Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehilangan
"Bun.... Air Hangat sudah siap belum .."
"Siapin ya... Ayah mau mandi..."
Haris meminta Mutia menyiapkan air hangat untuk dirinya mandi pagi ini. Semalam begitu menggelora dirinya, setelah lama tidak menguasai Mutia ternyata rasanya begitu indah dan candu.
Meski dengan Isak tangis Mutia malam tadi namun mungkin karena semenjak mengenal Kiara dirinya sudah tidak menyentuh Mutia jadi rasanya berbeda.
Dulu sebelum mengenal Kiara, Mutia nampak membosankan di matanya, namun semalam terasa berbeda begitu nikmat dan indah, rasanya ingin sekali mengulang apa yang semalam di rasakannya.
"Bun..." Panggil Haris.
"Bun... Udah siap belum, mandi bareng yuk..."
Panggil Haris pada Mutia dengan mata yang masih terpejam, Haris mengambil guling di sisinya lalu memeluknya, sisa keringat Mutia juga parfumnya masih menempel di sana, membangunkan sesuatu yang tertidur di bawah, ulasan semalam membangunkan hasratnya.
" Kenapa aromamu menggoda sih Bun..." Kata Haris sambil tersenyum memeluk erat gulingnya.
Haris menunggu beberapa waktu namun saat tersadar tidak ada gerakan atau suara gemericik air di kamar mandi Dia pun membuka matanya.
"Bunda... Bunda..." Panggil Haris memastikan.
Haris menyapukan pandangan, tidak ada siapapun, lalu melihat ke pintu kamar nampak kunci kamar menggantung di sana, Dia pun tersadar apa yang sesungguhnya terjadi semalam.
"Astaga... Shitttt" Harus menjambak rambutnya saat sadar sepenuhnya.
Haris bangkit dengan polosnya lalu berlalu ke Kamar Mandi. Di kamar mandi juga tersisa aroma tubuh Mutia isterinya yang entah kenapa selalu membangunkan hasratnya.
Setelah mandi Haris keluar untuk memaksimalkan baju kerjanya di ruang ganti. Tidak ada baju Mutia sama sekali di sana hanya baju semalam yang terongkok di bak sampah. Haris memungutnya lalu membawanya ke keranjang cucian beserta memunguti baju berserakan miliknya yang ada di kamar.
Mata Haris menangkap kertas putih di atas meja lalu menghampirinya. Dadanya terasa bergemuruh penuh dengan detak tak beraturan, bercampur rasa sedih, kecewa dan amarah yang menyatu di dalamnya.
Assalamualaikum...
Untuk Mas Haris
Maaf... Aku pergi.
Mungkin ini memang sudah suratan di Langit.
Usia rumah tangga kita mungkin memang hanya sampai di sini, ternyata Allah tidak menggariskan kita bisa berjalan sampai di janah-Nya.
Maaf aku tidak bisa terus berada di sisimu.
Kami pergi, semoga Engkau Bahagia.
Haris menggebrak meja itu lalu meremas kertas surat peninggalan Mutia yang ia tulis untuknya. Haris berlari keluar kamar, nampak sepi, semua orang yang ada di dalam Rumah tidak ada.
Haris masuk kedalam kamar anak-anaknya dan semuanya bersih tanpa sisa. Bahkan foto keluarga yang biasanya ada di meja masing-masing kamar anak-anaknya juga tidak ada.
Haris menuju ke lemari pakaian dan di sana semuanya kosong. Haris terduduk di lantai menahan sesak di dada, lalu dengan sedikit harapan Dia menuju ke kamar si sulung.
Haris sudah tidak punya semangat lagi, Dia hanya punya sedikit harapan, berharap Intan tinggal karena Intan yang paling dekat dengan dirinya meski kadang meluap-luap anaknya.
Haris masuk ke kamar di sana masih ada foto keluarga, ada sedikit perasaan lega di hatinya, lalu membuka lemari masih ada pakaian di dalamnya.
Haris ingin mengambil foto keluarganya yang masih tersisa di meja, namun saat sudah dekat Haris menemukan amplop warna abu-abu di sana, Haris pun mengambil dan membacanya.
Assalamualaikum
Ayah...
Saat ayah menemukan surat ini, itu tandanya kami semua sudah tidak ada di sisi Ayah lagi. Ayah memang yang membuat kami bisa Lahir di dunia. Terimakasih karena mu Aku bisa memiliki Bunda sehebat Bunda Mutia. Terimakasih juga karena mu kami tidak akan lagi memimpikan seorang Ayah.
Seperti kenangan yang ada di kamarku, Semua akan menjadi kenangan pahit.
Jaga dirimu.
Haris luruh dan lemas di lantai seketika, Air matanya mengalir, dadanya terasa sakit sekali hingga susah bernafas. Sesakit ini rasanya ternyata jika di tinggalkan orang-orang yang amat dia cintai.
****
Mohon tinggalkan jejak ya ...
😭 like, komen dan vote juga Favoritnya...
🙏🙏🙏🙏🙏🌷🌷🌷🌷
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat