Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Setelah pekerjaan selesai Anna, mbok Yun, pak Tarno juga pak Kasim berkumpul layaknya keluarga saling bercerita tentang keluarga masing-masing. Ditengah perbicangan Anna yang berubah menjadi murung karena teringat kedua orang tuanya yang dia tinggalkan di desa.
Pak Kasim hanya membelai lembut pucuk kepalaku, dengan tatapan penuh kasih sayang. "Si mas sama si mbak pasti baik-baik aja kok, kamu gak usah khawatir yak,nduk."
"Iya pak, Anna berharap begitu." Tersenyum kecil.
"Cah ayu jangan sedih gitu bapak sama ibu kamu pasti baik-baik aja. Jangan sedih ya, nanti cantik nya ilang," garauandari si mbok membuat Anna sedikit terhibur. Rasanya indah sekali dalam waktu yang singkat orang asing yang ditemui Anna menjadi akrab bahkan menerima nya sebagai keluarga. Benar sekali mbok Yun sangat baik mengingat kan Anna pada ibunya sehingga rasa rindu yang dirasakan Anna sedikit terobati.
"Si mbok ini, paling suka kalo bikin Anna terbang." Ucap Anna.
"Oh iya, apa kabarnya yak camerku? Ntar kalo ketemu aku mau minta restu ngelamar si neng cantik, .." Ucap pak Tarno sembari bercanda.
"Inget toh umur Tarno, gigimu udah hampir copot masih mikir mau sama yang muda. Anna juga ogah sama kamu, udah aki aki." Ledek mbok Yun. Tidak ada seorang pun yang tidak tertawa mendengar ucapan si mbok Yun dengan logat Jawa nya. Mereka tertawa bersama melihat pak Tarno yang salah tingkah.
"Tarno.. Tarno... Tidur mu terlalu miring. Hahahaha" pak Kasim seketika tertawa terbahak-bahak.
____________
Tuk..
Tuk..
Tuk..
Pintu diketuk, Damar yang sedang memijat pelan kepalanya sejenak terhenti dan tertuju pada pintu yang kini sudah berdiri seseorang dibaliknya. "Masuk!" Ucap Damar.
"Pak damar, maaf mengganggu ada seseorang yang ingin bertemu sama bapak." Ujarnya sekertaris Damar sembari mengantarkan tamu yang ingin bertemu dengan Damar.
"Suruh masuk aja," perintah Damar.
Gita mengangguk dan langsung mempersilahkan tamu itu masuk keruangan atasannya, Gita pun izin pergi dari ruangan damar dan kembali menuju meja kerjanya.
"Hai bro apa kabar nih?"sapa seseorang yang cukup dikenal nya.
"Eh, Dion? Lu Dion kan."ucapnya Damar. "Udah lama banget kita gak ketemu, kirain udah lupa masih punya temen di Indo." Sindir kecil dari Damar.
"Enggak dong, yaa .. mau gimana lagi tugas jadi ya beginilah." Sahut Dion. " Ngomong-ngomong makin sukses aja nih, "timpalnya lagi.
"Biasa aja sih, terpaksa juga bokap udah mau pensiun mau gak mau ya gue yang ambil alih. Kalo Angga kan dia masih kuliah sambil kerja jadi mungkin belum sepenuhnya bisa pegang perusahaan full waktu. Oh iya ada apa nih? Gue sampe lupa buat nanya setelah sekian tahun Lo gak balik ke indo, sekarang Lo balik gue jadi curiga." Ucap Damar memicingkan matanya.
Sebelum menjawab Gita datang dan mengantarkan dua gelas kopi hitam untuk Damar dan Dion. Setelah tugas nya selesai Gita kembali ketempat nya dan meninggalkan ruangan membiarkan mereka berbincang-bincang.
"Wih.. sekertaris??!" Tanya Dion. Melirik sedikit body goals Gita yang lumayan mempesona.
"Kebiasaan Lo belum berubah rupanya, gak bisa liat cewek bening dikit. Di London apa lu gak Nemu cewek ? Apa udah gak laku Luh," Sinis.
"Halahh .. lu kek gak tau aja, mar. Cewek lokal sama interlokal kan beda, ya gak?" Goda Dion.
"Serah lu deh." Cuek.
"Btw gue datang ke Jakarta karena gue udah buka cabang baru, hebat kan gue. Dan gue pengen lu gabung, ya itung-itung lu simpen saham. Gimana?"
"Keuntungan nya?"Damar.
