10 tahun Anna dan Alam menikah dan mereka tidak pernah bertemu sekalipun, karena Anna harus melanjutkan pendidikan dan pengobatannya di Luar negeri.
Dan disaat Anna kembali, pernikahannya harus disembunyikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DASW BAB 22 - Dokter Samantha
"Ku kira kamu sudah pergi," ucap Anna, dia melepaskan diri dari dekapan Alam dan memilih duduk disalah satu kursi meja makan. Melihat hidangan diatas sana dan membuatnya berselera untuk makan.
Alam mengikuti Anna, menarik satu kursi dan duduk disebelah istrinya ini.
"Harusnya mandi dulu sebelum datang kesini, atau setidaknya cuci wajah mu."
Anna mendengus, mulut Alam kalau bicara memang tidak ada saringannya.
"Tanpa cuci muka juga wajahku tetap bersih." Seloroh Anna.
"Benarkah? lalu apa diujung matamu itu?"
Anna menoleh dan menatap Alam sengit, dia tahu Alam hanya menggodanya.
"Diamlah, biar ku bersihkan," ucap Alam.
Anna hanya diam saat wajahnya dirangkul oleh dua tangan besar Alam. Dia memejamkan mata saat Alam mulai membersihkan kedua sudut matanya. Tidak ada apa-apa disana, Alam ingin mengamati wajah istrinya.
Wajah Anna yang sangat cantik.
"Sudah, dan ini upahnya." Alam kembali mengecup bibir Anna dengan kedua tangannya yang masih menangkup wajah istrinya.
Alam melumaatnya lembut hingga membuat Anna membuka sedikit bibirnya. Tubuh mereka terasa tersengat, Alam semakin tidak bisa mengendalikan diri.
Namun tidak ingin terburu-buru, akhirnya dengan terpaksa Alam melepaskan ciuman itu.
Mereka berdua lantas sarapan bersama, sarapan dalam diam dan canggung yang begitu kentara.
Siang datang.
Alam dan Anna pergi ke rumah sakit dengan mobil masing-masing. Mereka beriringan dan masuk ke area parkiran khusus dokter.
Alam lebih dulu turun, sementara Anna masih duduk di kursi kemudi dan melihat suaminya itu lebih dulu masuk ke dalam rumah sakit.
Alam yang menyadari Anna belum turun pun hanya melirik, kemudian melanjutkan langkah tanpa berbalik.
Disana Anna langsung menghubungi dokter psikiater yang selama ini menangani phobianya nya di LN, Dokter Samantha.
Dipanggilan pertama, telepon itu langsung terhubung. Anna adalah pasien yang spesial bagi Samantha, karena itulah tiap kali ada panggilan dari Anna, Samantha akan segera menjawabnya.
"Halo dokter Anna," sapa Samantha, dengan tersenyum ketika menjawab panggilan itu.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Samantha lagi.
"Dok, selama ini aku sangat membenci Alam, tapi kenapa sekarang saat aku bertemu dengan dia, hatiku seperti tidak bisa membenci?" tanya Anna.
Di ujung sana senyum Samantha semakin terkembang.
"Selama ini pikiranmu lah yang membenci dia dokter Anna, tapi tidak dengan hatimu. Kamu mengalihkan rasa takut akan darah dengan membenci Alam. Kamu pupuk kebencian itu untuk bisa sembuh, harus sembuh agar kamu bisa mengambil semua yang Alam punya. Tapi itu hanya ada di pikiran mu, bukan hatimu."
Anna terdiam, menyentuh dadanya seolah meraba hati yang tadi pagi berdebar.
"Apa jika aku bersamanya, Phobia ku akan kembali kambuh?"
Samantha terdiam, memberi jeda sampai akhirnya kembali buka suara.
"Tentang hati itu sangat sulit untuk dipahami dokter Anna. Saat bahagia mungkin kita bisa baik-baik saja, tapi saat kecewa bisa juga membawa kita ke titik terendah."
Kini Anna yang terdiam, hatinya tiba-tiba gamang.
Panggilan itu terputus meninggalkan perasaan yang entah. Karena ragu kembali memenuhi hati Anna. Tentang bisakah dia dan Alam bersama?
Dia menarik dan membuang nafasnya pelan, mencoba tenang. Anna juga kembali meminum obatnya yang tersimpan di dalam tas.
Lalu turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit, berjalan seolah dia sedang dalam keadaan baik-baik saja.
Tidak ada yang tau jika hatinya sesak.