Jeanette Archer, seorang wanita bersuami, menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria. Hal itu terjadi di acara ulang tahun adik kesayangannya.
Axton Brave Williams, yang anti pernikahan, menerima tantangan dari para sahabatnya untuk melepas keperjakaannya. Ia melakukan sebuah ONS dengan seorang wanita di sebuah klub.
Jean merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat dirinya menerima perlakuan suaminya yang semakin lama semakin acuh. Hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa suaminya telah mengkhianatinya jauh sebelum mereka menikah.
Sebuah perceraian terjadi, bahkan kedua orang tuanya mendukung ia berpisah, karena wanita selingkuhan suaminya tengah hamil. Di hari yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya tengah hamil akibat malam panas yang ia lewati.
Tak mendapat dukungan dari siapapun, membuatnya lari saat hamil dan kembali menikmati petualangannya di alam bersama anak dalam kandungannya. Hingga takdir membawanya kembali pada pria yang merupakan ayah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAMIL MUDA
1 bulan berlalu, Jeanette terus berusaha memahami Hansen yang belakangan ini mulai menjauh darinya. Suaminya itu jarang pulang ke rumah, tanpa pemberitahuan dan tanpa alasan yang jelas.
Jeanette tak ingin terlalu curiga karena ia sangat yakin pada Hansen yang ia kenal adalah sahabatnya yang sangat baik dan menghargai wanita.
Hari ini, ia akan mengunjungi adiknya, Jesslyn. 2 hari yang lalu, Dad Marcello dan Mom Gemma pergi ke Indonesia untuk menemui sahabat mereka di sana. Secara khusus mereka menghubungi Jeanette untuk melihat dan menjaga Jesslyn karena adiknya itu tak mau ikut dengan berbagai alasan yang tak jelas.
Jeanette masuk ke kediaman orang tuanya. Ia menyapa penjaga keamanan yang berada di depan. Matanya sedikit memicing ketika melihat sebuah mobil yang sangat ia kenali.
"Hansen? Mengapa mobilnya ada di sini?" gumam Jeanette.
Ia segera masuk ke dalam rumah. Tak ada siapapun di ruang tamu, begitu pula di ruang keluarga. Ia pergi ke paviliun belakang tempat para pelayan biasa berada jika pekerjaan di rumah utama sudah selesai.
"Bi, di mana Jesslyn?" tanya Jeanette.
"Tadi saya lihat Non Jess masuk ke dalam kamar tidurnya, Non," jawab pelayan lain yang tadi melihat Jesslyn.
"Baiklah. Oya, siapkan makan siang ya. Aku akan makan siang di sini bersama Jesslyn."
"Baik, Non."
Jeanette masuk kembali ke rumah utama. Ia naik ke lantai atas, menuju ke kamar tidur Jesslyn. Dari luar, ia mendengar suara suara yang membuat tubuhnya gemetar.
"Tidak, tidak mungkin!" ucapnya. Ia segera mengeluarkan ponsel dari dalam tas nya dan menghubungi suaminya.
Air matanya mengalir begitu saja ketika mendengar suara dering ponsel yang sangat ia kenali, berasal dari dalam kamar tidur adik kesayangannya.
Ia memejamkan matanya sesaat sebelum akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu. Ia menghapus air matanya dan menghela nafasnya. Ia akan mencoba bersikap biasa.
"Jess!" panggil Jeanette sambil membuka pintu kamar tidur Jesslyn.
Sepasang manusia tanpa pakaian, sedang berada di atas tempat tidur, sedang saling menghangatkan. Tiba tiba saja rasa sesak menghinggapi Jeanette, pandangannya kabur dan kepalanya pusing. Ia segera mencoba mencari pegangan.
"Kak! Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu?!" teriak Jesslyn yang langsung menutupi tubuhnya yang polos dengan selimut.
Melihat adik dan suaminya dalam satu kamar, satu ranjang, dan saling menghangatkan, membuat Jeanette memutar tubuhnya dan menutup pintu. Ia sudah cukup melihat kenyataan dan kebenaran tentang sesuatu. Selang 30 menit kemudian, Jesslyn turun dari kamarnya bersama dengan Hansen.
"Maaf Kak, kami lama. Kami harus menuntaskan dulu apa yang tertunda," ucap Jesslyn tanpa rasa bersalah sama sekali.
Hansen bahkan terus berada di belakang tubuh Jesslyn, tanpa keinginan mendekati Jeanette dan menjelaskan ataupun meminta maaf. Namun tiba tiba pria itu berkata,
"Aku mencintai Jesslyn."
Duarrr
Hati Jeanette seakan diremas dan diremukkan. Sakit, itu yang kini ia rasakan.
"Kalau kamu mencintainya, mengapa kamu menikahiku?" tanya Jeanette.
"Aku sudah berhubungan dengan Jesslyn sejak lama. Aku menjadi kekasihnya setelah 1 bulan kamu mengenalkannya padaku. Mengenai pernikahan kita, saat itu aku sedang bertengkar dengan Jesslyn dan aku marah. Karena itulah aku ingin membuatnya marah juga," jawab Hansen.
"Jadi, kamu menggunakan aku sebagai alat untuk membuatnya marah dan sakit hati? Kamu jahat, Han!"
"Tapi selama ini aku tidak menyentuhmu kan? Aku tidak merusakmu. Aku mencintai Jesslyn dan aku tak akan bisa mencintai siapapun selain dirinya."
