Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Tujuh
Tak terasa satu bulan telah pernikahan antara Cecil dan Athalla. Semuanya berjalan bahagia. Pria itu tampak sangat mencintainya.
Pagi itu, matahari sudah mulai mengintip dari balik awan. Cahaya lembutnya masuk ke dalam rumah Athalla, memberikan nuansa hangat di ruang dapur rumah kediaman mereka.
Athalla membuka lemari es dan memeriksa bahan-bahan yang ada. “Hmm, kita punya nasi sisa semalam, ini bisa jadi dasar yang bagus untuk nasi goreng,” gumamnya pada diri sendiri sambil mengeluarkan nasi dingin dari wadahnya. Ia juga mengambil beberapa sayuran yang tersisa, seperti wortel dan kacang polong.
“Mas, kamu sudah bangun?” suara lembut Cecil datang dari ruang tidur. Athalla tersenyum mendengar suara istrinya yang masih setengah mengantuk.
Sejak menikah, panggilan untuk Athalla memang berubah. Pria itu memintanya memanggil Mas.
“Sudah, Sayang. Aku lagi masak sarapan. Nanti kamu pasti suka deh!” jawab Athalla.
Cecil keluar dari kamar dengan rambut yang acak-acakan. Dia mengenakan piyama lembut yang membuat Athalla tak bisa menahan senyum. “Baiklah, koki terkenal. Apa yang sedang kamu masak?” tanyanya dengan nada penasaran.
“Aku buat nasi goreng spesial. Kamu tahu kan, nasi goreng ala Athalla,” jawabnya sambil memberi gestur dramatis.
“Ha! Nasi goreng ala Athalla? Aku sudah sangat menantikan ini!” balas Cecil, kini sudah duduk di meja makan sambil merapikan rambutnya.
Langkah pertama dalam memasak nasi goreng adalah memanaskan wajan. Athalla menyalakan kompor dan menuangkan sedikit minyak. “Pertama-tama, kita panaskan minyaknya hingga berkilau,” ia menjelaskan sambil menuangkan minyak.
“Jadi, apa rencanamu hari ini setelah sarapan?” tanya Cecil sambil menonton Athalla.
“Hmm ... mungkin kita bisa jalan-jalan ke pasar dan mencari beberapa bahan untuk makan malam. Atau kita bisa menonton film di rumah sambil santai?” jawabnya sambil mencincang bawang merah dan bawang putih.
Cecil tertawa. “Kalau kamu yang masak, aku tidak keberatan. Tapi, aku tetap jadi juri yang harus merasakan hasilnya, ya!”
“Deal!” Athalla menjawab dengan semangat.
Wajan yang sudah panas, mengeluarkan suara mendesis saat Athalla memasukkan bawang yang sudah dicincang. Aroma bawang yang disajikan bersama minyak panas mengisi ruangan, dan membuat perut Cecil keroncongan. “Hmm, wanginya enak banget! Bikin aku lapar!” katanya sembari menyandarkan kepalanya di tangan.
“Ini baru awalan, Sayang. Tunggu sampai semua bahan masuk, ya!” Athalla menjawab sambil mengaduk bawang hingga kecokelatan.
Dia kemudian menambahkan sayuran yang telah dipotong dadu, memberikan warna cerah pada campuran nasi gorengnya. “Wortel dan kacang polong, Sayang. Wajib ada di setiap nasi goreng ku,” tutur Athalla dengan bangga.
“Tentu saja, chef! Nanti jangan lupa tambahkan telur, ya?” seru Cecil, tidak sabar ingin mencoba.
Ketika bawang dan sayuran sudah layu, Athalla menambahkan nasi dingin ke dalam wajan. “Sekarang, waktunya mengacaukan nasi dengan semua bahan ini!” katanya sembari menggoyangkan wajan, menghasilkan suara yang menggugah selera.
“Wow, lihatlah cara kamu mengacak nasi. Seolah-olah kamu adalah master chef di program masak!” puji Cecil dengan mata berbinar.
“Aku tahu, kan? Skill dapurku memang tidak bisa dianggap remeh!” Athalla menjawab sambil tersenyum bangga. Dia kemudian mengambil kecap manis dari rak bumbu dan menuangkannya ke dalam wajan. “Inilah rahasia nasi goreng ku, kecap manis dan sedikit saus sambal.”
