Julian adalah Seorang Pemuda tanggung yang hidup sebatang kara setelah kedua orang tuanya meninggal. suatu hari Julian tersesat masuk ke alam lain yang tidak dikenalnya,Julian diselamatkan oleh orang tua misterius yang tinggal di atas Pohon. Orang tua ini yang ahirnya menjadi Guru Julian, dia diajarkan Ilmu Olah Kanuragan untuk membangkitkan Potensi kekuatan dalam tubuhnya yang tersembunyi.Berbekal Ilmu itu Julian kembali ke alam nyata dengan sebuah misi utama untuk mencari dan melindungi Keturunan dari Gurunya sewaktu hidup di dunia nyata. dari sini Petualangan Julian dimulai. cerita ini hanyalah Fiksi murni dari khayalan penulis. awal awal memang agak lambat karna Julian akan menjadi kuat,miliarder,mempunyai banyak wanita dan juga kuasa seiring waktu berjalan. jadi tetap ikuti dijamin seru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doskible, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
Pagi pagi Julian sudah keluar dari rumah dengan menyandang sebuah Tas ransel. Lama dia menatap Rumah yang selama ini Ia dibesarkan di sini. Mulai saat ini dia tak kan lagi tinggal di sini. Entah bagaimana lah kehidupannya ke depan. Yang jelas untuk saat ini dia akan meninggalkan Rumah dan desa Langkan ini untuk berangkat ke Ibukota.
Sebelum ke Bandara Julian menyempatkan dulu ke Rumah Pak Joko untuk pamit.
Di teras Rumah nya. Pak Joko Sendiri dan anaknya Lira sudah menunggu kedatangan Julian sejak tadi. Perasaan Lira sekarang campur aduk. Sedih,Bahagia,Cemas
Sedih karna dia akan ditinggalkan Lagi oleh Julian setelah sebulan menghilang tanpa kabar. Bahagia karna ahirnya Julian tidak akan menderita lagi seperti dulu, karna Lira telah mendengar cerita dari Bapaknya kalau Julian bakal jadi orang kaya. Cemas karna khawatir dengan keadaan Julian nanti di Ibukota yang terkenal dengan kehidupannya yang keras.
"Pagi Pak.. Pagi Lira.." Sapa Julian setelah sampai di depan Rumah Pak Joko.
"Pagi juga Nak Julian" Jawab Pak Joko.
"Pagi Jul..! Jadi kamu berangkat ke Ibukota..?" Tanya Lira lirih.
"Jadi Ra.. Kenapa..? Kamu mau ikut." Tanya julian.
Lira menatap Bapaknya sejenak dan menjawab.
Sebenarnya saya ingin ikut, tapi kalau saya ikut bagai mana dengan Bapak..? Saya Nggak bisa ninggalin Bapak sendiri di sini".
"Bapak sih Nggak masalah tinggal sendiri, masalahnya kamu kan masih sekolah.. Sebulan lagi kok kamu akan tamat dari SMA, Setelah itu baru Bapak izin kan ke Ibukota untuk lanjut ke jenjang kuliah." Sanggah Pak Joko.
"Iya Ra.. Kamu sabar dulu ya.. Nanti kamu bisa nyusul aku ke sana"
"Iya.. Iyaa." Jawab Lira dengan cemberut.
"Yaudah Pak,Ra, saya ke sini cuma mau Pamit. Do'ain saya berhasil di Kajarta ya".
"Iya Nak.. Bapak pasti akan Doain kamu..kamu baik baik di sana ya," Tukas Pak joko.
"Juliaan...!! " Panggil Lira dengan mata yang sudah basah tak tau sejak kapan.
"Peluk...!!" Lira tak memikirkan lagi Bapaknya yang ada di samping, dengan cepat dia mengangkat tangannya dan langsung mendekap tubuh Julian kemudian menangis sejadi jadinya di dada Julian.
Julian tak bisa berkata apa-apa. Dia tau Lira sangat menyukainya sejak lama,dari kecil mereka selalu bermain bersama dan tak mungkin perasaan itu tidak ada. Julian juga merasakan hal yang sama. Tapi dia sadar perbedaan diantara mereka. Julian hanyalah seorang Anak yatim piatu, dari segi ekonomi pun mereka tak bisa dibandingkan.
"Sudah...sudah..! nanti di Mobil aja lanjut pelukannya. Biar Bapak saja yang antar Nak Julian, takutnya nanti terlambat" Seru pak Joko sambil menggelengkan kepela melihat tingkah anak gadisnya.
Dia juga tahu kalau Lira sangat menyukai Julian, dia tak melarang hubungan mereka selama ini karna dia tau Julian Anak baik dan bertanggung jawab jadi tak masalah baginya.
Mendengar itu baru lah Lira melepaskan pelukan nya dari tubuh Julian. Julian lalu mengusap-usap kepala Lira dan mengacak-acak rambutnya untuk menenangkan Lira.
" Yuk berangkat!" Aja Pak joko
Kemudian meraka bertiga masuk ke mobil Xenia Pak Joko dan meluncur ke arah kota menuju Bandara.
Di dalam mobil Lira terus merengek manja sambil memeluk Julian, seakan tak mau melepaskannya. Kebetulan Lira minta Julian denganya duduk di belakang, sementara Pak Joko sendiri di Depan seperti seorang Supir. Pak Joko menurut saja kehendak anak Gadis semata wayangnya.
" Jul.. Hemmm... Aku nggak mau pisah sama mu, aku sayang kamu, kemaren aja kamu ngilang sebulan lamanya.. Kamu tau ngapain aja aku, aku cuma bisa nangis dan maksa Bapak untuk terus mencari mu.. Kalau nggak percaya coba tanya Bapak."
