"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."
Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8.Patner Tiger Hou
Tuan Vengsier Eiger berusaha tersenyum, mendengar ucapan Bahama Putra yang bernada nggak suka pada julukan baru yang telah diberikan olehnya. Namun, Bahama nggak menyadari, bahwa ucapannya itu sudah menyinggung Tuan Besar Sang Penguasa yang duduk tenang di hadapannya.
"Apakah kau keberatan dengan julukan yang kuberikan Tiger Ba?"
"Oh? Ti tidak, hanya saya belum terbiasa saja Bos. Berlalu nya waktu, saya pasti akan terbiasa juga. Karena julukan yang Bos berikan memakai nama hewan sih...."
Balasan yang panjang lebar keluar dari mulut Bahama telah membukakan mata Tuan Vengsier Eiger, bahwa pemuda yang baru bergabung dengannya ini benar-benar nggak menyukai julukan yang sudah diberikan nya.
"Baiklah, lupakan saja julukan itu. Jika tidak membuatmu senang. Aku akan tetap memanggilmu Ba!!"
Ucapan tegas pun muncul dari bibir Sang Penguasa. Sekali lagi, Bahama dibuatnya tercengang tanpa bisa berkata-kata. Bahama merasa bersalah, sudah mempermasalahkan julukan yang tak penting itu. Apa arti sebuah julukan baginya? Bila dirinya hanya berstatus sebagai seorang budak belaka. Demi tujuan besar, dia harus bertahan menapaki jalan berduri sekali pun. Asalkan ambisi balas dendam nya bisa terwujud.
"Maafkan saya, Bos. Julukan apapun yang Bos berikan, saya dengan senang hati menerima nya."
Akhirnya Bahama sadar dan menunduk hormat ala bangsawan kepada Rajanya. Tuan Vengsier Eiger menerima hormat itu dengan melambaikan tangan kanannya. Bahama pun bernafas lega, karena sikapnya yang melunak telah membuat hati Sang Penguasa berkenan.
Dalam beberapa menit, ruangan itu berubah sunyi. Bahama nggak tahu harus bicara apa untuk memulai sebuah percakapan setelah pembangkangannya yang sedikit. Tuan Vengsier Eiger pun memahami kegundahan pemuda di hadapannya tersebut. Lalu....dengan suara khas yang tegas dan penuh tekanan, bisa dibilang diktator....beliau pun berkata....
"Sekarang, temui anak buahmu!! Aku sudah bicara pada mereka! Untuk hari ini, kau boleh memerintah apapun pada mereka!!"
"Hah? Anak buah? Apakah saya berhak memerintah mereka, Bos??"
Pertanyaan Bahama dengan nada nggak percaya, ditanggapi santai oleh Beliau. Bahama pun menatap tajam dan memperhatikan dengan seksama perubahan yang terjadi pada raut muka Tuan Vengsier Eiger.
"Apa perlu ku ulangi lagi?" Tanya Beliau serius.
"Sa saya mengerti, Bos!!"
"Apakah kau bersedia melakukan nya?! Hancurkan Club' Malam itu!!"
"Hah? A apa?!"
Lagi-lagi Bahama tersentak nggak percaya. Hatinya bersorak gembira. Dia nggak percaya, bila hal itu harus terjadi secepat itu. Balas dendam awal, sudah menanti kehadiran nya. Bahama berusaha menyembunyikan rasa senangnya.
"Bukankah kau ingin balas dendam pada orang-orang yang telah menghajarmu?"
Pertanyaan Tuan Vengsier Eiger langsung menyadarkan lamunannya. Dalam sekejap, ekspresi lantang ditunjukannya.
"Ya!! Saya mau menghancurkan Club' itu!!"
Jawaban lantang tanpa ragu-ragu, membuat Tuan Vengsier Eiger tersenyum gembira. Hatinya bangga pada sikap tegas dan pantang takut mati yang ditunjukkan oleh bawahan barunya itu.
Sementara Bahama kembali sibuk dengan lamunan yang mendadak muncul. Wajah Lou Meiyer Antaga kembali menari-nari di dalam benaknya. Bahama pun berubah sedih, namun dia segera sadar. Perasaan sedihnya nggak akan bisa mengubah keadaan. Bara api dendam pun kembali menyala. Dia sembunyikan rapat-rapat perasaan membara itu untuk sementara waktu.
"Ingatlah selalu, Tiger Ba!! Jangan sekali-sekali berniat mengkhianati ku!! Jika kau melakukan nya, kau pasti tahu akibatnya!"
Bagai seorang Dewa, Tuan Vengsier Eiger bisa membaca pikiran lewat perubahan sikap yang terjadi pada raut muka Bahama. Bahama pun kembali tersentak, namun dia pun mahir berakting menyembunyikan semua kebenaran dihadapan Sang Penguasa.
