Jaka Satya yang berniat menjadi seorang Resi, diminta Raja Gajayanare untuk bertugas di Sandhi Ponojiwan, yang bermarkas di kota gaib Janasaran.
Dia ditugaskan bersama seorang agen rahasia negeri El-Sira. Seorang gadis berdarah campuran Hudiya-Waja dengan nama sandi Lasmini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusup
"Simpan dahulu sanjunganmu itu! Apa jabatan yang dipegangnya?" Satya bertanya.
Volkan tampak ragu, pandangan matanya mencerminkan keengganan. "Maaf saja . .. hal itu mungkin rahasia."
"Kalau kau memang mengaku sebagai sekutu ungkapkan rahasia itu!" desis Satya sambil memegang gagang kerisnya.
"Hei, tunggu. Sebentar. .. kau tahu, aku tak berwenang untuk...."
Suara Lasmini bernada penuh ancaman ketika berkata pada Satya: "Sat, seret saja manusia jelek ini ke lorong dan kita habisi di sana!"
Wajah Volkan langsung berubah pucat.
"Baik.... baik! Jenderal Abdurrahman adalah Panglima Divisi Kavaleri."
Sebuah Dịvisi tempur!"cetus Satya. "Apakah Kesatuannya ditugaskan di Pysrus?"
"Kukira demikian. Meskipun biasanya ditugaskan di Cippadocia, wilayah Kirtu Tengah.
Satya memutar salah satu nomor telepon dan setelah berbicara beberapa saat ia kembali ke meja.
"Divisi Jenderal Abdurrahman dalam satu atau dua hari ini akan ditarik ke daratan untuk perputaran tugas rutin." Ia menjelaskan.
Lasmini melihat ketegangan yang tercermin pada wajah Satya, "Apakah hal itu merupakan berita buruk?"
"Ya, bila Abdurrahman memanfaatkan pasukannya untuk mendarat di Rahbain." Mata Satya berubah semakin kelam dan murung.
°Oh, seandainya saja aku mengetahui pembicaraan antara Pangeran Hatir dan Jenderal Abdurrahman..."
Lasmini mengepalkan tinjunya.
Satya bergumam seolah pada dirinya sendiri.
"Bila sekelompok orang mempunyai rencana untuk menciptakan suatu sejarah seringkali mereka membuat catatan. Menyusun jurnal, mengadakan koresponden..."
"Apa sebenarnya yang kau pikirkan?" Volkan bertanya dengan pandangan tak mengerti.
"Mari kita menyusup ke ruang kerja rumah Jenderalmu itu, Volkan! ' cetus Satya.
"Mungkin kita akan dapat mengetahui warna asli dari patriotismenya itu!"
...*****...
"Kita dapat melumpuhkan penjaganya," ujar Lasmini.
"Apa yang menjadi masalah, Sat?"
"Kita tak menginginkan kesulitan dengan pihak berwajib setempat. Bila terjadi kericuhan pasti pihak Keamanan akan memburu kita, Lasmini!"
Kuda kereta sedang memakan rumput di pinggir taman. Satya telah menempatkannya di sebuah taman yang terletak di seberang rumah Jenderal Abdurrahman.
Sebuah kereta lain melintas ke jurusan lain, Satya, Lasmini dan Volkan diam membeku ketika cahaya lampu menyapu mereka.
"Patroli Pengaman pasti akan muncul dan mengajukan pertanyaan bila kita berlama-lama di sini," Lasmini memberikan tanggapan.
"Dan kita tak mempunyai jawaban alasan yang kuat," Volkan menambahkan.
Satya berpikir selama beberapa saat kemudian membuka suara.
"Lasmini, kau turun bersamaku
"Bagaimana dengan aku?" tanya Volkan.
"Kau menjemput kami nanti. Aku tak tahu berapa lama yang dibutuhkan. Mungkin sekitar setengah jam pokoknya tak lebih lama dari pada itu." ujar Satya sambil melangkah turun dari kereta. Udara malam terasa sejuk mengelus tubuhnya.
Lasmini merapikan pakaiannya sambil berdiri di sisi Satya yang mem bungkuk berbicara pada Volcan,
"Putarlah keretanya di sekitar sini, tapi jangan sampai menarik perhatian orang lain."
"Kau membuat kekeliruan karena tak mengajakku ikut serta. Volkan menggerutu perlahan.
"Aku lebih senang cara ini," Satya menanggapi sambil mengawasi ke arah persimpangan yang berada di belakang kereta kuda.
"Huh, apa untungnya membawa wanita?" Volkan menggerutu lagi.
"Aku rasa, Lasmini lebih baik ketimbang yang kau sangka, komentar Satya sambil beranjak pergi ke arah sudut taman dengan didampingi oleh Lasmini.
Kereta kuda yang dikemudikan Volkan meluncur meninggalkan mereka.
"Bisa-bisa Volkan membawa pihak berwajib untuk menyergap kita, Sat. Apakah pernah kau pikirkan hal itu?"
Dengan tenang Satya menjawab: "Tentu saja!"
"Aku lebih senang dia ikut bersama kita sehingga selalu dapat mengawasinya," sambung Lasmini.