Namanya adalah Zhang Yu. Dia anak seorang tetua klan di Kota Qian Gu yang memiliki cukup pengaruh. Akan tetapi karena dirinya terlahir berbeda, semua orang menganggapnya sebagai sampah.
Namun, tanpa diketahui banyak orang ternyata Zhang Yu memiliki tubuh spesial. Beruntung dia bertemu dengan seorang guru yang tahu bagaimana cara membangkitkan kekuatannya. Mengubah dirinya dari seorang sampah menjadi genius berbakat mengerikan.
Ini adalah perjalanan Zhang Yu dalam membuktikan diri sebagai petarung terhebat. Mengemban nama kaisar petarung, mengguncang dunia dan membangun pondasi mencapai puncak keabadian.
Simak kisah lengkapnya dan jadilah saksi sebuah legenda tercipta. Kaisar Petarung!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter... 29 : Rencana Licik Klan Jiang
Keesokan harinya Zhang Yu dan beberapa orang lainnya termasuk Zhang Lei dan ayahnya bersiap pergi menghadiri acara ulang tahun Patriark Klan Jiang.
Mereka sengaja menyewa tiga kereta kuda dengan gerbong besar untuk menampung dua puluh orang.
"Tetua Pertama, Tetua Ketiga, kalian harus menjaga klan saat kami pergi," seru Zhang Lou menjulurkan kepalanya keluar dari jendela.
"Tetua Kelima, kau tenang saja. Kami akan menjaga kediaman dengan baik." Zhang Xu melambaikan tangan dan tersenyum ramah.
Dari enam tetua, hanya tetua pertama Zhang Xu dan tetua ketiga Zhang Bai yang tak ikut mengunjungi kediaman Klan Jiang. Bukannya tidak diajak, tapi itu keputusan mereka sendiri.
"Tetua Pertama, sekarang katakan alasannya. Kenapa kau melarangku untuk pergi ke sana?" Zhang Bai mendesak karena sebenarnya ia ingin ikut dalam rombongan itu tapi harus mengurungkannya setelah Zhang Xu berkata dirinya akan bernasib sial jika benar-benar datang.
Zhang Xu terlebih dahulu melihat ke sekitar apakah ada orang atau tidak. Setelah memastikan aman terkendali, dia tak ragu mengatakannya kepada Zhang Bai. "Sebenarnya ...."
Bertahap ekspresi Zhang Bai berubah mendengar apa yang disampaikan Zhang Xu. Mulutnya terbuka, tapi tidak bisa berkata-kata. "Te-Tetua Pertama, sejak kapan kau mengetahui hal ini? Dan apakah ini tidak beresiko untuk Klan Zhang?"
"Tidak akan! Setelah Klan Jiang benar-benar berhasil melakukan rencana mereka. Klan Zhang tetap akan berdiri. Tidak akan banyak terpengaruh."
Zhang Bai masih terlihat ragu. Zhang Xu lalu mengingatkan apa yang telah dilakukan Zhang Yu terhadap Zhang Shu, putranya. Amarah langsung meluap-luap tidak bisa dikendalikan.
"Jika begitu aku akan mengikuti rencanamu, Tetua Pertama."
"Cerdas! Kau memilih pilihan yang cerdas!"
...
Kediaman Klan Jiang.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam akhirnya kereta kuda sampai tujuan. Satu persatu turun dan mulai memperhatikan keadaan sekitar.
Begitu ramai!
Selain Klan Zhang, ada juga Klan Wen dan beberapa klan kecil yang berada dalam naungan ketiga klan utama.
"Ayah, sepertinya ambisi mereka jauh lebih besar dari apa yang kita perkirakan." Zhang Yu berjalan di samping ayahnya dan bicara dengan berbisik.
"Kau benar Yu'er. Klan Jiang sepertinya berniat menjadi penguasa kota. Mereka mengundang semua untuk datang pasti ingin menekan kita dengan bantuan keluarga He."
Ayah dan anak itu terus berbisik hingga masuk ke sebuah aula yang luas. Terdapat tiga meja besar di bagian timur, lalu ada enam meja sedikit lebih kecil di bagian barat, utara, dan selatan.
Zhang Lei membawa rombongan Klan Zhang menuju meja utama. Di antara tiga meja besar, sudah pasti satu adalah milik Klan Zhang.
Tiga puluh menit kemudian semua meja telah penuh. Tidak ada lagi yang berdiri kecuali pelayan dan beberapa orang Klan Jiang.
"Kenapa lama sekali? Apa tidak bisa langsung di mulai?" Celetukan dari tempat Klan Wen disambut beberapa orang di meja lain.
Tetua Keempat, Zhang San memiliki kesabaran setipis kertas. "Tetua Jiang Kai, sebenarnya kita sedang menunggu siapa? Kenapa tidak langsung dimulai?"
Masalahnya orang yang berulang tahun saja sudah berada di tempat. Jiang Yang, patriark Klan Jiang itu duduk di tempat duduknya. Namun seolah tidak mendengar pertanyaan Zhang San, dia diam dan menyerahkan semua pada tetua pertama, Jiang Kai.
"Tetua Zhang San, kau harap sabar sebentar lagi acara akan dimulai."
Zhang San mendengus. "Sejak tadi itu yang kau ucapkan. Tapi tidak ada hasil sampai sekarang."