Cecil menahan tawa. “Aduh, jangan sampai ini jadi terlalu pedas, ya. Kamu ingat pengalaman kita dengan masakan pedas itu?”
“Ah, jangan khawatir. Kali ini aku akan lebih hati-hati,” balasnya, namun dia tak bisa menahan tawa merespons ingatan mereka ketika Cecil hampir menangis karena terlalu pedasnya makanan yang Athalla masak.
Penuh semangat, Athalla mencicipi nasi gorengnya, memastikan rasanya pas. “Hmmm, sempurna! Sekarang kita tinggal menyajikan saja, Sayang!” ucapnya sambil membereskan wajan.
Cecil memperhatikan dengan antusias. “Apakah kamu tahu cara menyajikannya dengan baik, atau mau aku tunjukkan?” Tawaran itu jelas membuat Athalla bersemangat.
“Hey, aku bahkan bisa membuatnya terlihat lebih enak dari video yang kita lihat!” Athalla percaya diri. Dia cepat-cepat mengambil piring dan menyusun nasi goreng dengan apik, menambahkan irisan mentimun dan tomat sebagai pelengkap.
“Tadaaa! Nasi goreng ala Athalla yang siap disantap!” ucapnya dengan bangga, seolah baru saja menyelesaikan karya seni.
Cecil bertepuk tangan. “Keren! Aku tidak sabar untuk mencoba. Ayo, kita makan!” Dia bangkit dan mengambil sumpit, bersiap untuk merasakan hasil karya suaminya.
Kemudian, mereka duduk berdua di meja makan. Athalla menghidangkan nasi gorengnya untuk Cecil. “Silakan, sayang. Nikmati!” katanya lemah lembut.
Cecil tidak butuh waktu lama untuk mencicipi. “Hmm, ini enak sekali! Rasa manis dan pedasnya pas, dan sayurannya pun renyah!” ucapnya dengan wajah berseri.
“Kalau begitu, aku sudah berhasil!” Athalla merasa bangga sekaligus lega mendengar pujian istrinya. Senyumnya merekah, melihat Cecil tampak begitu bahagia.
“Makan banyak, ya! Aku tahu kamu pasti lapar setelah begadang semalam,” tambah Athalla.
“Nggak akan segan-segan, nih. Sarapan spesial dari chef Athalla tidak boleh dilewatkan!” jawab Cecil sambil menghabiskan suap demi suap.
Mereka pun melanjutkan sarapan sambil berbincang ringan. Suasana di meja makan dipenuhi gelak tawa dan cerita seru dari kehidupan sehari-hari mereka.
“Mas, mulai besok aku akan kuliah aktif lagi. Mungkin aku akan pulang sore. Maaf, jika aku tak akan sempat masak untukmu," ucap Cecil di sela mereka menyantap makanan.
"Kamu tak perlu masak. Kita bisa beli saja. Atau jika aku tak capek pulang kerja, biar aku saja yang masak," jawab Athalla.
"Terima kasih, Mas. Kamu sangat pengertian," balas Cecil.
"Hanya satu yang perlu kamu ingat, kamu telah menikah. Aku tak mau kamu dekat dengan pria mana pun. Aku ini pencemburu. Aku tak suka yang telah menjadi milikku di sentuh orang!" seru Athalla dengan tatapan mematikan.
Cecil hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dalam hatinya ada rasa takut mendengar peringatan sang suami. Satu bulan menikah, dia tak pernah kemana-mana tanpa Athalla. Pria itu tak membiarkan dia keluar rumah tanpa dirinya. Mulai besok dia harus kuliah lagi. Tak mungkin setiap saat di antar suaminya itu.
***
Keesokan harinya, seperti yang Cecil katakan kemarin, hari ini dirinya mulai kuliah. Setelah sarapan dia dan Athalla meninggalkan rumah. Suaminya pergi kerja dan dia harus kuliah.
"Ingat, Cecil. Jaga sikapmu. Aku tak mau kamu dekat dengan pria manapun!" seru Athalla kembali mengingatkan. Cecil hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Setelah suaminya pergi, dia juga bersiap-siap untuk kuliah.
lanjut thor
Mam Reni aq jadi curiga dan penasaran dwehhh 🤭🤭
cecil bilang trs terang niar mmhnya attala tau dan mungkin bisa berobat kefisikiater jg di tutupin