"Mengkhianati? Nggak akan saya lakukan itu, Bos!! Saya akan setia seperti bawahan Bos lainnya!!"
Jawaban tegas pun keluar dari mulut Bahama. Argumentasi nya mampu membuat Tuan Vengsier Eiger mempercayainya. Sembunyikan tandukmu pada kulit yang paling dalam, dan jangan munculkan sembarangan jika niat hati yang sebenarnya nggak ingin ketahuan. Filosofi itu akan selalu Bahama pegang seumur hidupnya.
"Baiklah, sekarang pergilah!! Tiger Hou!! Kemarilah, pandu Tiger Ba menemui para bawahannya!!"
Tuan Vengsier Eiger langsung memanggil bawahan bayangan handalnya. Lagi-lagi, Bahama tercengang nggak percaya. Ruangan yang dikiranya hanya ada mereka berdua, ternyata ada ribuan bawahan bayangan yang siaga melindungi Sang Penguasa di hadapannya. Pria kekar dan gesit dengan ilmu bela diri yang mumpuni yang dipanggil Tiger Hou itu secepat kilat melesat di hadapan beliau dan langsung duduk bersimpuh memberi hormat.
"Siap laksanakan, Bos!!" Jawabnya singkat tanpa basa-basi lagi.
"Tiger Ba, ikutlah dengannya!! Lakukan apapun yang kau inginkan!! Balas dendam lah sepuas mu!! Lalu kembali lah kesini, untuk menerima tugas penting dariku!!"
Tuan Vengsier Eiger berbicara dengan nada diktator lagi. Menekankan diri, bahwa jangan berbuat kesalahan sedikit pun selama menjalankan perintahnya. Karena, bawahan bayangan nya siap siaga mencincang Bahama menjadi puluhan bagian. Pembalasan itu kejam, namun kehati-hatian lebih utama dalam ambisi Bahama.
"Baik, Bos!!" Jawab Bahama sambil memberi hormat dan mengepalkan kedua tangannya, pertanda bahwa dia sanggup menjalankan perintahnya.
"Sebelum pergi, bersihkan dulu badanmu!! Kita memang mafia, tapi bukan mafia Kumal. Melainkan mafia kelas atas!! Tiger Hou, bawa Tiger Ba ke Bibi Chan!!"
Perintah Tuan Vengsier Eiger dengan tegas, tanpa mau dibantah sedikit pun. Tiger Hou pun mengangguk hormat sebelum mengajak Bahama pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Ki kita mau kemana?" Tanya Bahama yang heran bercampur bingung.
"Ke tempat Bibi Chan!" Jawab Tiger Hou singkat, sambil melangkah keluar.
"Dalam sehari, rasanya aku seperti mimpi. Berpetualang ke beberapa tempat dalam satu bangunan. Setelah ini, mau dibawa kemana lagi ya?"
Bahama seolah bicara pada dirinya sendiri. Karena dia tahu, pria yang berjalan di depannya ini, sikapnya jauh lebih buruk dari Handrille. Aura pria ini nggak mudah disentuh, apalagi diajak kompromi. Sikapnya sangat dingin dan kesannya cuek yang hampir sempurna!
"Jika mau selamat, tutup saja mulutmu!!" Gertak Tiger Hou dengan tegas dan tajam.
"Aku bukan robot!! Bicara adalah hakku!! Aku bukan anak buahmu!! Jadi, jangan sok mengaturku!!"
Bahama nggak mau mengalah apalagi mengikuti semua larangan yang dituturkan oleh Tiger Hou. Tiger Hou pun langsung diam dan melanjutkan jalannya.
Sementara di ruangan keemasan itu, Tuan Vengsier Eiger duduk tenang di singgasana nya. Beliau tidak mau beranjak dari kursinya. Mata tajamnya tertuju pada monitor yang tak terlihat oleh semua orang. Beliau tersenyum saat melihat dan mendengar obrolan dua Tiger anak buahnya itu.
"Jadilah bayanganku Tiger Ba!! Musnahkan semua penghalang yang menjadi duri dalam perjalanan mu!! Lalu, jadilah orang tanpa belas kasihan, bahkan orang yang tak punya lagi hati nurani!! Hahahaha, jadilah bonekaku Bahama Putra!!"
Suara tawa membahana, terdengar di ruangan keemasan itu. Tawa Sang Penguasa terdengar begitu menyeramkan. Suara tawanya bagai suara halilintar yang menggelegar menakutkan. Bahkan bila ada yang pernah tahu Raksasa, suara tawa itu mirip dengan suaranya. Siapa pun bergidik saat mendengar tawa itu.