitu baik dan tak merasa kecewa
"tadi tifany buatkan kue yang bagus dan enak buat kado mama dan papa, tapi tadi cavero menjatuhkannya saat mengambil di mobil ma, pa maaf ya" cavero membela tifany sekaligus lidya
Dan bertanggung jawab atas perbuatan lidya yang mendorong kue untuk kado
"ya ampun sayang, makasih banyak ya sudah repot-repot" mama melia mengusap pipi tifany yang terlihat sedih dan habis menangis
"ada fotonya ngga fan?" mami yuanita ingin melihat hasil buatan anaknya yang katanya sedang les memasak
"ada ma, tadi pagi sempet tifany foto" tifany membuka tasnya dan mengambil ponselnya
"ini ma, pa buatan tifany" tifany memperlihatkan hasil karyanya, bahkan cavero juga belum melihat
apa yang sudah ia jatuhkan di halaman rumah
"bagus banget ini, pa lihat deh tifany buat kado seindah ini" mama melia memuji dan memperlihatkan pada suaminya
"iya bagus banget, makasih ya nak" papa hilman juga bangga dapat kado seindah itu meski hanya gambar
"kirimin fotonya nak, biar mama mau post di sosmed nanti pasti banyak yang suka" mama melia membuat tifany tak sedih lagi
Tanpa sadar tangan cavero memeluk pinggang tifany dan mendekatkan kedua tubuh mereka saling bersentuhan
mama melia memamerkan foto kue tifany pada teman-temannya yang lain dan ikut memuji menantunya itu.
"maaf ya karena saya ngga hati-hati kue mu jatuh" cavero dengan penuh kehangatan mengatakan pada tifany
"iya ngga apa-apa, harusnya aku yang bawa sendiri" tifany menyayangkan kenapa meminta tolong pada cavero
acara pun selesai tifany dan cavero diminta menginap di rumah mama melia. Dan orang tua tifany sudah lebih dulu pulang
"kalian istirahat saja, besok baru kita ngobrol lagi" mama melia meminta anak menantunya ke kamar dan istirahat
Tak ada waktu untuk berdebat tifany yang merasa kakinya tak nyaman segera mandi dan mengganti pakaiannya yang di pinjami milik adik cavero