“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33.
Gadisya sungguh malu, wajahnya memerah, 'sejak kapan ia terbangun, dia pasti menganggapku aneh karena berbicara seorang diri'. Gadisya bermonolog.
Tapi keterkejutan nya tak berlangsung lama, ketika kemudian Kevin dengan rakus melahap bibirnya, kemudian menyusupkan lidahnya ke rongga mulut istrinya, kedua lengannya masih memeluk erat tubuh Gadisya, hingga Gadisya tak bisa menolak ketika Kevin terus melancarkan aksinya.
Tak berhenti sampai di situ, Kevin kini menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Gadisya, dan mulai menikmati area yang belakangan ini menarik perhatiannya, hingga hembusan nafas keduanya semakin memburu, namun belum sempat ia melakukan hal yang lebih jauh, ia tersadar, dan mendongak menatap wajah Gadisya yang mulai tersapu gairah seperti dirinya saat ini.
"Maaf, aku terbawa suasana," ujarnya, yang kemudian beranjak.
Namun Gadisya menahan lengannya, "lakukan," seperti biasa, Kevin menangkap ketulusan pada tatapan Gadisya, "jika abang menginginkan nya," Gadisya menurunkan ego dan harga dirinya, berharap agar ia bisa benar benar menjadi istri yang sesungguhnya.
Tapi Kevin tak ingin lagi lagi memanfaatkan situasi, "Tidak, aku merasa akan menjadi orang sangat egois jika melakukannya, aku tidak mau lagi menambah luka diantara kita."
Sesudahnya, Kevin berjalan memasuki kamar mandi.
Gadisya? Jelas sangat terluka, lagi lagi Kevin mengingatkannya pada perjanjian mereka, terlebih tadi ia merasa sudah membuang jauh jauh harga dirinya di hadapan Kevin, tapi ternyata Kevin justru menolaknya.
🌻🌻🌻
Suasana pagi mereka begitu canggung, jika kemarin mereka mulai terlihat mengakrabkan diri, kali ini mereka seperti kembali mundur ke masa awal awal pernikahan yang diwarnai kebisuan, sekalinya berbicara justru pertengkaran yang terjadi.
Kevin sendiri bingung, tidak biasanya Gadisya diam, biasanya ia selalu bercerita ini dan itu, hingga suasana tak lagi sepi, tapi kini bahkan lebih sunyi daripada kuburan.
"Sya … "
"Segera siapkan dokumen perceraian nya, jadi jika sudah habis sisa 3 bulan kita, aku bisa segera menandatangani nya." Belum sempat Kevin berucap, Gadisya sudah bersuara.
Inilah Gadisya dengan perisai pelindung dirinya, ia tak ingin terlihat lemah didepan orang lain, semakin keras orang lain menginjaknya, maka perisai yang ia siapkan semakin tebal pula.
Deg
Tiba tiba dada Kevin bergemuruh menahan amarah, entah kenapa mendengar Gadisya mengucapkan perceraian, membuat emosinya tiba tiba naik.
Baru saja ia mulai terbiasa meminta ini dan itu pada Gadisya, bahkan terbiasa dengan genggaman tangan mereka, kini ia harus berhadapan dengan fakta bahwa ternyata jika Gadisya diam, terlihat lebih mengerikan.
Dan entah kenapa Kevin tak menyukai suasana ini, tapi … ia harus mulai belajar melepaskan,
Karena suka atau tidak kelak mereka akan menjalani hidup masing masing selepas 3 bulan.
Bahkan hingga mobil berhenti di tempat parkir, Gadisya masih juga tak membuka suara, hingga akhirnya ia masuk seorang diri, meninggalkan suaminya yang masih terdiam dengan berbagai pikiran berkecamuk.
"Maaf Sya, bukannya aku tidak mau, aku justru sangat menginginkan nya, tapi mengingat apa yang sudah kita sepakati, aku tak ingin kamu jatuh terlalu dalam seperti ku, bencilah aku, aku layak mendapatkannya, karena aku lah yang membuat semuanya menjadi semakin rumit."
🌻🌻🌻
"Bima, terima kasih sudah mengantarku," ujar Gadisya sebelum turun dari mobil.
Bima hanya tersenyum ramah, sejak dulu Bima memang seperti itu, cukup ramah, tapi tak bersikap berlebihan, membuat Gadisya kadang bingung mengartikan sikap nya.
"Aku langsung jalan yah?" Ujar Bima.
Gadisya mengangguk, dan melambai.
Tadi mereka bertemu di halte Bis, sebelumnya Gadisya ingin naik bis kota menuju kediaman mertuanya, namun di tengah menunggu, Bima yang akan kembali ke Twenty Five Hotel berhenti, dan menawarkan tumpangan, yah tidak ada salahnya menerima penawaran baik, toh perjalanannya jadi mudah dan cepat.