Jiang Kai hanya tersenyum dingin. Tidak mencoba membalas, tapi tatapannya seperti ingin menunjukkan sesuatu.
Akhirnya, kata "sebentar lagi" itu kembali terulang untuk beberapa kali.
Meski sebagian besar orang sangat sabar menunggu. Tapi ada beberapa orang yang tidak sabar dan ingin pulang saja jika tidak segera dimulai.
Ada urusan yang jauh lebih penting daripada duduk diam tanpa kepastian.
Namun tiba-tiba dari arah pintu sekelompok orang berpakaian biru memasuki aula.
Zhang Lei mengerutkan kening. Begitu pula dengan Wen Ou--Patriark Klan Wen dan masih banyak lainya.
Mereka secara kompak menatap Jiang Yang. "Patriark Jiang, siapa mereka? Kenapa ...."
Belum selesai pertanyaan itu diucapkan. Pintu aula ditutup dengan rapat.
Blam!
"Tidak ada yang boleh meninggalkan ruangan ini!" Pria setengah baya yang berdiri dalam kelompok pakaian biru itu mengeluarkan auranya yang kuat.
Saking kuatnya aura itu, sebagian tamu dalam aula kesulitan bernafas.
"Siapa orang-orang ini? Aura kekuatan ini sudah setingkat dengan Patriark Zhang. Tidak. Bahkan mungkin satu tingkat lebih tinggi."
"Sepertinya mereka bukan berasal dari Kota Qian Gu. Wajah mereka sangat asing!"
Sementara beberapa orang menebak-nebak identitas kelompok berpakai biru, Jiang Yang mengangkat tubuhnya beranjak dari kursi lalu berjalan ke tempat Jiang Kai.
"Patriark Jiang, apa maksud semua ini?! Kau merencanakan sesuatu?!" Wen Ou merasa waspada dengan kelompok orang berpakaian biru. Meski sulit mengatakannya, tapi aura kekuatan ini lebih kuat dibandingkan dengannya.
"Patriark Wen, sebaiknya kembali duduk dan beri aku waktu untuk menjelaskan." Jiang Yang mungkin tidak mengancam. Tapi kelompok berpakaian biru yang berdiri di pintu memberi tatapan tajam seperti dapat membunuh siapapun.
Ehem...
Jiang Yang berdehem dengan suara nyaring. Dia mulai berbicara, "Kalian pastinya tahu jika hari ini adalah hari ulang tahunku. Dan kalian harus tahu, aku punya mimpi untuk memajukan Kota Qian Gu."
"..."
Tidak ada yang bicara untuk menanggapi hal ini. Tapi tampak jelas wajah-wajah marah dan dendam para tamu undangan.
"Sebenarnya ini mimpi sejak lama. Tapi baru hari ini bisa terlaksana," tambah Jiang Yang dengan senyum yang aneh.
Zhang Yu, Zhang Lei dan Zhang Long saling melirik. Mereka sebelumnya berpikir Klan Jiang hanya mengincar Klan Zhang, tapi ternyata ambisi mereka jauh lebih besar.
Klan Jiang ingin menjadi penguasa Kota Qian Gu.
"Patriark Jiang, kami Klan Fu bersedia bergabung." Seorang pria tua di meja sebelah utara mengangkat tangannya.
Tak berselang lama dia orang mengikutinya.
"Kami Klan Hou juga bersedia!"
"Klan Li juga!"
Sial! Apa-apaan mereka ini?!
Wen Ou tampak kesal dengan ketiga klan yang dengan mudah bergabung dengan Klan Jiang. Sangat tidak punya pendirian.
Hahahaha...
Jiang Yang tertawa sumbang. Pria tua itu ke kanan dan kiri lalu menghela nafas. "Kalian sepertinya salah mengerti maksud ucapanku."
"Maksudku adalah ... Aku ingin kalian mati!"
"..."
Untuk beberapa waktu yang singkat aula itu menjadi hening. Zhang Lei, Wen Ou dan sebagian besar tamu undangan berdiri dari tempat duduk sembari menggebrak meja.
Brak!
"Patriark Jiang! Hanya karena kami diam kau benar-benar menganggap kami sangat mudah disingkirkan ya?!" Zhang Lei menunjukkan auranya yang berada di tingkat senior bintang tujuh.
"Jangan lupakan aku." Wen Ou juga mengeluarkan auranya yang berada di tingkat senior bintang enam.
Jiang Yang memperlihatkan ekspresi takut. Tapi itu hanya pura-pura karena detik berikutnya dia bertepuk tangan tiga kali.
Plak! Plak! Plak!
"Kasim Du, sudah waktunya kau menunjukkan diri."
Swoosh...
Datang seperti bayangan. Pria tua bertubuh gemuk tiba-tiba sudah berada di samping Jiang Yang.
"Aku pikir tanpa aku muncul masalah ini dapat diselesaikan. Tapi sepertinya memang harus aku yang turun tangan." Dia memilin kumis tipisnya dan menatap remeh lawan-lawannya.
Zhang Yu yang memperhatikan pria tua gemuk ini seperti pernah bertemu di suatu tempat. Dia mengelus dagunya masih berusaha mengingat.
"Wajahnya tidak asing, tapi di mana aku pernah bertemu dengannya ...."