S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23. SANDIWARA
"Ayo turun, kita bicara didalam." Ujar mama Zana setelah membuka pintu mobil untuk putranya.
Farzan hanya melirik sekilas lalu bergeser membuka pintu mobil disebelahnya, "Kalau kalian ingin mempengaruhi aku seperti Ramon yang sudah mempengaruhi kalian. Maaf, aku rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan." Ujarnya kemudian berjalan cepat masuk kedalam rumah.
Papa Farhan dan mama Zana menggeleng pelan, kemudian ikut menyusul putranya kedalam rumah.
"Farzan, ayolah kita bicara dulu. Ini juga demi kebaikanmu dan Elmira." Ujar papa Farhan dengan sedikit berteriak.
"Kebaikan apa? Itu hanya tentang kebaikan kalian berdua. Aku tidak menyangka Papa dan Mama akan menjadi egois seperti ini." Farzan terus mengayun langkahnya hingga ia mencapai tangga.
"Kalau kamu berhasil meyakinkan Elmira dan membuatnya jatuh cinta padamu. Mama akan menyiapkan pernikahan kalian setelah masa iddahnya selesai."
Ucapan mama Zana berhasil menghentikan langkah Farzan. Pria itu dengan cepat menoleh menatap mama dan papanya.
"Apa perkataan Mama kurang jelas? Apa perlu Mama ulangi lagi?" Tanya mama Zana karena putranya hanya diam mematung dianak tangga.
Farzan pun dengan segera menuruni anak tangga menghampiri mamanya.
"Sebenarnya apa maksud kalian berdua?" Farzan menatap mama dan papanya bergantian.
"Sebelumnya Mama seakan menentang jika aku berhubungan dengan El, tapi sekarang Mama...
"Itu hanya sandiwara," potong mama Zana dengan cepat.
"Sandiwara?" Farzan mengerutkan keningnya.
"Iya, itu hanya sandiwara didepan Ramon dan istri barunya itu." Ujar mama Zana. "Diperjalanan menuju pengadilan agama, Mama dan Papa sudah berdiskusi tentang kemungkinan yang akan terjadi di pengadilan nanti. Dan ternyata itu benar terjadi, bahkan lebih dari yang kami kira." Lanjut mama Zana sambil melirik suaminya.
"Iya Farzan," papa Farhan menepuk pundak putranya. "Ramon tidak akan membiarkan Elmira begitu saja. Laki-laki itu pasti akan melakukan sesuatu untuk menjatuhkan Elmira. Dan lihatlah tadi, dengan tanpa perasaan dia menghina mantan istrinya habis-habisan. Sekarang dia pasti merasa senang telah menjatuhkan Elmira. Tapi biarkan saja dia menikmati kemenangannya saat ini. Setelah itu kita akan memberinya kejutan."
"Kejutan?" Farzan benar-benar dibuat bingung oleh kedua orangtuanya itu.
"Iya, kejutan berupa undangan pernikahanmu dengan Elmira."
"Itupun kalau Elmira mau menikah denganmu," sambung mama Zana sambil menahan senyum.
Untuk beberapa saat Farzan masih dibuat tercengang. Ia tidak menyangka jika kedua orangtuanya itu ternyata hanya bersandiwara seolah tidak merestui hubungannya dengan Elmira. Ia hampir saja putus asa karenanya, tapi dibalik itu ternyata orangtuanya telah menyiapkan sesuatu yang bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya.
"Farzan, maafkan Mama ya. Mama tadi sudah menamparmu, apa rasanya masih sakit?" Mama Zana menyentuh pipi putranya yang masih terlihat memerah.
Farzan tersenyum sembari menggenggam tangan mamanya, "Lebih sakit saat Mama dan Papa berpura-pura tidak merestuiku bersama El." Ujarnya lalu mencium punggung tangan mamanya.
Sesaat kemudian Farzan kembali terdiam karena terpikirkan sesuatu.
"Ada apa Farzan? Seharusnya kau senang, bukan?" Tanya mama Zana.
"Jika yang dikatakan Ramon itu benar, El tidak bisa memberikan keluarga kita keturunan. Apa Mama dan Papa masih akan merestui aku bersamanya?"
Sepasang paruh baya itu saling melirik, kemudian menatap putranya sambil tersenyum tipis. "Masih ada adikmu, Fiona nanti akan memberikan cucu yang banyak untuk kami." Ujar papa Farhan.