Gadisya berjalan memasuki gerbang utama kediaman Geraldy, seorang security mengangguk hormat melihat kedatangannya, "selamat siang Nona." Sapa kedua security tersebut."
"Selamat siang pak," balas Gadisya ramah.
Gadisya berjalan menuju pintu, sesampainya di dalam ia mengedarkan pandangannya, 'sepi sekali' pikirnya.
Tak lama ia melihat salah satu ART turun dari lantai 2, "eh, nona sudah datang?"
"Kok bibi tahu, aku akan datang?"
"Tadi nyonya sudah berpesan pada bibi, bahwa nona akan datang." Jawabnya.
"Oh …" Gadisya mengangguk anggukkan kepalanya.
"Oh iya nona, nona Emira sudah minum turun panas, tapi belum mau makan," Ujar ART itu.
"Memang bibi masak apa?" Tanya Gadisya.
"Bubur ayam nona,"
"Aku akan tanya dulu, barangkali Emira ingin yang lain,"
"Iya nona."
Gadisya pun naik ke lantai 2 menuju kamar Emira, sesampainya disana, ia melihat Emira tengah memeriksa ponselnya.
"Kakak ipar," sapanya dengan senyum ceria. "Terima kasih sudah datang, maaf aku merepotkan kakak."
"Tak masalah, aku suka direpotkan."
Gadisya pun ikut bergabung di tempat tidur Emira, kemudian memeriksa suhu tubuh gadis kecil itu. "Sudah agak reda demamnya, mau makan sesuatu?"
"Iya, aku ingin sup daging." Pintanya manja.
"Baiklah, kakak akan meminta bibi merebus daging lebih dulu."
Beberapa menit kemudian, Gadisya sudah kembali ke kamar Emira, ia memeriksa ponselnya sejenak, ternyata sudah kehabisan daya.
"Boleh Aku pinjam pengisi dayamu?"
Emira mengangguk, kemudian menyerahkan barang yang diinginkan Gadisya.
Segera setelah ponselnya menyala, sederet pesan dan panggilan tak terjawab memenuhi laman ponselnya, tentu saja itu panggilan dan pesan dari Kevin.
Sya kamu di mana?
Sya kok gak ada di apartemen?
Sya jawab dong.
Kenapa ponselmu juga mati?
Kalo ponselmu sudah menyala, telpon aku yah.
Deretan pesan itu membuat Gadisya tersenyum sesaat, rasanya sia sia ia cemberut sejak pagi, jika kini ia dengan mudah kembali tersenyum, hanya karena membaca pesan yang Kevin kirimkan.
Selepas jam praktek nya tadi, Stella menelpon nya, dan meminta Gadisya menjaga Emira yang sedang demam.
Tanpa pikir panjang Gadisya menyetujui permintaan Stella, hingga ia lupa memberitahu Kevin, bahwa ia langsung menuju ke kediaman keluarga Geraldy.
Setelah membalas pesan suaminya, Gadisya pun kembali bergabung dengan Emira.
"Ada Perlu apa mommy ke Singapura?" Tanya Gadisya ketika ia ikut merebahkan diri di sisi Emira.
"Mommy bilang, ada hal darurat, entah aku juga tak begitu jelas mendengar perkataan mommy.
"Kenapa kamu tidak ikut saja? Toh mommy pasti menggunakan pesawat pribadi papi kan?"
"Awalnya mom dan daddy ingin membawaku, tapi aku sedang ingin di rumah saja, lagi pula malam nanti mereka sudah kembali ke rumah, jika begitu, aku justru akan lelah di jalan."
Gadisya mengangguk.
Lama mereka terlibat obrolan, hingga keduanya sama sama tertidur.
Hari menjelang malam, ketika Gadisya terbangun, ia merasa tengah ada seseorang yang memeluk nya dari belakang, di lihat dari tangannya, yah tak salah lagi pasti ini suaminya.
'Sejak kapan dia datang?' Gadisya bermonolog, Gadisya mengusap lengan Kevin yang kini melingkar erat di pinggangnya.
Hembusan nafas Kevin bahkan terasa hangat menyapu tengkuk nya.
Gadisya segera bangun, karena teringat janjinya yang akan membuat sup daging untuk Emira.
.
.
.
.
Maapkeun othor gaes … ternyata bang kepin nya gak mau, kalah sama gengsinya 😂
.
.
.
.
Tapi bininya gak di apartemen, dia tetep nyariin tuh 😁😁
.
.
.
.
Jadi sampai jumpa esok di jam kunti 👻👻👻