Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.
Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.
Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.
"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.
"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.
Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?
Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.
"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.
Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Kedatangan Manaf
"Pagi, Mahreeen," suara lembut Manaf terdengar begitu akrab, membangunkan Mahreeen dari lamunannya. Dia berbalik dan terkejut melihat Manaf sudah berdiri di sana, menyapanya dengan senyuman hangat.
Mahreeen berkali kali mengedipkan matanya, seolah tak percaya Manaf benar benar ada di hadapannya. Wajahnya memancarkan kebingungan campur haru. Melihat ekspresi itu, Manaf tak bisa menahan tawa, tawanya ringan, namun ada kehangatan di dalamnya yang membuat Mahreeen tersipu.
“Kenapa? Seperti melihat hantu saja, Mahreeen?” tanya Manaf sambil mendekat, masih dengan senyum yang tidak hilang dari wajahnya.
“Aku... Aku hanya tidak menyangka kamu sudah kembali secepat ini,” jawab Mahreeen dengan suara pelan, tatapannya belum berani mengunci pada Manaf.
Tanpa banyak berkata kata lagi, Manaf mendekatkan tubuhnya dan dengan lembut menarik Mahreeen ke dalam pelukannya. Pelukan itu erat, namun menenangkan, seolah ingin melepaskan segala kerinduan yang terpendam dalam hatinya.
Mahreeen terkejut, tubuhnya kaku dalam pelukan Manaf. Namun, dia tak menolak. Sesaat kemudian, tubuhnya mulai rileks, dan dia membiarkan dirinya larut dalam kehangatan pelukan Manaf. Rasa nyaman yang sudah lama dia rindukan, meski tak ingin diakuinya.
Manaf perlahan melepaskan pelukannya, kemudian menatap dalam dalam wajah cantik Mahreeen. Dengan lembut, dia mengusap pipinya yang halus, matanya mengunci pada mata Mahreeen, dan dengan nada yang penuh kasih.
“Aku merindukanmu, Mahreeen... Lebih dari yang kau tahu.” bisiknya.
Deg!
Mahreeen hanya bisa terdiam. Hatinya berdegup cepat. Kata kata Manaf yang begitu jujur dan tanpa ditutup tutupi membuatnya kehilangan kata kata. Ini adalah sisi Manaf yang berbeda, bukan sekadar CEO yang kuat dan tegas, tapi pria yang menunjukkan rasa cinta dan perhatian dengan begitu tulus.
Kenapa denganku? Manaf kenapa begitu hangat, batinnya.
Setelah momen itu, mereka berdua duduk untuk sarapan bersama. Manaf memerintahkan Malika untuk membeli makanan yang terbaik. Saat makanan tiba, mereka menikmati sarapan dengan suasana yang tenang. Sesekali, percakapan ringan terjadi, namun ada kenyamanan yang terasa dari setiap momen yang mereka lewati bersama.
Setelah sarapan, mereka berjalan menuju ruang perawatan Hanin. Kondisinya semakin membaik, dan dokter memberikan kabar baik.
“Jika hari ini kondisinya tetap stabil, maka operasinya bisa dibilang berhasil. Kita hanya perlu menunggu perkembangan lebih lanjut." jelasnya.
Mahreeen tak bisa menahan air matanya yang tiba tiba menetes. Rasa lega bercampur bahagia memenuhi hatinya. Saat itu juga, Manaf, yang berdiri di sampingnya, menghapus air matanya dengan lembut.
“Jangan menangis lagi, Mahreeen. Semua akan baik baik saja,” ucap Manaf dengan suara lembut, penuh perhatian.
"Percayalah, mereka pasti sudah melakuka yang terbaik," lanjut Manaf.
Dari kejauhan, Malika memperhatikan momen itu. Dia tersenyum, bahagia melihat tuannya menunjukkan sisi yang begitu peduli dan lembut.
“Tuan Manaf memang benar benar serius dengan Nyonya Mahreeen,” lirihnya dalam hati.
“Tak diragukan lagi, dia adalah Nyonya Muda Omar yang sebenarnya." lanjutnya.
Selesai memeriksa Hanin, Manaf memutuskan untuk mengajak Mahreeen keluar rumah sakit. Awalnya Mahreeen menolak. “Aku tak bisa meninggalkan Hanin terlalu lama, Manaf," ucapnya sambil menundukkan kepala.
“Malika akan menjaganya, percayalah. Kau butuh sedikit waktu untuk dirimu sendiri,” jawab Manaf dengan nada meyakinkan. “Hanin dalam kondisi baik, dan kamu butuh istirahat. Biarkan aku menjaga dirimu, Mahreeen.” pinta Manaf.
"Benar, Nyonya Mahreeen." ucap Maliki yang meyakinkannya.