Julian sangat tersentuh oleh ucapan Lira. Sebegitu sayangnya kah gadis ini padanya, Julian cuma diam tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya sambil terus mengusap belakang kepala Lira. Jauh di lubuk hatinya juga sayang sama Lira. Sejauh ini sudah ada dua perempuan yang membuatnya jatuh cinta, dia teringat dengan Sun sang di desa Kuyang alam tersembunyi.
"Terimakasih Pak Joko udah banyak membantu saya, sayang belum tau bagaimana cara untuk mebalasnya nanti" Lirih Julian saat sudah di bandara dan ingin berangkat. Ko Jansu sudah berasamanya, saat sampai di bandara, Orang tua itu sudah menunggunya dari tadi.
" Ya Nak.. Kamu hati-hati ya di sana.. Jadilah orang baik." Pesan Pak Joko.
"Baik Pak" Jawab Julian.
"Lira.. Kamu ku tunggu di Kajarta ya" Ucap Julian kepada Lira yang sudah sedikit tenang setelah dibujuk Julian saat dalam perjalanan.
"Ya Jul. Kamu baik-baik ya. Awas... jangan main cewek di sana..!! Nanti kabari kalau sudah sampai." Ucap Lira dengan mata melotot sedikit mengancam.
"Emang kenapa kalau ada cewek yang suka sama ku.. Kan aku nggak salah.... Heheh..!!"
"Juliaaannnn......!!!! Awas kamu ya.." Sewot Lira dengan menghentakkan kakinya.
"Udah.. udah.. Lu Orang anak muda jangan bikin iri kami yang tua ini haiia.a.. Ayo Itu kita udah dipanggil karna pesawat mau berangkat.
Di dalam pesawat Julian hanya duduk diam.. Entah takut entah merenung, yang jelas ini pertama kali dia naik pesawat. Sejak pesawat lepas landas tadi tangannya tak lepas dari pegangan kursi di samping nya.
"Yasudah aku tidur aja kali ya" Gumam Julian dalam hati.
***
Di dalam kamar yang cukup besar dan mewah, di atas tempat tidur, seorang wanita muda dengan paras cantik, kulit putih bersih,Rambut panjang sebahu terurai dibiarkan begitu saja. Ia duduk dengan memeluk lututnya, sesekali tubuhnya berguncang seperti cigukan,matanya sedikit bengkak karna menangis sejak tadi malam.
Dia adalah Anggun Wijaya anak dari Pengusaha berlian terkenal di Ibukota Tirta Wijaya.
Sudah enam hari dia dikurung dalam kamar itu tak bisa kemana mana dan tak bisa berbuat apa-apa. Untuk menghubungi siapapun dia juga tak bisa, karna Hp nya di ambil oleh orang yang menyekapnya. Dia hanya bisa menangis,sesekali berteriak mita tolong, namun tidak ada satu orang pun yang datang menolongnya. Hanya saat jam makan tiba, seseorang membuka pintu untuk memberikan makanan dan minuman kedalam kamar.
Tapi dia juga tak bisa berbuat apa apa. Karna yang mengantarkan makanan adalah seorang pria tinggi besar. Pernah sekali dia coba melawan dan berontak untuk keluar, tapi yang dia dapat adalah pukulan dan tamparan keras di wajahnya.. Ahirnya dia hanya pasrah dan menangis lagi. Makanan yang diberikan hanya beberapa kali dia makan, jika rasa lapar sudah tak tahan lagi baru lah dia memakannya.
Dia tahu kalau rumah tempat dia disekap sekarang adalah Rumah teman dekatnya yaitu Jessi. Awalnya dia berada di sini karna ajakan Jessi untuk menginap dirumahnya. Sedikit pun dia tak merasa curiga kalau dia akan dikurung di sini, karna menginap di rumah Jessi sudah sering dia lakukan, bukan kali ini saja. begitu juga sebaliknya.
Bahkan Jessi juga sering menginap di rumahnya hingga berhari-hari.
Tapi kali ini dia tak menyangka sahabat yang selama ini paling dia percaya ternyata ada niat jahat padanya. Sungguh Anggun tidak tau apa maksud dari semua ini, karna sedikitpun keterangan dan informasi tak ada dia dapat. Terahir dia bertemu dengan Jessi 5 hari lalu karna Jessi juga tidur di kamar ini bersama dengannya. Paginya saat bangun dia tak melihat Jessi lagi sampai sekarang.
Cekrek...!
Tiba-tiba pintu dibuka, dan masuk seorang Pria kekar yang biasa mengantarkan makanan. Anggun menoleh dan diam saja tak bergerak dari tempatnya, karna dia tau siapa yang datang. Bagaimanapun dia tak kan bisa lari dari sini.
"Non.. Ada telpon untuk mu" Ucap Pria itu dan menyodorkan sebuah Hp pada Anggun.
Dengan cepat anggun menyambar Hp itu.
"Ha.. Halloo.. "
"Anggun..!!, apa kau baik-baik saja di sana..??" Tanya sebuah suara di sebrang sana.
"Papa..! Papa di mana..!! Tolong anggun Pa..!! Anggun disekap di Rumahnya Jessi. Anggun Mau Pulang Pa.. Cepat panggil Polisi dan Jemput Anggun Pa..." Ucap anggun dengan nada tinggi sambil menangis mita tolong.
Tapi tak ada lagi jawaban dari sebrang sana..
"Papa..!!! Papa..!!! Teriak Anggun.