"Tenang, dalam investasi 15% lu bisa terima keuntungan 0,5% setelah 3 bulan kerja." Kata Dion dengan mantap.
"Kalo segitu gue juga bisa sendiri, malah lebih cepat dalam satu bulan gue bisa lebih dari segitu, gue yang rugi dong." Jawab Damar.
"Ya bisa aja sih, gue naikin tapi kan cabang Triyo grup masih belum berpeluang mengeluarkan keuntungan yang besar. Gue sih antisipasi aja diawal buka cabang baru gak mudah bro, gak tiba-tiba langsung untung gede. jadi gue baru bisa segitu setelah berkembang baru deh gue bisa atur soal keuntungannya. Lagian gue juga belum terima persetujuan dari beberapa investor buat taruh saham di perusahaan gue. Gini aja deh gue ngambil bahan dari lu, ntar lu tinggal terima untungnya aja gimana?"tutur nya Dion.
Dari tampang Damar jelas menunjukkan jika ide Dion cukup bagus, namun ia juga sedikit ragu untuk mengambil keputusan dengan tergesa-gesa, sebelum berdiskusi terlebih dulu dengan papanya.
"Gue pertimbangkan dulu deh. Gue juga butuh rinciannya yang jelas, apalagi Untung ruginya belum jelas. Lu juga gak bawa proposal yang diperlukan buat project besar seperti ini. Gue gak mau ya, bisnis ilegal." Pertimbangan Damar sangat dihormati Dion, pria itu pun mengangguk setuju karena memang Damar benar, jika kedatangan tidak membawa bahan untuk meminta kerjasama.
"Nggak dong. Bisnis gue legal, bersih tanpa hal hal yang berbau kriminal, Oke. gimana kalo kita makan siang? Nostalgia kita dah lama nih kita gak nongkrong."ajak Dion.
"Kayanya lain kali deh kerjaan gue masih banyak nih,"tolak Damar. Padahal dia baru makan masakan Anna sebelum berangkat ke kantor. Perutnya juga belum merasa lapar, bahkan pekerjaan yang masih banyak hanya sekedar alasan karena saat ini Damar sedang tidak berselera untuk Melakukan hal apapun.
"Gak seru luh, party deh gimana?"ajak lagi Dion.
"Gak." Tolak Damar.
"Bar? Lama nih, angetin badan dikit." Dion masih tidak menyerah.
"Ogah, gue dah males gitu-gituan."datar
"Gue traktir deh," bujuk lagi.
"Makasih, gue gak sesusah itu ya." Sinis.
"Gak asik Luh, kita ajak yang lainya. Gimana kalo dirumah gue aja gak jauh juga dari rumah Lo."
"Gue pikir-pikir dulu."
"Ah kelamaan mikir, gue tunggu tepat jam 7 dirumah, oke." Ujar Dion memberikan alamat rumah barunya kepada damar berupa kartu nama. "Jangan sampe gak Dateng lu ya, gue tunggu. Bye" Dion meninggalkan ruangan Damar.
Iya juga Damar sudah cukup lama tidak berkumpul bersama teman-teman nya, apalagi Dion sudah 3 tahun dia keluar negeri tanpa kabar apapun. Namun bagi Damar ada Dion ataupun tanpa Dion sama saja apalagi sifatnya yang terlalu mononton terhadap perempuan, membuat Damar sedikit tidak menyukai nya.
"Mar!" Panggil Angga.
"Bisa gak sih lu kalo masuk ketuk pintu dulu." Ujar Damar.
"Gitu doang ngambek. Nih gue mau kasih ini kerjaan lu masa iya gue juga yang kerjain, Klain kita mau lu ngeluarin prodak baru. Dan minta sample nya dikirim segera prodak lama sudah gak laku dipasaran jadi mereka pengen yang baru."
"Hah! Lu gila kita baru ngeluarin prodak baru kan?"
"Ya.. mana gue tahu. Gue cuma nyampain aja sekarang giliran lu, masa iya juga gue yang harus mikir lu kan CEO nya."
Setelah Angga meninggalkan ruangan, tinggalah Damar yang terdiam tengah merasakan pening dikepalanya yang terasa begitu berat.
Hari sudah menjelang malam damar masih berkutat dengan berkas-berkas yang ditinggalkan Angga untuknya. Rupanya Angga sengaja memberikan pekerjaannya kepada Damar, karena masalah rapat tadi sehingga membuat anak itu sengaja memberikan sedikit pelajaran untuknya.
"Awas lu anak kadal!" Geram.