Setelah berpikir sejenak, Mahreeen akhirnya setuju.
“Baiklah... Tapi tidak terlalu lama, ya?” ucapnya.
“Tidak akan lama, aku janji.” jawab Manaf tersenyum.
Mereka berdua pun keluar dari rumah sakit dan menghabiskan waktu bersama. Manaf membawa Mahreeen ke tempat yang tenang dan indah. Selama perjalanan, Manaf terus mengajak Mahreeen berbicara, membuat suasana yang awalnya canggung menjadi lebih ringan.
“Kamu tahu, Mahreeen, aku selalu kagum dengan ketegaranmu. Bagaimana kamu bisa tetap kuat meskipun banyak cobaan yang datang?” tanya Manaf dengan nada ingin tahu.
“Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan, Manaf. Aku tidak punya pilihan lain selain bertahan,” jawab Mahreeen dengan senyum tipis.
Manaf menatapnya dalam dalam wajah Mahreeen.
“Dan itulah yang membuatmu begitu istimewa bagiku. Kamu kuat, tegar, dan penuh kasih. Aku tak ingin melihatmu bersedih lagi, Mahreeen.” ucapnya kembali
Ucapan Manaf membuat Mahreeen terdiam. Ada kehangatan yang menjalar di hatinya, namun di balik itu, ada kebingungan yang mulai tumbuh.
Kenapa Manaf begitu peduli padaku? batinnya.
Namun, di saat yang sama, ada perasaan nyaman yang dia rasakan di dekat Manaf, sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Selama mereka menghabiskan waktu bersama, Manaf berhasil membuat Mahreeen tersenyum. Bahkan, di momen momen tertentu, Mahreeen bisa tertawa, sesuatu yang sudah lama tak ia lakukan. Setiap kali ia tersenyum, Manaf merasa hatinya semakin terikat pada Mahreeen.
Senyuman itu... begitu manis. Aku tidak ingin melihatnya bersedih lagi, batin Manaf.
Saat mereka kembali ke rumah sakit, suasana hati Mahreeen jauh lebih baik. Dia merasa lebih tenang dan yakin bahwa semuanya akan baik baik saja. Selama mereka pergi, Malika yang menjaga Hanin memastikan semua berjalan lancar.
“Bagaimana kondisi Hanin?” tanya Mahreeen begitu tiba kembali di rumah sakit.
“Semua baik baik saja, Nyonya Mahreeen. Hanin masih dalam kondisi stabil. Nyonya tidak perlu khawatir,” jawab Malika dengan senyuman.
"Biarkan aku yang akan berganti menjaganya. Ini sudah malam, pulanglah," pinta Mahreeen.
Malika yang melihat ke arah Tuannya dan menganggukkan kepalanya.
"Baik, Nyonya. Aku pamit," keluar Malika dari ruangan itu.
"Bukan cuma Malika yang istirahat, kamu juga sama Mahreeen. Biarkan malam ini aku yang akan menjaganya di ruangan ini. Kamu tidurlah di sebelah seperti biasanya," pinta Manaf.
"Baiklah, terima-" terputus ucapan Mahreeen karena sudah di tutupnya bibir Mahreeen dengan tangan Manaf.
Deg!
Sesuatu yang tidak biasa terjadi diantara mereka. Yang akhirnya Mahreeen menganggukkan kepalanya dan keluar dari sana.
Malam itu, sebelum tidur, Mahreeen tak bisa berhenti memikirkan Manaf. Sikapnya yang penuh perhatian, kata kata manisnya, dan bagaimana dia selalu ada untuknya membuat Mahreeen bingung.
Kenapa dia begitu peduli padaku? Apa yang sebenarnya dia rasakan? tanyanya dalam hati.
Sementara Manaf di ruangan Hanin, menatap wajah balita yang sangat mirip Mahreeen versi anak anaknya.
Kenapa aku begitu ingin selalu ada di dekatnya? Apa yang membuatku tak bisa jauh darinya? Mahreeen... kamu telah membuka hatiku yang sudah lama tertutup.
Apakah aku bisa jatuh cinta lagi? Dengannya Mahreeen? Apakah aku bisa sembuh sepenuhnya dengannya? Apakah aku sudah melupakannya? Batin Manaf.
Tersenyum sendiri Manaf dengan membayangkan jika memang dia bisa seperti pria pada umumnya. Namun tidak saat terlintas di benaknya kejadian waktu itu.
Tidak!!! Aku belum bisa melupakannya!!!! Aku tidak tahu, hanya berharap Mahreeen bisa membantuku. Batin Manaf lagi.
...****************...
Hi semuanya!!!! Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya.
bentar lagi up ya di tunggu
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.