"Tidak usah memikirkan itu, sekarang tugasmu hanya meyakinkan Elmira agar nanti mau menikah denganmu." Sahut mama Zana.
Ucapan mama dan papanya sudah cukup menjadi jawaban bagi Farzan. Bahwa kedua orangtuanya itu tidak mempermasalahkan kekurangan Elmira.
"Terimakasih Ma, Pa. Sekarang juga aku akan menemui El. Dia pasti sangat sedih sekarang, aku harus menghiburnya." Dengan begitu bersemangat Farzan hendak pergi, namun langkahnya ditahan oleh papanya.
"Sabar dulu, Farzan. Untuk hari ini, biarkan dia sendiri dulu. Jangan membuatnya syok jika mengatakannya hari. Besok-besok saja ya." Ujar papa Farhan.
"Iya Farzan, apa yang dikatakan Papamu benar. Untuk hari ini biarkan Elmira sendiri dulu." Tambah mama Zana.
Meski ingin sekali menemui Elmira, namun Farzan sebisanya menahan keinginannya itu demi kebaikan Elmira juga. Lagipula hanya hari ini saja, setelah itu ia akan bebas bertemu wanita yang dicintainya itu kapan saja.
.
.
.
"Ada apa, Bu?" Tanya Elmira yang melihat bu Sri nampak gelisah setelah menerima telepon.
"Anak ibu dikampung sedang sakit, kalau boleh ibu ingin minta izin pulang kampung." Ujar bu Sri sembari menggenggam erat ponselnya.
"Astaga, ya udah Bu. Kalau begitu sekarang juga ibu siap-siap."
Mendapat izin, bu Sri sangat senang. Ia langsung memeluk Elmira sembari mengucapkan kata terimakasih.
"Bu, kalau boleh aku ingin ikut Ibu ke kampung?" Ucap Elmira setelah pelukan mereka terlepas.
"Tapi,"
"Please, Bu. Izinkan aku ikut bersama Ibu ke kampung. Kata orang suasana kampung itu sangat indah, dan aku ingin menenangkan diri di sana." Elmira menatap Bu Sri dengan penuh permohonan.
"Aku juga bisa bantu ibu merawat anak ibu yang sedang sakit." Lanjutnya.
Bu Sri terdiam beberapa saat, "Baiklah kalau begitu. Tapi kalau nanti merasa tidak nyaman dikampung, mbak Mira bisa pulang duluan."
"Terimakasih, Bu." Ucap Elmira kemudian bergegas menuju kamarnya untuk bersiap-siap pula.
Dengan gesit Elmira mengeluarkan beberapa helai pakaiannya dari dalam lemari kemudian meletakkan diatas tempat tidur. Setelah mengambil beberapa keperluan lainnya dan mengumpulkan ditempat tidur iapun mengambil tas kecil yang ia bawa saat meninggalkan kediaman mantan suaminya.
Saat akan memasukkan pakaiannya kedalam tas tersebut, gerakan tangan Elmira terhenti ketika tatapannya tertuju pada sebuah benda berwarna silver didalam tasnya itu. Iapun meletakkan kembali pakaiannya diatas tempat tidur lalu mengambil benda didalam tasnya.
"Bukankah aku sudah mengembalikannya pada Mas Ramon, bagaimana kalung ini bisa berada didalam tasku?" Gumam Elmira sembari menatap kalung yang berbandul setengah hati itu.
Tatapan Elmira berpindah pada jendela kamarnya yang terbuka, iapun mengayunkan tangannya untuk melempar kalung itu keluar. Menurutnya ia tidak perlu menyimpan apapun lagi dari mantan suaminya itu. Dulu kalung itu sangat berharga baginya dari semua kemewahan yang diberikan Ramon. Tapi sekarang semuanya sudah tidak berarti lagi.
"Jangan dibuang," ujar Bu Sri sembari menahan tangan Elmira.
"Pernikahan kalian memang berakhir dengan pahit, tapi saat dia memberikan kalung itu pasti memberimu kebahagiaan yang tiada tara. Simpan saja untuk mengingatkanmu akan hal itu."
.
.
.
Selamat kelean kena prank. Yang merajuk sini author kasih kiss dulu 😘😘😘
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
kl saya asli Prembun,masih didaerah kebumen Jawa tengah.
salam kenal n selamat berkarya.
akun ini nama asli d tengah n akhir kurang depannya saja