Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 14
Irma dengan perasaan tak karuan tengah menunggu kedatangan Wandi di teras depan rumah ibu mertuanya. Benci, marah dan sakit hati kalau mengetahui tujuan suami dan keluarganya yang menemui Ningsih.
"Awas saja kamu, mas. Bisa bisanya kamu masih mengharapkan perempuan itu dan anaknya. Padahal kita sudah punya anak dan kini aku tengah hamil anak kedua. Aku tidak terima diperlakukan kayak begini sama kamu, kurang ajar!" Umpat Irma dengan dada berdenyut keras, sudah satu jam lebih dia menunggu, hanya duduk di amben yang ada di teras rumah Bu Patmi. Para tetangga desa Bu Patmi enggan untuk menyapa Irma, mereka semua tau kalau Irma adalah istri siri Wandi, wanita yang jadi perusak hubungan rumah tangga Wandi dan Ningsih.
"Kenapa kamu ada disini, Ir?" Sapa Wandi saat motornya memasuki halaman rumah sang ibu, dan mendapati Irma yang sudah ada di teras bersama anak lelakinya.
"Jangan kasar kasar kamu, Wan. Istrimu sudah jauh jauh kemari untuk menemui kamu, malah kamu nanyanya gak enak begitu. Irma, ayo masuk. Maaf kalau kamu harus menunggu kami semua, soalnya kita lagi ada keperluan penting tadi. Ayo masuk, nak." Bu Patmi dengan sangat lembut mengajak Irma masuk ke dalam rumah, dia memang selalu bersikap berlebihan pada Irma. Karena Irma sering memberikan uang dan juga barang barang yang Bu Patmi mau.
Wandi membuang nafasnya kasar, kesal dengan Irma yang tak bisa di nasehati. Wandi sudah memintanya untuk tetap diam dikontrakkan, tapi justru menyusul ke kampung orang tuanya.
"Kenapa tadi kamu gak bilang kalau mau nyusul kesini?" Kembali Wandi bertanya dengan hati yang dongkol.
"Kalau aku ngomong, pasti kamu tidak akan mengijinkan. Karena niatmu memang untuk bertemu dengan mantan istrimu itu. Apa kamu sekarang sudah puas, sudah bisa menatap wajahnya lagi?" Sindir Irma yang membuat Wandi semakin kesal, cemburunya selalu tak beralasan. Padahal Wandi sudah menjelaskan kalau dia datang menemui Ningsih hanya untuk mengambil Salwa.
"Kamu itu selalu saja berpikiran negatif. Aku sudah bilang kalau aku ingin membawa Salwa, agar dia sekolah dan tinggal disini sama ibu. Bukan untuk melihat Ningsih dan merayunya. Jangan berpikir yang membuat hatimu sakit sendiri. Orang kok sukanya cemburu gak jelas, capek lama lama ngadepin kamu." Sungut Wandi yang langsung berdiri meninggalkan Irma. Wandi lebih memilih pergi kerumah temannya dan akan memancing ikan di empang.
"Sudahlah, kamu harusnya tidak cemburu sama suami kamu, Irma. Dia itu benar, kalau niatnya untuk menjemput Salwa biar dia ikut dan tinggal bersama ibu disini. Kamu tau kan, kalau ibu sudah semakin tua, dan dirumah sendirian. Kalau ada Salwa kan enak, bisa bantu bersih bersih, bisa disuruh kesana kemari, dia sudah besar juga. Tapi sayangnya, Ningsih tidak memperbolehkan Salwa ikut dengan kami. Dasar perempuan sombong dan egois." Bu Patmi berusaha untuk memberikan pengertian pada mantu kesayangannya itu.
"Iya, Bu. Maafkan Irma, ya. Tadi Irma bawa oleh oleh buat ibu, itu ada dalam kardus samping pintu." Sahut Irma yang langsung lega mendengar penuturan Bu Patmi.
"Wah, kamu memang mantu idaman. Kamu tau bagaimana cara bersikap dan memperlakukan orang tua. Tidak salah kalau Wandi lebih memilih kamu dari pada si Ningsih sombong itu." Bu Patmi langsung membuka kardus yang dibawa Irma. Matanya melotot menatap banyaknya jajanan yang dibawa oleh Irma.
"Ya, ampun Irma. Ini banyak banget jajannya. Dan semua kesukaan ibu loh. Boni, bawa kardus ini ke meja dapur." Pekik Bu Patmi sumringah, dan Irma sangat senang karena ibu mertuanya begitu menyanjungnya.
"Ir, ibu mau ngomong sama kamu. Tapi kamu harus jawab jujur, dan tidak boleh marah ya. Karena ini demi kebaikan rumah tangga kalian." Sambung Bu Patmi yang kembali duduk di samping Irma dengan membawa bolu kukus di tangannya.
"Bicara soal apa, Bu? Ibu bicara saja, aku gak mungkin marah sama ibu." Balas Irma penuh dengan kelembutan, Irma ingin membuat mertuanya makin menyayangi dirinya, karena Irma sangat ingin jadi mantu idaman dan dinikahi secara hukum oleh Wandi.
"Apa Wandi pernah mengatakan kata talak ke kamu, Ir?" Tanya Bu Patmi hati hati, takut jika nanti menantu kesayangannya tersinggung dengan pertanyaan darinya. Sedangkan Irma langsung menatap Bu Patmi dengan wajah mengerut.
"Kenapa ibu tanya begitu?" Balas Irma yang bingung harus jujur atau tidak pada mertuanya.
"Kamu jawab saja, karena ini demi kebaikan hubungan kamu dan Wandi. Tidak usah ditutup tutupi, kalau memang Wandi pernah menalak kamu, harusnya kalian bisa nikah ulang lagi, agar hubungan kalian berkah." Sahut Bu Patmi serius, membuat Irma jadi salah tingkah.
"Memang benar, Bu. Mas Wandi pernah bicara cerai ke aku enam bulan yang lalu. Kami sempat tidak bertemu dan tidak komunikasi selama satu bulan lebih. Tapi tiba tiba mas Wandi datang lagi dan kami berhubungan seperti biasa sampai sekarang. Lagian kita ini suami istri, mungkin waktu itu mas Wandi sedang kesal, jadi dia gak sengaja bilang cerai. Irma memaklumi semua itu, Bu." Sahut Irma dengan entengnya, tanpa berpikir jika yang dilakukan adalah sebuah kesalahan besar dan jatuhnya dosa. Bu Patmi hanya bisa menghembuskan nafasnya dalam. Menatap mematung pada menantunya yang bahkan tidak ada beban sama sekali dengan hubungan pernikahannya yang sudah keliru.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Dendam terpendam seorang istri
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tamat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
sekedar saran utk karya2 selanjutnya, kurangi typo, dan di setiap ahir bab jgn terlalu banyak yg terkesan menggantung.
semoga smakin banyak penggemar karyamu dan sukses. terus semangat.. 💪😊🙏
mksh ka/Kiss/sumpah ceritanya bagus buat candu
entah apa hukumnya wandi mentalak irma tanpa saksi juga ..syahkan cerainya. ktnya hrs dpn saksi jatuhin talak