Hansen membuat Jeanette jatuh, sejatuh jatuhnya. Ia telah membuat dirinya mencintai pria itu, tapi kini ia seakan dihempaskan begitu saja.
Jeanette seakan tidak dapat berpikir. Ia beranjak dari sana dan meninggalkan kediaman keluarganya. Saat ini ia hanya merasakan sakit karena merasa dikhianati oleh adik dan juga sahabatnya, bahkan sejak sebelum ia menikah.
"Bodoh! Kamu bodoh sekali, Jean!" Jeanette memukul kepalanya dan mulai menjauh dari kediaman orang tuanya. Ia memerlukan ketenangan saat ini.
*****
Beberapa hari berlalu, sebuah surat cerai berada dalam genggamannya. Hansen kini tepat berada di hadapannya dan menyerahkannya tanpa melihat ke arahnya. Jeanette hanya perlu membubuhkan tanda tangannya saja di sana, maka keduanya akan secara resmi berpisah.
"Kamu tidak bisa melakukan ini, Han," ucap Jeanette.
"Bisa, buktinya aku telah menyelesaikannya. Kamu hanya perlu menandatanganinya saja."
"Tidak, aku tidak mau!"
"Kamu harus mau."
"Tidak!!"
Hansen terlihat mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Setelah itu, ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Baiklah, ayo ikut denganku," ajak Hansen.
Jeanette akhirnya mengikuti Hansen. Mata Jeanette menyipit ketika melihat ke mana Hansen membawanya.
"Untuk apa kamu membawaku ke sini? Apa kamu ingin mengembalikanku secara langsung pada kedua orang tuaku?" tanya Jeanette.
"Turunlah dulu. Aku akan menjelaskan semuanya di dalam."
Saat Jeanette masuk ke dalam rumah, telah nampak kedua orang tuanya dan juga orang tua Hansen. Jesslyn juga melihat ke arah Jeanette dengan tatapan yang terlihat merendahkan diri kakaknya.
"Dad, Mom," sapa Jeanette pada orang tua dan juga mertuanya.
"Duduklah," ucap Dad Marcello.
Jeanette duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya, sementara kedua orang tua Hansen duduk di sofa samping. Hansen yang baru masuk setelah memarkirkan mobilnya, langsung duduk di sebelah Jesslyn.
"Dad ...," ucap Jeanette yang merasa bingung.
Hansen meletakkan surat perceraian mereka di atas meja dan memberikan bolpoin kepada Jeanette.
"Tanda tanganilah di depan mereka."
"Han, aku tidak mau bercerai!" ungkap Jeanette.
"Aku akan memaafkan semua kesalahanmu," lanjut Jeanette.
"Tanda tangani surat itu, Jean," ucap Dad Marcello tiba tiba, membuat Jeanette merasa bingung.
"Dad, aku tidak mau bercerai dengannya."
"Kalian harus bercerai karena Hansen akan menikah dengan Jesslyn secepatnya," ucap Mom Gemma.
"Mom?!"
"Aku sedang hamil, Kak. Kami harus secepatnya menikah atau anakku akan lahir tanpa seorang Ayah."
Duarrr
Kenyataan lain yang sungguh menyakitkan kembali hadir. Jeanette melihat ke arah kedua orang tuanya, ke arah mertuanya, dan juga pada Hansen dan Jesslyn.
"Sudah cepat tanda tangani, aku tak ingin cucuku lahir di luar pernikahan," ucap Mom Lena.
"Apakah kalian juga menginginkan aku bercerai dengan Hansen?" tanya Jeanette.
"Kami tidak terlalu peduli akan hal itu, yang terpenting saat ini adalah cucu kami. Kamu sudah setahun menikah dengan Hansen, tapi kamu belum bisa memberikan kami cucu," ungkap Mom Lena lagi.
"Cucu? Bagaimana aku bisa memberikannya pada kalian kalau Hansen tak pernah menyentuhku? Ia malah sibuk menyimpan benihnya pada adikku."
"Jean!" teriak Mom Gemma.
"Jean, tanda tangani saja surat itu, maka semuanya selesai. Kita tidak ingin memperpanjang masalah ini lagi. Lagipula bukankah Hansen juga tak merugikanmu?" ucap Dad Ruben.
Jeanette melihat ke arah mereka semua, kini tak ada lagi rasa bersalah dalam dirinya karena telah mengkhianati Hansen. Yang tinggal hanya kebencian pada semua yang ada di sana.
*****
Pulang dalam keadaan kecewa, membuat air mata terus keluar dari mata Jeanette. Ia tak menyangka bahwa keluarganya tak ada yang membela dirinya atau bahkan mengijinkannya mempertahankan rumah tangganya.
Bruggg
Tanpa sengaja, Jeanette yang tengah tak fokus pun menabrak pembatas jalan dan tak sadarkan diri. Ia dibawa oleh orang di sekitar menuju klinik terdekat. Matanya mengerjap dan ia bisa mencium aroma obat obatan, namun ia mendengar 2 orang sedang berbicara di dekatnya.
"Jaga dia, Sus. Saat ini pasien sedang hamil muda."
🧡 🧡 🧡
juga asal usul tokoh2nya...
sungguh mantap sekali ✌️🌹🌹🌹
terus berkarya dan sehat selalu 😘😘